Anda di halaman 1dari 5

WEEKLY REVIEW 1

Jonsson & Hall Ch. 1 & Coper et.al. Ch. 3

Nama : Sabrina Oliviani


Kelas : D2 / 28
NIM : 225120407111061

1. The Study of Diplomacy


A. Extant studies
a) Practitioners’ insights
Pada abad-4 SM, terdapat buku teks negara yang disebut sebagai ‘Arthasastra’ yang
ditulis oleh Kautilya yang memberikan saran terperinci mengenai pelaksanaan diplomasi. Pada
tahun 1436 Bernard du Rosier menulis buku teks prakterk diplomasi Eropa yang berjudul ‘Short
Treatise About Ambassadors’. Duta besar di Italia Renaisans menghasilkan ratusan karya serupa
selama berabad-abad berikutnya. Salah satunya Diplomast Don Juan Antonio De Vera
menerbitkan ‘El Embajador’ atau bisa disebut Duta Besar pada tahun 1620 dalam menggunakan
bahasa Prancis. Selanjutnya, Abraham de Wiquefort, diplomat asal Belanda dan pemasok
intelejen politik, mengkritik De Vera yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1681 yang
diterjemahkan menggunakan bahasa Inggris pada tahun 1716. François de Callières juga
menerbitkan bukunya yang berjudul ‘De la manière de négocier avec les souverains’ yang
diartikan sebagai “Bagaimana Bernegosiasi dengan Penguasa” pada tahun 1716.
Dari berbagai buku yang telah ditulis oleh para praktisi ini, dapat diartikan bahwa
terdapat berbagai perspektif yang tidak bisa kita beri label teori diplomatik. Duta besar modern
cenderung menekankan dan membesarkan perubahan yang telah dialami oleh penulis dengan
mengabaikan elemen kontinuitas atau kesinambungan. Diplomat adalah penulis produktif yang
memiliki ambisi dan kredensial ilmiah, meskipun seringkali mengutamakan preskriptif dan
mengandung banyak informasi berguna yang perlu disistematisasi.
b) Diplomatic History
Catatan sejarah pertama tentang pemerintah telah teroganisir berasal dari milenium ketiga
SM. Arsip diplomatik raja Mari di Efrat berisi surat-surat dari penguasa lain di awal milenium
kedua SM, dan catatan diplomatik kerajaan Mesir dan Het mencakup perjanjian dengan raja-raja,
surat-surat Amarna, kumpulan dokumen diplomatik yang ditemukan di Tell el-Amarna di Mesir
pada tahun 1887 yang berisi tentang hubungan yang intensif dan canggih antara politik dari
Timur Dekat Kuno pada abad ke-14 SM.
Selama milenium pertama SM, Cina, India, dan negara-kota Yunani mengembangkan
pola komunikasi dan praktik diplomasi yang rumit. Hal ini dikarenakan mereka menampilkan
pola sejumlah negara indenpenden yang kira-kira setara dengan infrastruktur linguistik dan
budaya bersama. Namun seiring berjalanannya waktu, kekaisaran Romawi memberikan
kontribusi yang sangat kecil untuk perkembangan diplomasi. Karena mereka hanya berkontribusi
dalam upaya untuk memaksakan kehendak mereka, daripada bernegosiasi atas dasar timbal
balik, sehingga mereka tidak mengembangkan metode diplomatik.
Diplomasi Bizantium memiliki dampak yang lebih bertahan lama dengan upayanya untuk
menghindari perang, Byzantium dengan berbagai metode (penyuapan, sanjungan, pengumpulan
intelegen, informasi yang salah, dan manifestasi seremonial keunggulannya), sehingga diplomasi
Bizantium menjadi sangat sukses dan tradisi diplomatik ini diteruskan ke Barat. Renaisans Italia
umumnya dianggap sebagai tempat kelahiran sistem diplomasi modern, karena mereka memiliki
invoasi dalam pengenalan kedutaam tetap dan duta besar residen. Pada abad ke-16, teknik dan
gagasan diplomatik yang muncul di Italia Utara mulai menyebar ke seluruh benua Eropa.
Diplomasi klasik telah dikembangkan oleh Perancis pada abad ke-17 dan ke-18. Hal ini
ditandai dengan rumitseremonial, rahasia, dan profesionalisasi bertahap. Setelah perang dunia
pertama, diplomasi klasik/lama mendapat kecaman keras karena dianggap bertanggung jawab
atas kegagalan mencegah pecahnya perang. Tuntutan untuk diplomasi baru mulai tersebar luas,
seperti yang dicontohkan oleh Presiden AS Woodrow Wilson untuk melakukan perjanjian
terbuka, dan tiba secara terbuka.
B. Diplomasi Terpinggirkan dalam ‘Hubungan Internasional’
Dapat diketahui bahwa, teori Hubungan Internasional memandangkan politik global dari
bawah ke atas. Yang artinya, masyarakat domestik diciptakan dari keadaan alami dan
kemudian berteori tentang apa yang terjadi ketika masyarakat terpisah dan berdiri sendiri
mulai berinteraksi satu sama lain.

Menurut Kanon IR, sebuah proses untuk jenis formasi politik tertentu, negara berdaulat
dimulai, dan ruang politik terbagi menjadi 2, yakni :
a) Hierarkis
 Diferensiasi dan spesialisasi fungsional
 Dihuni oleh institusi dan organisasi yang terdefinisi dengan baik
 Menciptakan tatanan yang subtansial.
b) Anarkis
 Perjuangan dan keharusan untuk membantu diri sendiri.
 Dalam mengatasi keharusan ini, pada dasarnya negara memiliki dua alat:
peperangan dan diplomasi. Kedua alat ini bukan fenomena yang membentuk
sistem internasional.
 Memang ruang politik anarkis tidak memiliki tatanan apapun, tetapi dalam
arti ruang antar-ruang, sama sekali tidak memiliki otonomi dari unit-unit
konstitutifnya.
Selain itu, sebagian besar teori HI cenderung substansialis (inti atau sesungguhnya) daripada
relasionalis. Pemikiran relasional mundul hanya dalam pendekatan baru sains, khususnya teori
relativitas Einstein. Sementara Substansialisme datang dalam dua versi utama: teori tindakan diri
dan teori interaksi. Mereka memiliki kesamaan premis bahwa substansi, atau benda, yang
merupakan unit penyelidikan sosial. Dalam versi self-action – mendasar bagi teori politik liberal
dan tercermin, misalnya, dalam individualisme metodologis – subjek yang bertindak, yang
kepentingan dan identitasnya telah diberikan sebelumnya, menghasilkan tindakan mereka sendiri
dalam konfrontasi dengan lingkungan
C. Realiasme dan Diplomasi
Prinsip dasar dariklasik realisme adalah bahwa hubungan internasional adalah
sesuatu yang terpisah, dibedakan dari politik dalam negeri dengan tidak adanya otoritas.
Oleh karena itu, proses politik internasional dapat dicirikan sebagai perjuangan dengan
dua mekanisme yang tersedia: perang dan diplomasi. Menurut Hans Morgenthau,
“pelaksanaan urusan luar negeri suatu negara oleh para diplomatnya adalah untuk
kekuatan nasional dalam damai, apa strategi dan taktik militer oleh para pemimpin
militernya untuk kekuatan nasional dalam perang. Ini adalah seni membawa unsur-unsur
kekuatan nasional yang berbeda untuk memberikan efek maksimum pada titik-titik dalam
situasi internasional yang paling langsung menyangkut kepentingan nasional.”

D. Liberalisme dan Diplomasi


Liberalisme mengembangkan teori diplomasi. Karena bagaimanapun, kaum
liberal cenderung melanjutkan dari individualisme metodologis dan
mengkonseptualisasikan hubungan internasional sebagai jumlah total dari perilaku negara
atau aktor. Perilaku negara, pada gilirannya, terlihat dibentuk oleh hubungan negara-
masyarakat. Oleh karena itu, kaum liberal datang untuk menganalisis politik internasional
dalam kaitannya dengan preferensi berbagai kelompok, dan pelembagaan pola preferensi.
Oleh karena itu, diplomasi “berlangsung dalam konteks aturan, institusi, dan praktik
internasional, yang memengaruhi insentif para aktor.” Menurut kaum liberalisme,
diplomasi bukan bagian dari masalah inti hubungan internasional, tetapi hanyalah alat
untuk bertindak berdasarkan insentif, dan karena itu bukan objek pengembangan teoretis
yang diprioritaskan. Faktanya adalah menekankan saling ketergantungan negara, tidak
mengubah asumsi ontologis dan epistemologis dasarnya, atau fokus penelitiannya.

E. Strukturalisme dan Diplomasi


Setiap teori hubungan internasional perlu dimulai dengan memahami keunikan
historis baik kedaulatan maupun anarki sebagai bentuk sosial yang muncul dari
konfigurasi khusus hubungan sosial yang disebut Marx sebagai cara produksi dan
reproduksi kehidupan sosial kapitalis. Hanya dengan begitu ia dapat melihat objeknya
apa adanya: seperangkat hubungan sosial antar manusia. Tiga aliran pemikiran menonjol
dalam studi strukturalis atau Marxis tentang hubungan internasional: Teori Sistem Dunia,
IR Gramscian, dan Marxisme Baru. Ketiga dari tiga teori IR yang dominan secara
tradisional (strukturalisme atau Marxisme) lebih didasarkan pada relasionalisme. Ruang
politik dikonseptualisasikan sebagai relasi antara pusat-pusat akumulasi dan produksi,
dan relasi inilah yang menentukan karakteristik dan dinamika unit-unit tersebut.
2. Analytical Framework
A. Diplomacy as an institution
Menurut buku ini, diplomasi harus dilihat sebagai sebuah institusi, dipahami secara
luas sebagai kumpulan praktik sosial yang relatif stabil yang terdiri dari peran-peran yang
mudah dikenali digabungkan dengan norma-norma yang mendasarinya dan seperangkat
aturan atau konvensi yang mendefinisikan perilaku yang sesuai untuk, dan mengatur
hubungan di antara, penghuni peran-peran ini. Norma dan aturan ini "menetapkan peran
perilaku, membatasi aktivitas, dan membentuk harapan." Institusi dapat diartikan sebagai
melibatkan atau tidak melibatkan organisasi, atau kelompok individu yang mengejar
serangkaian tujuan kolektif. Organisasi adalah entitas yang biasanya memiliki lokasi fisik,
kantor, personel, peralatan, dan anggaran. Menurut perbedaan ini, pasar adalah sebuah
institusi, sedangkan perusahaan adalah sebuah organisasi.

a) Institusi seperti apa?


Diplomasi adalah sebuah institusi yang mewakili tanggapan terhadap “masalah
umum hidup terpisah dan ingin melakukannya, sementara harus melakukan
hubungan dengan orang lain.” Pertukaran baik itu barang, orang, informasi atau jasa
- tampaknya menjadi pusat asal-usul diplomasi. Kapan pun dan di mana pun ada
pemerintahan dengan identitas berbeda, yang melihat kebutuhan untuk membangun
semacam hubungan pertukaran dan menyadari saling ketergantungan mereka, aturan
dan peran diplomatik kemungkinan besar akan muncul.
Kita tidak tahu kapan masyarakat manusia pertama kali merasakan kebutuhan untuk
berkomunikasi satu sama lain, tetapi dapat diasumsikan bahwa mereka melakukannya sejak
awal. Kita tahu bahwa status diplomatik ada sangat awal dan itu jelas dan instruktif mengapa
harus demikian. Jika telah diputuskan bahwa mungkin lebih baik mendengarkan pesan daripada
memakan utusan, maka harus ada aturan tentang siapa utusan yang sah, dan harus ada sanksi
yang akan menjamin keselamatannya.tidak dapat dimakan. Para diplomat paling awal adalah
tanggapan terhadap kebutuhan yang dirasakan akan suatu mekanisme untuk menyampaikan
pesan antar masyarakat dengan aman dan andal.
B. Norma dan Aturan Diplomatik
Kepatuhan terhadap norma dan aturan yang memandu pertukaran diplomatik dapat
dilihat sebagai contoh timbal balik yang tersebar. Pembayaran khusus tidak diharapkan dari
perilaku seperti itu, dan manfaat timbal balik diasumsikan merata dalam jangka panjang.
Selama era Konser Eropa, misalnya, negarawan membuat lebih banyak kelonggaran kepada
orang lain daripada yang diminta secara khusus. Pola timbal balik yang menyebar serupa
dapat diamati di Uni Eropa saat ini.

3. Institusionalisasi
Institusi, seperti diplomasi, tidak muncul sepenuhnya dan tidak berubah, tetapi
berkembang melalui proses pelembagaan. Ini “melibatkan pengembangan praktik dan aturan
dalam konteks penggunaannya dan telah mendapatkan berbagai label, termasuk strukturasi
dan rutinitasisasi, yang merujuk pada pengembangan kode makna, cara penalaran, dan akun
dalam konteks bertindak atas mereka." Mengkoordinasikan dan membentuk perilaku,
menyalurkannya ke salah satu arah yang memungkinkan, pelembagaan dapat dikaitkan
dengan konsep “ruang sosial”: Ruang sosial adalah arena, atau situasi berulang, di mana para
aktor mengorientasikan tindakan mereka satu sama lain berulang kali. Kami menyebut ruang
sosial "dilembagakan" ketika ada sistem aturan dan prosedur yang dibagikan secara luas
untuk menentukan siapa aktornya, bagaimana mereka memahami tindakan satu sama lain,
dan jenis tindakan apa yang mungkin dilakukan. Institusionalisasi adalah proses dimana
ruang sosial muncul dan berkembang.

Kesimpulan
Dalam bab ini kita telah melihat bahwa kelimpahan dan keragaman literatur tentang
diplomasi tidak menghalangi kelangkaan teori. Baik praktisi maupun sejarawan diplomatik
tidak menghargai teori, sementara ahli teori HI utama cenderung mengabaikan diplomasi
atau melihatnya sebagai fenomena sekunder. Dari perwakilan postmodern, kita kemudian
belajar bahwa diplomasi terintegrasi dengan, dan tertanam dalam, praktik sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai