PERSPEKTIF
HUKUM INTERNASIONAL
FA K U LTA S H U K U M U N I V E R S I TA S PA M U L A N G
2021-2022
M ATA K U L I A H : H U K U M I N T E R N A S I O N A L
DOSEN PENGAMPU : SERENA GHEAN NIAGARA, S.H.,M.H.
DISUSUN OLEH ;
JUMARNI G ( 201010200036 )
FA D I L L A W I D I A Z A N A K . F ( 201010200062 )
DEMEN SAPUTRA F ( 201010200034 )
MURDANI ( 201010200075 )
Latar belakang
Dalam sejarah panjang perkembangan peradaban manusia yang berhubungan dengan konflik-konflik diawali adanya seengketa antar
negara sebagian besar selalu meningkat pada sengketa berkepanjangan dan upaya penyelesaiaan dengan cara kekerasan (violence
/armed conflict/ war). Salah satu konflik berkepanjangan yang tak kunjung usai adalah konflik antara Israel dan Palestina, meski
apabila kita cermati, berbicara mengenai Timur Tengah dan konflik tidak hanya akan menyangkut permasalahan Israel dan Palestina
karena dalam sejarahnya Timur Tengah memang salah satu wilayah yang paling sering dihadapkan pada konflik antar negara.
Terdapat sederet panjang sengketa internasional yang melibatkan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam upaya
penyelesaiannya. Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel merupakan salah satu sengketa yang cukup panjang apabila kita
menghitung waktu maupun upaya yang telah dilakukan untuk menyelesaikan sengketa ini, yang belakangan ini kembali memanas
cukup menarik perhatian kita. Hal ini jelas memicu kembali ketegangan tidak hanya di kalangan negara-negara Timur Tengah tetapi
juga ikut menarik perhatian dari dunia. Dalam konflik antara Israel dan Palestina telah beberapa kali dilakukan perjanjian untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi antara kedua pihak yang sama-sama menyatakan dirinya sebagai negara merdeka dan berhak
atas wilayah yang menjadi pokok sengketa antara kedua pihak. Meski telah berkali-kali dilakukan upaya perdamaian sampai pada
tingkat perjanjian Internasional yang telah dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga menghasilkan pembagian
wilayah untuk kedua masing-masing pihak yakni Israel dan Palestina, tetapi pada kenyataannya tidak mampu secara langsung
menyelesaikan permasalahan antara Israel dan Palestina. Palestina dengan pasukan intifadanya dan Israel dengan kekuatan bersenjata
yang cukup kuat tetap saling menyerang dan bertahan satu sama lain. Sementara solusi riil untuk menyelesaikan sengketa mencapai
pedamaian dunia tidak juga mampu menyelesaikan permasalah antar kedua bangsa. Ditinjau dari segi pertanggung jawaban atas
perjanjian internasional yang telah dilanggar berkali-kali tentu harus dicermati kembali masalah yang mendasari.
Hukum Internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasiona. Menurut Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmaja, S.H. “Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara negara dengan negara, dan negara dengan subjek hukum lain yang bukan negara atau subjek hukum
bukan negara satu sama lain”
Rumusan Masalah Dan
Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
Apakah telah terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan hukum Internasional di konflik
Palestina dan Israel
Bagaimana penerapan hukum Internasional dalam konflik bersenjata antara Palestina
dan Israel
apakah terdapat Pelanggaran HAM yang menyebabkan Israel tidak bertanggung jawab
baik karena pembelaan diri atau alasan lain ?
3. Penggusuran paksa militer israel terhadap warga pemukim palestina 1. Resolusi Terkait Serangan Tepi Gaza Oleh Israel
5. Serangan Israel di Tepi Barat 3. Resolusi Terkait Pemukiman Liar Israel di Palestina
Hukum internasional tidak memiliki institusi penegak hukum sebagaimana layaknya hukum nasional.
Oleh sebab itu, penegakan atas pelanggaran hukum ini diserahkan kepada negara-negara dalam
bentuk reaksi/respon baik secara sendiri maupun maupun kolektif (melalui PBB atau organisasi
regional). Respon negara akan berkarakter persistent objection (penolakan secara persisten) atau,
sebagai lawannya, recognition (pengakuan). Kedua respon ini akan menentukan keabsahan klaim
Israel. pelanggaran hukum internasional oleh Israel melahirkan pembatasan tertentu bagi reaksi negara-
negara. Untuk itu, maka sangat keliru jika sebagian publik baru-baru ini mendesak Indonesia untuk
tidak mendukung satu pihak alias bersikap netral. Selain karena alasan konsistensi politik luar negeri
Indonesia, hukum internasional justru mengharuskan Indonesia untuk melakukan pemihakan terhadap
penghormatan atas hukum internasional, tidak ada pilihan lain. Mendukung Israel dengan statusnya
saat ini sebagai pelanggar hukum internasional justru menempatkan Indonesia sebagai negara ‘turut
serta’ (complicity) dalam pelanggaran ini.
Upaya Penyelesaian Konflik Menurut Hukum Internasional
Penyelesaian konflik ini hanya dapat terjadi jika hukum internasional sudah merestuinya, dalam hal ini negara-negara
memberi pengakuan atas setiap apa pun solusi yang disepakati oleh kedua negara yang berkonflik. Sayangnya kesepakatan
ini belum berhasil dicapai sehingga eskalasi konflik terus terjadi. Eskalasi konflik yang terjadi bukan merupakan akar
konflik melainkan akibat dari akar konflik yang sudah dan akan terus berlangsung melalui berbagai macam pemicu, dan
hanya akan berhenti jika akar konflik itu terselesaikan. Keperkasaan Israel atas Palestina yang lemah tidak dengan
sendirinya menyelesaikan konlfik ini. Ini membuktikan bahwa logika hukum internasional bahwa might cannot make
right, but right made might, sulit dibantah. Indonesia bersama negara-negara lainnya telah menawarkan penyelesaian
sengketa ini. Selain mendorong pengakuan atas Palestina sebagai negara, Indonesia juga mendukung inisiatif PBB guna
menghidupkan kembali perundingan damai Palestina-Israel berdasarkan “solusi dua negara" (two state solutions). Sejak
munculnya gerakan intifadah pada tahun 1987, masyarakat Palestina yang selama ini seakan menerima nasib penjajahan
Israel, mempunyai waktu yang tepat untuk bangkit dan melawan. Gerakan intifadah ini kemudian menimbulkan
kekhawatiran baik itu dari pihak Israel maupun dari pihak Palestina. Berbagai serangan berbalasan pun dilancarkan.
Hingga pada akhirnya pihak-pihak yang berkonflik sudah semakin menyadari bahwa, dengan terus melakukan konflik
maka masing-masing pihak akan mengalami kerugian yang sangat besar, kedua belah pihak akan saling terluka, bahkan,
bukan tidak mungkin pihak lain yang justru mendapatkan keuntungan selama berlangsungnya konflik. Jika konflik dalam
kondisi seperti ini, inilah saat yang paling tepat untuk melakukan proses negosiasi.
Selanjutnya
Penggunaan hukum internasional dalam masalah Palestina dan Israel ini bukan jadi solusi terbaik karena akan
menimbulkan banyak keuntungan bagi Israel. Dari konflik terakhir, ada tiga hal pokok yang menjadi pemicu konflik
terjadi sebagai Berikut;
1. Israel mengambil wilayah Palestina.
2. Israel mengirim warganya untuk menempati tempat-tempat di wilayah Palestina.
3. Ada perselisihan antara Israel dan Palestina dalam hal perebutan-perebutan tanah di Palestina.
Untuk mencari solusi dapat dilakukan dengan mengetahui makna kemerdekaan bagi pemimpin Palestina
yakni Hamas dan Fatah. Makna merdeka menurut Hamas rakyat Palestina sudah menguasai tanah Palestina
sebelum Inggris ke luar.
Ini menunjukkan Hamas ingin Palestina bebas secara keseluruhan dari pengaruh dan penjajahan Israel di
tanah Palestina. Kedua, makna merdeka menurut Fatah wilayah yang ditempati oleh rakyat Palestina ini
dibebaskan dari pendudukan Israel. "Indonesia condong kepada gagasan two state solution. Meski
demikian, ini hanya bisa dilakukan jika ada kesepakatan antara Hamas dan Fatah, Israel dan AS sebagai
negara adikuasa pendukung Israel yang juga memiliki hak veto di PBB. Bangsa Israel merupakan bangsa
yang tidak bernegara atau people without land. Tapi, keinginan bangsa Israel mendirikan sebuah negara
Yahudi ini yang kemudian menjadi konflik karena wilayah yang diperebutkan merupakan tanah Palestina.
"Strategi bangsa Israel untuk membangun negaranya menggunakan strategi politik yang kuat dalam lobi
internasional dan funding,“Ia merasa, strategi yang digunakan Israel ini sangat kuat. Israel telah lakukan
lobi internasional jauh sebelum AS menjadi adikuasa. Kala itu, Israel melakukan lobi internasional kepada
Inggris dan Prancis sampai mendapat restu Inggris. Dalam melakukan strategi funding, sampai saat ini
Israel pemasok terbesar dana kampanye presiden-presiden di AS yang tergabung dalam American Israel
Public Affairs Committee (AIPAC). Ini yang menyebabkan AS selalu mendukung Israel.
Kesimpula
n
1. Konflik Israel dan Palestina disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: faktor teologis, historis, Deklarasi
Balfour, dan Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsabangsa mengenai pembangian wilayah. Batasan wilayah
yang jelas dan pembangunan pemukiman Yahudi di atas tanah Palestina menjadi hal substansial dan merupakan
inti konflik Israel-Palestina. Akibat dari konflik ini lebih banyak menelan korban dari pihak Palestina.
2. Penyelesaian dari konflik ini dapat dilakukan dengan menciptakan perdamaian melalui negosiasi. Negosiasi
yang dilakukan berupa negosiasi bilateral dan negosiasi melalui pihak ketiga telah menghasilkan berbagai
perjanjian perdamaian. Beberapa negosiasi yang langsung berhasil, dimana kedua belah pihak langsung
mengimplementasikan hasil kesepakatan seperti penarikan tentara Israel di daerah pendudukan di Hebron, dan
masalah tukar-tawanan. Ada pula negosiasi yang tidak langsung mencapai kesepakatan, sehingga diteminalisasi
sementara dengan status quo, seperti negosiasi yang membahas mengenai wilayah, dan pemberhentian
pembangunan pemukiman Israel.
TERIMAKASIH
SALAM
DARI
KELOMPOK II