2021-2022
Mata Kuliah : Hukum Internasional
Dosen Pengampu : Serena Ghean Niagara, S.H., M.H.
Disusun Oleh ;
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami Kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan Kesehatan yang di
berikan kepada kami, sehingga kami dapat mengumpulkan bahan-bahan materi
makalah ini dari beberapa sumber yang berjudul “KONFLIK PALESTINA –
ISRAEL DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL”
Tugas makalah ini yang berjudul “KONFLIK PALESTINA – ISRAEL
DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL”
disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah
Hukum Adat di universitas pamulang.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen Pengampu Serena
Ghean Niagara, S.H.,M.H. selaku pengampu mata kuliah Hukum Internasional
yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat memahami isi materi
tersebut. Semoga dengan keberadaan materi ini bisa dijadikan sebagai bahan
menambah wawasan bagi kami dan para pembaca nantinya. Kami telah berusaha
semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang Hukum
Internasional Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. oleh karena itu
kami mohon bantuan dari para pembaca. Demikianlah makalah ini kami buat,
apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami Kelompok 3 Mohon maaf yang
Sebesar-besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terimakasih.
2|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II : Pembahasan 6
A. Sejarah singkat Konflik Palestina dan Israel 6
B. Kedudukan Hukum Palestina dan Israel 10
C. Penegakan Hukum Internasional Terhadap Palestina
dan Israel 10
D. Pelanggaran Hukum Internasional Israel 11
E. Pelanggaran HAM Oleh Israel 13
1. Pelanggaran HAM Agresi Israel Terhadap 13
Palestina 13
2. Resolusi Terhadap Pelanggaran HAM Israel 15
F. Upaya Penyelesaian Konflik Terhadap 17
Hukum Internasional 17
DAFTAR PUSTAKA
3|Page
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
Dunia Hukum : Makalah Hukum Internasional SENGKETA PALESTINA DAN ISRAEL (enzifebrianti.blogspot.com)
4|Page
pola hubungan internasional yang semakin meluas, hukum internasional juga
mengurus struktur dan perilaku organisasi internasional, individu, dan
perusahaan multinasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
Hukum Internasional - Pengertian, Sumber, Asas & Contoh (dosenpendidikan.co.id)
5|Page
BAB II
Pembahasan
Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung lama sejak tahun
1947. Pada masa itu tepatnya pada bulan Mei, dilakukan pembagian wilayah
antara Israel dan Palestina yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Hasil dari pembagian wilayah adalah 54% dari wilayah diserahkan
untuk Israel sedangkan sisanya untuk Palestina yakni 46%. Apabila ditinjau
dari segi jumlah penduduk yang ada antara Israel dan Palestina, prosentase
masyarakat Israel yakni bangsa Yahudi hanya berkisar 31,5 % dari populasi
yang ada. Hal inilah yang menimbulkan reaksi balik dari rakyat Palestina yang
memperjuangkan kemerdekaan di tanah mereka sendiri.
Sengketa ini terus berjalan seiring dengan tekanan yang dilakukan oleh
penguasa Israel. Tentara Israel melakukan penyerangan salah satunya adalah
Ramallah, di kawasan Tepi Barat , Palestina. Israel mengawali blokade di
Ramallah dengan mengirim anggota Batalion Egoz. Tentara Israel memburu
warga Palestina khususnya yang dianggap sebagai teroris Kondisi seperti itu
membuat warga dan petinggi pemerintah Palestina meradang. Apalagi respon
dunia khususnya Amerika Serikat sangat lambat. Bahkan hampir dapat
dikatakan tidak ada tindakan berarti untuk menyetop pendudukan di jantung
Palestina. Di kota itu, sejak tahun 1996, seiring ditariknya pasukan Israel
otoritas Palestina di bawah Arafat mengatur dan mengendalikan roda
pemerintahan layaknya sebuah negara. Kota ini dipilih sebelum ibu kota
definitive Palestina yaitu Yerussalem terwujud.Selain mengepung dan
menyerang kota Ramallah pasukan Israel juga melakukan serangan kilat ke
Tepi Barat. Hanya dalam waktu kurang dari tiga hari, Kota Jenin, Tulkarem,
Betlehem Qalqilya dan Nablus di Tepi Barat secara de facto berada dalam
kontrol Israel.
6|Page
Rakyat Palestina yang merasa terusir dari daerah yang mereka diami selama
ratusan tahun tidak tinggal diam saja. Mereka terus melancarkan perang
terhadap Israel sehingga muncullah perang yang terjadi antara tahun 1948,
1967 dan tahun 1971. Perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kembali
wilayahnya bergabung dalam suatu organisasi yaitu PLO. September tahun
1982 terjadi pembantaian besar-besaran atas pengungsi Palestina di kamp
pengungsian Sabra dan Shatila yang menewaskan 2700 pengungsi hanya
dalam waktu 1 jam. Palestina sendiri akhirnya membentuk milisi yang dikenal
dengan Intifada.Perlawanan dari rakyat Palestina bergulir sejak tahun 1987.
Israel sendiri telah menguasai perekonomian di daerah Tepi Barat baik tanah
maupun sumberdaya alamnya, dengan ditopang dengan kekuatan militer yang
berfungsi untuk terus mengawasi rakyat Palestina. Perlawanan Intifada
bergolak pada akhir September 2001 setelah terjadiya bentrokan antara
Palestina dan Israel dipicu oleh kedatangan Ariel Sharon yang dianggap
bertanggungjawab atas pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan Shatila.
Pada bentrokan ini 7 orang Palestina tewas dalam Mesjid Al Aqsa. Sampai saat
ini konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel terus berlanjut
sementara berulang kali telah dilakukan perjanjian-perjanjian perdamaian
antara kedua belah pihak tetapi terus menerus mengalami kegagalan
diakibatkan oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
7|Page
sebagai solidaritas atas demonstrasi-demonstrasi yang berlanjut untuk terus
mendukung perlawanan atas Israel. Gerakan boikot terhadap produk Israel
dilakukan melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Non Government
Organization (NGO) dan kelompok-kelompok pemuda yang
mengkampanyekan boikot.
8|Page
Hamas. Apabila alasan itu dipakai dilihat dengan adanya upaya menolak
tanggungjawab yakni keadaan darurat sebagai pembelaan diri sebagaimana
ditentikan oleh Komisi Hukukm Internasional (ILC/international Law
Commision)tahun 1980, jelas tetap tidak dapat digunakan karena jelas posisi
Israel adalah kuat dalam segala bidang. Tetapi pernyataan pihak dari Isarel
tersebut bukan suatu pembelaan karena memang melihat dari sejarah dan
latar belakang permasalahan yang ada terlihat jelas bahwa Israel mempunyai
kesalahan karena telah merebut wilayah dari Palestina. Untuk menyelesaikan
konflik tersebut Israel mau tidak mau harus rela melepaskan wilayah yang
menjadi hak dari Palestina yaitu antara lain Tepi Barat, Jalur Gaza dan
Yerussalem yang akan dijadikan sebagai ibu kota Palestina.3
1. Pada saat proses dekolonisasi pasca Perang Dunia II, wilayah sengketa
(Palestina) secara keseluruhan berada dibawah Inggris (British Mandate
for Palestine 1920-1948). Ini berarti rakyat Palestina berhak atas
penentuan nasib sendiri (self-determination) untuk merdeka dari Inggris.
2. Inggris sebagai pemegang mandat gagal menengahi konflik antara
komunitas Arab dan Yahudi di Palestina tentang masa depan negara baru
ini, lalu kemudian menyerahkan persolan ini ke Perserikatan Bangsa-
Bangsa (“PBB”), dan sejak 1948 berhenti sebagai pemegang mandat.
3. Majelis Umum PBB mengambil alih sengketa ini dan
mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/181(II)
dan Partition Plan (29 November 1947) (“Resolusi MU PPB 181”). Rencana
ini ditolak oleh komunitas Arab dan negara-negara Arab4.
4. Pada tahun 1948, komunitas Yahudi memproklamasikan berdirinya
negara Israel dan mulai mengokupasi secara perlahan-lahan wilayah
Palestina.
5. Gagalnya inisiatif PBB tersebut melahirkan kevakuman kekuasaan di
Palestina dan berdirinya negara Israel memicu perang Israel dengan
negara-negara tetangga pada 1948. Pasca perang ini, Israel
berhasil menguasai secara de facto wilayah yang semula ditetapkan untuk
Israel dalam Resolusi MU PBB 181, serta hampir 60% dari wilayah yang
ditetapkan untuk Palestina.
3
Ibid 1
4
A/RES/181(II) of 29 November 1947 (un.org)
9|Page
B. Kedudukan Hukum Palestina dan Israel
Konflik ini telah berevolusi dan Israel telah diakui sebagai negara dan
menjadi anggota PBB pada tahun 1949 melalui Resolusi Majelis Umum PBB
Nomor A/RES/273 (III) (1949). Sedangkan Palestina, melalui Resolusi
Majelis Umum PBB Nomor A/RES/43/177 (1988), deklarasi kemerdekaannya
tanggal 15 November 1988 telah diakui oleh PBB.
Saat ini Palestina diakui sebagai negara oleh 138 dari total 193 negara anggota
PBB, termasuk Indonesia dan sejak 2012 melalui Resolusi
Majelis Umum PBB Nomor A/RES/67/19 diberikan status sebagai non-member
observer state5. Palestina belum secara resmi menjadi anggota PBB karena
untuk menjadi anggota PBB harus mendapat rekomendasi oleh Dewan
Keamanan PBB (“DK PBB”), yang mana hal tersebut hingga saat ini tidak bisa
dilakukan karena rekomendasi dari DK PPB pasti akan di-veto oleh Amerika
Serikat.
Sebagai informasi, hak veto merupakan hak yang dimiliki oleh setiap anggota
tetap DK PBB, di mana apabila salah satu dari anggota tetap DK PBB menolak
suatu usulan ketika pengambilan suara (voting), maka sebuah keputusan atau
resolusi DK PPB tidak akan disetujui.
Dengan demikian, saat ini terdapat dua negara yang diakui oleh masyarakat
internasional namun dengan batas wilayah yang masih dalam sengketa, dan
sebagian besar wilayah sengketa berstatus dibawah okupasi Israel. Dalam hal
ini, Israel berada dalam posisi sebagai pelanggar hukum internasional.6
5
A/RES/67/19 - E - A/RES/67/19 -Desktop (undocs.org)
6
Konflik Palestina – Israel dalam Perspektif Hukum Internasional - Klinik Hukumonline
10 | P a g e
Reaksi mayoritas negara saat ini memperlihatkan persistent
objection terhadap tindakan Israel. Dalam sistem hukum
internasional, penolakan semacam ini akan menghalangi klaim sepihak Israel
menjadi sah. Ini berati pendudukan de facto Israel di wilayah
okupasi termasuk kebijakannya memindahkan ibu kota ke Jerusalem tepat
dianggap tidak sah menurut hukum internasional. Inilah yang merupakan
akar konflik Palestina-Israel.
7
Draft articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, with commentaries - 2001 (un.org)
8
Ibid 6
11 | P a g e
serangan lainnya ke Yerusalem. Pasukan Israel menangkap setidaknya 32
warga Palestina, termasuk 3 anak-anak dan seorang wanita, dari Tepi Barat,
sementara 11 warga sipil lainnya ditangkap dari Yerusalem dan sekitarnya.
Lembaga pengawas HAM internasional, Human Rights Watch (HRW)
menyatakan serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza yang
melanggar hukum perang internasional dan tampaknya merupakan kejahatan
perang Dalam penyelidikan HRW, kesimpulan yang diperoleh adalah Israel
telah menggunakan bom berpemandu presisi GBU-31 yang bersumber dari
Amerika Serikat. Israel pun tidak memperingatkan penduduk untuk
mengevakuasi daerah tersebut sebelumnya. Mereka juga tidak menemukan
bukti adanya target militer di daerah tersebut.
Adapun norma hukum internasional yang berlaku sejak Perang Dunia II yang
relevan dengan sengketa ini adalah:
1. Norma self determination, yang memberikan hak pada wilayah yang
masih berada dalam penguasaan kolonial untuk dimerdekakan.
2. Norma uti possidetis juris, yaitu batas-batas wilayah yang
dimerdekakan itu harus identik dengan batas wilayah kolonial.
Prinsip ini diperkuat oleh pendapat Mahkamah Internasional (ICJ)
dalam Advisory Opinion on Legal Consequences of the Separation of
the Chagos Archipelago from Mauritius in 1965 (2019). Menurut ICJ,
norma self determination juga mengharuskan wilayah koloni
dimerdekakan secara utuh dan tidak boleh di pecah-pecah (hal. 43,
paragraf 160).9
3. Norma non-use of force, yaitu penggunaan kekerasan telah
diharamkan untuk memperoleh wilayah. Larangan ini mulai
berlaku sejak Piagam PBB 1945 Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB 1945 dan
ditegaskan melalui Declaration on Principles of International Law
concerning Friendly Relations and Co-operation among States in
9
169-20190225-ADV-01-00-BI.pdf (icj-cij.org)
12 | P a g e
accordance with the Charter of the United Nations (“Declaration on
Friendly Relations”).10
Selanjutnya norma-norma tersebut diimplementasikan melalui berbagai
Resolusi PBB, dan perjanjian-perjanjian internasional
seperti Oslo Accords 1993 , di mana Israel mengakui kekuasaan Palestina
11
10
DECLARATION ON PRINCIPLES OF INTERNATIONAL LAW FRIENDLY RELATIONS AND CO (un.org)
11
Declaration of Principles on Interim Self-Government Arrangements (Oslo Accords) | UN Peacemaker
12
131-20040709-ADV-01-00-EN.pdf (icj-cij.org)
13
Ibid 5
14
CR2021_01165.PDF (icc-cpi.int)
13 | P a g e
Gaza, suatu kekejian yang oleh Amnesty International disebut sebagai
collective punishment (hukuman kolektif). Akibat pemutusan ini, Gaza
gelap gulita. Rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, hingga perumahan
hanya mengandalkan lilin dan alat penerang seadanya. Padahal,
diwilayah sesempit 360 km2 ini tinggal 1.5 juta rakyat Palestina
diantaranya adalah pengungsi, dimana hampir 50% diantaranya adalah
kaum perempuan dan 48% diantaranya adalah anak-anak berusia
kurang dari 14 tahun.
22 Juni 2011 Serangan Israel di Jalur Pesawat tempur Israel membombardir sebuah
Gaza peternakan ayam di pusat Jalur Gaza. Pertanian itu
rusak dan 3.500 anak ayam mati. Pasukan Israel
mengklaim bahwa ada terowongan yang digali di
bawah pertanian.
31 Mei 2010 Penyerangan Terhadap Tentara Israel menembaki secara acak penumpang
Kapal Mavi Marmara kapal bantuan Mavi Marmara yang di galang oleh
750 relawan dari berbagai negara dengan alasan
melanggar batas wilayah dan penumpang kapal
melakukan serangan terlebih dahulu terhadap
tentara Israel.
14 | P a g e
Penghancuran Sarana Sebanyak 17 Perguruan Tinggi dan 1125 sekolah
Pendidikan dibekukan aktivitasnya. sedangkan serangan
terhadap perguruan tinggi dan sarana pedidikan
sebanyak 316 kali serangan dan 43 sekolah yang
dirubah menjadi pangkalan militer Israel.
Serangan Israel di Tepi Serangan Israel terhadap dua masjid tersebut telah
Barat melanggar hukum humaniter internasional. Karena
setiap pihak dilarang keras untuk menyerang
sarana sarana ibadah termasuk masjid yang
merupakan tempat ibadah kaum Muslim
Penyerangan Pada Hari Hari Nakba adalah hari dimana rakyat Palestina
Nakba terusir dari wilayah Palestina dan berujung pada
berdirinya negara Israel. Israel melakukan
penyerangan terhadap para demonstran. Pasukan
Israel menggunakan senapan dan bom serta gas air
mata. Akibat serangan setidaknya 12 pemuda
Palestina meninggal dan puluhan lainnya luka-
luka.
15
Israel Melakukan Pelanggaran HAM (kompas.com)
15 | P a g e
kemanusiaan internasional. Resolusi itu juga mengutuk semua tindakan
kekerasan terhadap warga sipil,termasuk terorisme.
16 | P a g e
c. Resolusi Terkait Pemukiman Liar Israel di Palestina
Penyelesaian konflik ini hanya dapat terjadi jika hukum internasional sudah
merestuinya, dalam hal ini negara-negara memberi pengakuan atas setiap apa
pun solusi yang disepakati oleh kedua negara yang berkonflik. Sayangnya
kesepakatan ini belum berhasil dicapai sehingga eskalasi konflik terus terjadi.
Eskalasi konflik yang terjadi belakangan ini bukan merupakan akar konflik
melainkan akibat dari akar konflik yang sudah dan akan terus berlangsung
melalui berbagai macam pemicu, dan hanya akan berhenti jika akar konflik itu
terselesaikan. Keperkasaan Israel atas Palestina yang lemah tidak dengan
sendirinya menyelesaikan konlfik ini. Ini membuktikan bahwa logika hukum
internasional bahwa might cannot make right, but right made might, sulit
dibantah.
16
Ibid 8.
17 | P a g e
Kesadaran seperti inilah kemudian membawa Israel dan Palestina maju ke
meja perundingan untuk yang pertama kalinya pada tahun 1991. Negosiasi itu
terus berlangsung hingga saat ini. Meskipun berbagai opini-opini pesimistik,
baik itu berasal dari internal kedua belah pihak, maupun opini dunia
internasional bermunculan setiap proses negosiasi itu dilakukan. Hal ini tidak
menjadi penyangga atau penghambat dari upaya kedua negara tersebut untuk
menciptakan perdamaian yang abadi, selaras dengan keinginan seluruh
masyarakat dari ke dua belah pihak.
1. Negosiasi Bilateral
17
M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, & Happy Bone Zulkarnaen . op cit., Hal. 42
18 | P a g e
Selanjutnya Amerika Serikat mengundang peserta konfrensi
untuk berunding di Washington pada tanggal 4 November.
Delegasi negara-negara Arab yang terdiri dari Palestina,
Yordania, Suriah, dan Libanon sudah memenuhi undangan
tersebut, tetapi tidak dari pihak Israeln yang menolak
perundingan tersebut, dan memindahkannya pada tanggal 9
Desember 1991. Tawaran tanggal perundingan dari Israel ini
kemudian ditolak oleh pihak Palestina, karena pada saat itu
bertepatan dengan peringatan 4 tahun munculnya Intifadah.
Tanggal 10 Desember kemudian disepakati oleh kedua belah
pihak untuk mengadakan pembicaraan, namun pertemuan
tersebut pun gagal membicarakan hal-hal yang prinsipil.
b) Oslo Agreement
19 | P a g e
bekerja sebagai pemain utama dalam menetapkan konseptual
dari persetujuan Israel-Palestina18.
Oslo Agreement pun tercipta, dan menjadi salah satu harapan dan
bukti akan kemajuan usaha damai untuk kedua belah pihak.
Adapun tujuan dari perjanjian tersebut adalah menyerukan
penarikan mundur pasukan Israel dari beberapa bagian dijalur
Gaza dan Tepi Barat dan memastikan hak Palestina untuk
membentuk pemerintahan sendiri di dua kawasan melalui
pembentukan Otoritas Palestina. Adapun hasil yang disepakati
pada Oslo Agreement tersebut adalah Pertama, Jalur Gaza dan
Tepi Barat dibagi dalan tiga Zona, dibawah kendali Palestina,
dibawa kendali Israel, dan dibawah kendali Israel dan Palestina.
Kedua, kedua belah pihak menandatangani Letters of Mutual
Recognition. Ketiga, Pembentukan Pemerintahan Palestina yang
mandiri di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Kesepakatan ini memuat
pengakuan bersama antara Israel dan PLO, serta lima tahun
transisi dimana Israel akan menarik mundur pasukannya dan
pembentukan Palestinian Authority (PA) sebagai pemerintahan
Palestina sementara hingga negara Palestina dibentuk.91 Pada
akhir periode transisi akan ada penyelesaian yang permanen
didasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB no.242 dan 338.
18
Selvy Violita. (2010). Kehadiran Back Channel Negotiation dalam Mewujudkan Oslo Agreement. Tesis. Pasca
sarjana jurusan hubungan internasional. Fisip UI. Hal. 3. Pada
http://www.american.edu/sis/faculty/upload/wanis-in-theory-back-channel-negotiation.pdf, diakses pada 28
Januari 2012.
20 | P a g e
tetangga yang berada dikawasan Timur-Tengah maupun negara yang
berada di luar kawasan tersebut, ataupun organisasi-organisasi
internasional yang memiliki kepentingan langsung dalam konflik Israel-
Palestina. Bercermin pada proses negosiasi bilateral yang telah
dilakukan, dan mengalami berbagai kebuntuan. Kemacetan yang terjadi
tidak hanya berlangsung pada saat negosiasi sedang berlangsung, tetapi
pada tahapan implementasi, menjadi tahapan yang paling sulit.
Terkadang hasil dari kesepakatan tidak terimplementasikan dengan
baik, dan sesuai dengan tuntutan kedua belah pihak. Oleh karena itu,
peran pihak ketiga sangat mutlak diperlukan.
19
Road Map for Peace. Pada http://www.palestinefacts.org/pf_current_roadmap.php, diakses pada tanggal 20
Februari 2012
21 | P a g e
mendapatkan satu pencapaian yaitu terbentuknya negara Palestina
yang independen, demokratis, dan bisa hidup berdampingan dengan
Israel secara damai. Penyelesaian tersebut juga merujuk pada hasil-
hasil yang telah diperoleh sebelumnya, dan mengakhiri okupasi Israel
sejak perang tahun 1967 untuk keluar dari wilayah yang dianeksasi
hingga sekarang.
Konflik Palestina dan Israel tidak kunjung usai. Konflik berlanjut dan semakin
memanas dengan adanya sengketa di wilayah Sheikh Jarrah. Guru Besar
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Prof Hikmahanto Juwana menilai,
ada banyak faktor yang dapat diamati. Salah satunya peran hukum
internasional yang masih saja belum maksimal dalam menyelesaikan konflik
Palestina-Israel. "Hal ini dikarenakan hukum internasional hanya dijadikan
sebagai alat legitimasi oleh berbagai pihak, bukan dijadikan panduan
berperilaku," kata Hikmahanto dalam webinar yang digelar SAIL dan FPCI
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII).
"Indonesia condong kepada gagasan two state solution. Meski demikian, ini
hanya bisa dilakukan jika ada kesepakatan antara Hamas dan Fatah, Israel
dan AS sebagai negara adikuasa pendukung Israel yang juga memiliki hak veto
di PBB.
Bangsa Israel merupakan bangsa yang tidak bernegara atau people without
land. Tapi, keinginan bangsa Israel mendirikan sebuah negara Yahudi ini yang
22 | P a g e
kemudian menjadi konflik karena wilayah yang diperebutkan merupakan
tanah Palestina.
Ia merasa, strategi yang digunakan Israel ini sangat kuat. Israel telah lakukan
lobi internasional jauh sebelum AS menjadi adikuasa. Kala itu, Israel
melakukan lobi internasional kepada Inggris dan Prancis sampai mendapat
restu Inggris.
Dalam melakukan strategi funding, sampai saat ini Israel pemasok terbesar
dana kampanye presiden-presiden di AS yang tergabung dalam American
Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Ini yang menyebabkan AS selalu
mendukung Israel.
23 | P a g e
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Perlu adanya realisasi dari apa yang telah disepakati dari pihak Israel
maupun Palestina sebagai komitmen untuk menciptakan perdamaian. Israel
harus menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina, dan
mengakui batas wilayah seperti sebelum terjadinya perang 1967.
2. Masih perlu perjuangan negosiasi lebih lanjut, dimanana negosiasi itu tidak
mengenal kata akhir, sebelum tertunaikannya tujuan yang diperjuangkan
kedua pihak.
24 | P a g e