Anda di halaman 1dari 4

PBB Gagal Melindungi Rakyat Palestina

Resolusi yang dihasilkan PBB, seperti Resolusi 2334 yang mengecam pemukiman Israel di wilayah
Palestina, sering hanya bertahan di atas kertas.

Oleh AGUSSALIM

Kompas, 9 November 2023 06:00 WIB

HERYUNANTO

Ilustrasi

Di tengah arus informasi global yang tak pernah padam, publik dunia kembali dihadapkan pada
rentetan serangan brutal Israel di wilayah Palestina.

Ironisnya, situasi ini bukan panorama baru. Bertahun-tahun konflik Israel-Palestina menjadi semacam
lukisan lama yang kerap dipajang kembali dengan bingkai yang sama, kegagalan rezim dan organisasi
internasional dalam memainkan peran efektif untuk mencegah eskalasi serangan.

Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) telah lama dipandang sebagai
benteng utama dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Namun, kenyataan
berbicara lain. Resolusi yang dihasilkan PBB terkait konflik ini, seperti Resolusi 2334 yang mengecam
pemukiman Israel di wilayah Palestina, sering hanya bertahan di atas kertas.

Eksekusi dan implementasinya di lapangan terhambat oleh berbagai faktor, termasuk veto dari
anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.

Bahkan resolusi terbaru yang dikeluarkan Majelis Umum PBB menjelang akhir Oktober—yang
mengecam segala aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan menyerukan gencatan senjata
untuk jeda kemanusiaan—pun gagal dieksekusi karena diveto Amerika Serikat (AS).

Resolusi ini dinilai menutup kesempatan Israel untuk membela diri. Akibatnya, perang antara Israel
dan Hamas tidak berhenti dan malah semakin besar. Hingga memasuki minggu keempat, Kantor PBB
untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat sebanyak 10.593 orang tewas, dan korban terbesar ada
pada anak-anak dan perempuan.

Ironisnya, PBB yang memiliki perangkat Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia mengalami
impotensi ketika menghadapi kebrutalan Israel di Palestina.

Sebagai organisasi internasional terbesar, seharusnya PBB dapat melakukan langkah efektif untuk
menghentikan serangan militer Israel sekaligus menegakkan hukum humaniter internasional. Namun,
ini tak terjadi, dan bahkan serangan Israel kian meluas dengan korban sipil bertambah setiap hari.

Resolusi yang dihasilkan PBB terkait konflik ini, seperti Resolusi 2334 yang mengecam pemukiman
Israel di wilayah Palestina, sering hanya bertahan di atas kertas.

Tiga alasan

Mengapa PBB tampak mengalami impotensi dalam membuat dan melaksanakan resolusi atas Israel,
setidaknya dapat dijelaskan dalam tiga alasan berikut. Pertama, karena adanya kekuatan veto yang
dimiliki anggota tetap DK PBB, seperti AS.

Ketika resolusi yang mengkritisi Israel diajukan, negara- negara anggota yang memiliki kekuatan veto
dapat memblokirnya. Hal ini telah terjadi dalam beberapa kesempatan sehingga menghambat
kemampuan PBB mengambil tindakan tegas.

Menjadi benar adanya ketika John Mearsheimer, seorang teoretikus politik internasional, dalam
bukunya, The Tragedy of Great Power Politics, mengatakan bahwa dalam politik internasional,
kekuatan besar cenderung menggunakan kekuatannya demi kepentingan nasional sendiri, bukan
demi hukum atau moralitas internasional.

AS, sebagai salah satu kekuatan besar, memiliki peran signifikan dalam dinamika konflik ini, sering
kali mendukung Israel, sebagaimana tecermin dalam pemakaian hak vetonya.

Kedua, organisasi internasional sering menghadapi tantangan dalam mengumpulkan informasi yang
akurat dan memverifikasinya di medan perang. Dalam konflik Israel- Palestina, ada perbedaan
pandangan dan narasi yang kuat di antara kedua belah pihak. Hal ini membuat sulit bagi organisasi
internasional untuk mengambil tindakan yang berdasarkan fakta yang jelas dan dapat diterima
semua pihak.

Ketiga, konflik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik paling rumit dan kontroversial di dunia.
Terdapat berbagai kepentingan politik, agama, dan sejarah yang terlibat di dalamnya. Kurangnya
konsensus internasional mengenai solusi yang tepat untuk konflik ini membuat organisasi
internasional sulit mengambil tindakan yang efektif.
Negara-negara anggota sering memiliki pandangan berbeda dan sulit mencapai kesepakatan yang
kuat dalam menegakkan aturan internasional.

Dalam dunia yang ideal, rezim dan organisasi internasional seharusnya bertindak sebagai
penyeimbang dan pengadil yang adil, menerapkan hukum internasional tanpa pandang bulu. Namun,
realitas politik menunjukkan ada hambatan nyata dan signifikan.

Karena itu, kekuatan masyarakat internasional dan negara-negara besar yang memiliki pengaruh,
tetapi bukan anggota tetap DK PBB, perlu mempertimbangkan dua hal.

Pertama, mendorong terjadinya reformasi sistem veto. Ini dapat dilakukan dengan memastikan
bahwa hak veto tidak sepenuhnya menghentikan tindakan internasional yang dibutuhkan untuk
menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Misalnya, veto tidak berlaku untuk situasi terjadi
pelanggaran HAM berat atau kejahatan perang.

Kedua, meningkatkan peran dan keterlibatan aktor nonpemerintah. PBB harus memfasilitasi
partisipasi yang lebih luas dari aktor nonpemerintah, termasuk LSM, organisasi kemanusiaan, dan
perwakilan masyarakat sipil, dalam proses penyelesaian konflik. Keikutsertaan mereka dapat
menambah perspektif dan solusi yang lebih beragam, serta meningkatkan tekanan moral dan sosial
terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik.

Kekuatan gerakan global dan advokasi berkelanjutan menjadi penting bagi penyelesaian konflik yang
adil.

Tekanan yang kuat dan konsisten dari masyarakat sipil dan publik global diperlukan dalam
mendorong perubahan. Kekuatan gerakan global dan advokasi berkelanjutan menjadi penting bagi
penyelesaian konflik yang adil. Harapannya, suatu hari nanti efektivitas rezim dan organisasi
internasional tidak lagi hanya menjadi wacana, tetapi realitas yang dapat dirasakan oleh setiap warga
dunia, termasuk mereka yang berada di Palestina.

Baca juga : Anak-anak, Korban Terbesar Konflik Israel dan Hamas di Gaza

Agussalim Dosen pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Editor: SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN

https://www.kompas.id/baca/opini/2023/11/08/pbb-gagal-melindungi-rakyat-palestina?
open_from=Opini_Page&status=sukses_login&status_login=login

Anda mungkin juga menyukai