Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

“KONFLIK BERSENJATA ANTARA ISRAEL DAN HIZBULLAH


(LEBANON)”

DISUSUN OLEH:

ANDRE ANDRIYANTO (1111150002)

ADHI PRATAMA (1111150045)

Indra Lesmana Bahari (1111150386)

FAKULTAS HUKUM

UNVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan judul
“KONFLIK BERSENJATA ANTARA ISRAEL DAN HIZBULLAH
(LEBANON)” tepat pada waktunya. Dan kami juga berterimakasih kepada bapak
Dr. Danial, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Hukum Humaniter Internasional.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan masih
banyak kelemahan atau kekurangan, untuk itu kami berharap adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun. Adapun penyusunan studi kasus ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Hukum Humaniter Internasional.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan juga semoga dapat berguna bagi
kami dan orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, terimakasih.

Serang, 3 Oktober 2017

Penyusun

-i-

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

A. FAKTA-FAKTA HUKUM…………………………………………….1

B. MASALAH HUKUM………………………………………………….3

C. ANALISA HUKUM…………………………………………………...3

D. KESIMPULAN………………………………………………………...7

E. REKOMENDASI………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..9

-ii-

A. FAKTA-FAKTA HUKUM
Perang antara Israel dan Lebanon Selatan bermula ketika pasukan
Hizbullah melakukan serangan udara (Operasi True Promise) ke wilayah Kota
Shlomi perbatasan Israel utara dan menembakkan roket kearah angkatan
pertahanan Israel IDF (Israel Fefence Force). IDF yang sedang berpatroli
dikawasan perbatasan menjadi korban yang mengakibatkan delapan tentara IDF
tewas serta ditangkapnya dua tentara lainnya (Ehud Goldwasser dan Elgad Regev).
Tentara Hizbullah juga menembakkan roket dan Mortil secara beruntun kewilayah
utara Israel lainnya sebagai suatu pengalihan perhatian pada waktu yang sama.1

Israel membalas menyerang Lebanon dengan menggunakan alas an


penawanan dua tentara Israel oleh Hizbullah alam suatu serangan lintas perbatasan.
Menurut pejabat Israel diduga kedua tentara itu dibawa ke Iran. Hizbullah
berencana melakukan penukaran tawanan dalam membebaskan warga Lebanon dan
palestina yang ditahan Israel. Serangan besar Israel ini diluar dugaan Hizbullah
yang sebelumnya memperkirakan Israel hanya akan membalasnya dengan operasi
komando untuk membalas menculik anggota hizbullah, seperti yang sebelumnya
pernah dilakukan. Tampaknya Israel telah lama mempersiapkan serangan ini atas
dukungan dari Amerika Serikat, sebagai penajajakan untuk serangan berikutnya ke
Iran. Hizbullah membalas kembali dengan meluncurkan roket-roket ke kawasan
utara Israel.

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert Mengatakan serangan akan dihentikan


jika Hizbullah telah meluncurkan 130 roket dalam waktu 48 jam yang
menyebabkan belasan warga tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Israel juga menyerang Lebanon pada tanggal 5-6 Agustus 2006. Israel
antara lain menggempur kota Tirus, Nakburah dan Nabatiyeh di Lebanon Selatan.

Konflik bersenjata ketika pasukan Israel berhadapan dengan kekuatan


bersenjata Hizbullah yang kemudian dikenal dengan “Perang Lebanon 2006”.
Perang yang berlangsung selama 34 hari tersebut telah mengakibatkan kehancuran
terutama di Lebanon selatan yang merupakan wilayah basis Hizbullah. 2
1
Lebanon Tolak Draf Resolusi” http://www.suaramerdeka.com/harian/0608/07.htm
-1-
2
Wikipediabahasaindonesia, 2011, peranglebanon2006, diakses pada tanggal 4 oktober
2017, available from: http//id.wikipedia.org//wiki/peranglebanon2006
Sebagai dampaknya, banyak property penduduk sipil yang bersifat vital
hancur, seperti misalnya tempat tinggal, jalan raya, rumah sakit, sekolah, tempat
ibadah dan sebagainya. Dampak yang menyedihkan adalah banyak korban jiwa dan
luka-luka yang berjatuhan dikedua belah pihak, terutama penduduk sipil yang
justru tidak ikut berperang. 3

Israel tampak jelas telah melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan dalam


berbagai tindakan atau aksi militernya terhadap Lebanon. Dalam memperjuangkan
kepentingan nasionalnya, Israel telah menggunakan cara-cara yang tidak
berprikeanusiaan, seperti dengan cara menghacurkan secara besar-besaran instalasi
listrik dan air disamping infrastruktur, transportasi yang vital untuk bantuan
makanan dan kemanusiaan. Tindakan ini melanggar HAM dan mengabaikan hukum
Humaniter seperti terdapat dala pasal 3 ayat 1 konvensi Jenewa tahun 1949. Ayat
tersebut berbunyi “orang-orang yang tidak turut aktif dalam sengketa termasuk
anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjata-senjata mereka serta
mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) karena sakit, luka-luka,
penahanan, atau sebab lain apapun, dalam keadaan bagaimanapun harus
diperlakukan dengan kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga
yang didasarkan atas suku, warna kulit, agama atau kepercayaan,kelamin,
keturunan atau kekayaan, atau setiap kriteria lainnya serupa itu”.

Tindakan Israel juga tidak sesuai dengan doktrin Just War yang bermakna
bahwa ada justifikasi atau alasan pembenaran untuk melakukan penyerangan,
bahwa perang dilakukan berdasarkan alas an logis dan dapat dibenarkan, bahwa
perang berlangsung secara adil dan seimbang, bahwa perang dilakukan terbatas
untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan untuk menghancurkan atau
memusnahkan pihak lawan (suatu Negara, suatu bangsa, etnis dan suku bangsa,
kelompok atau oposisi, dll). 4

B. MASALAH HUKUM

3
Ibid
-2-
4
“serangan Israel ke Lebanon: Pelanggaran hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia”
http://conformeast.multiply.com/journal (pelanggaran hukum humaniter) diakses pada 5 oktober
2017.
a) Bagaimana sanksi yang diperoleh dalam konflik bersenjata antara Israel
dengan Hezbollah (Lebanon)?
b) Bagaimana Penegakan hokum yang dapat dilakukan untuk mengadili
konflik bersenjata antara Israel dengan Hezbollah (Lebanon) ?

C. ANALISA HUKUM

Hukum Humaniter Internasional yang dahulu dikenal sebagai Hukum


Perang atau Hukum Sengketa Bersenjata adalah sebagai salah satu cabang dari
Hukum Internasional Publik. Hukum ini memiliki usia sejarah yang sama tua nya
dengan peradaban umat manusia. Pada dasarnya segala peraturan tentang perang
terdapat dalam pengaturan tentang tingkah laku, moral dan agama. Masing-masing
agama seperti Budha, Konfusius, Yahudi, Kristen, dan juga Islam memuat aturan
mengenai ketiga hal diatas. Bahkan disetiap peradaban yang pernah ada, ketentuan-
ketentuan ini sudah ada. Peradaban bangsa romawi mengenal konsep perang yang
adil (just war). 5

Pada akhirnya, Negara-negara membuat suatu kesepakatan tentang


peraturan-peraturan internasional yang bertujuan untuk menghindari penderitaan
sebagai akibat ddari perang. Peraturan-peraturan yang diciptakan dibuat dalam
suatu konvensi, dan disetujui untuk dipatuhi bersama.

Sejak saat itu, terjadi perubahan bersifat pertikaian bersenjata dan daya
merusak yang disebabkan dari penggunaan senjata modern. Pada akhirnya
menyadarkan perlunya suatu perbaikan serta perluasan hukum humaniter. Sangat
tidak mungkin untuk menemukan bukti documenter, Kapan dan dimana aturan-
aturan hokum huminter itu timbul, dan bahkan lebih sulitnya lagi adalah
menyebutkan “Pencipta” dari hokum Humaniter tersebut. 6

Dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hezbollah (Lebanon), ada


beberapa bentuk sanksi yang dapat diberikan kepada kedua belah pihak, khususnya
pada pelanggaran hukum humaniter internasional yang dilakukan dalam perang

5
Arlina Permanasari, Opcit. Hlm 1.
-3-
6
Hans-peter gasser, International Huminiterian Law, an introduction, Paul Haupt
publisher, Berne-stuttgart-Vienna, 1993, hlm. 6.
tersebut. Secara jelas terdapat 5 (lima) bentuk sanksi pelanggaran terhadap hukum
perang, yaitu:

1. Protes
2. Penyanderan
3. Kompensasi
4. Reprisal
5. Dan Penghukuman pelaku yang tertangkap. 7

Secara khusus, ada sejumlah bentuk sanksi pelanggaran Hukum Humaniter


Internasional yang dapat dikenakan kepada pihak yang berperang, yaitu :

 Kompensasi
 Sanksi Militer
 Sanksi Non Militer 8

Sedangkan bagi Individu yang terlibat dalam perang yang melakukan


pelanggaran hukum perang dapat dikenakan pertanggung jawaban individu dan
pertanggung jawaban komandan. 9

Salah satu sanksi yang dapat dikenakan dalam konfliik bersenjata antara
Israel dan Hezbollah adalah Pemberian Kompensasi terhadap korban perang.
Sanksi dalam bentu kompensasi dapat dilihat dalam pasal 2 dan pasal 36 The
International Law Commissions Draft Articles on The Responsibility of States For
Internationally wrongful Acts (2001) serta aturan 149 dan 150 Hukum Humaniter
Internasional Kebiasaan.

Bentuk sanksi lain merupakan sanksi implisit yang dikeluarkan Dewan


Keamanan PBByang tertuang dalam resolusi untuk menindaklanjuti konflik yang
terjadi. Paragraph pertama dari resolusi tersebut menyerukan adanya gencatan
senjata penuh kepada kedua belah pihak, Khususnya terhadap semua serangan yang
dilakukan oleh Isbullah dan Operasi Militer Ofensive yang dilancarkan oleh Israel.
7
Haryomataram, 2009, Pengantar Hukum Humaniter Internaional, Rajawali Pers,
Jakarta, Hlm. 97.
8
Oliver Rambotsham, at.al, 2005, “Conflict Resolutiion” , Second Edition, Cambridge:
polity Press, 2006, P. 88
9
Romli Atmasasmita, 2000, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama,
Jakarta, Hlm. 40.
-4-
Paragraph ini kemudian ditegaskan kembali pada paragraph 7 (tujuh) yang
menyatakan bahwa seluruh pihak bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak
akan ada harapan dengan paragraph 1 (satu) yang dapat mengganggu upaya
pencarian solusi jangka panjang, akses kemanusiaan kepada penduduk sipil,
termasuk perjalanan yang aman bagi konvoi kemanusiaan, atau pemulangan
sukarela dan aman bagi pengungsi, dan meminta semua pihak untuk mematuhi
tanggung jawab ini dan bekerjasama dengan dewan keamanan PBB. Lebih Lanjut
Paragraph 8 (Delapan) dari resolusi 1701 tersebut mendesak Israel dan Lebanon
untuk mendukung gencatan senjata permanen dan solusi jangka panjang
berdasarkan sejumlah prinip dan elemen. Resolusi ini ternyata kurang memberikan
sanksi langsung baik kepada Israel maupun Lebanon sesuai dengan Tindakan
Pelanggaran yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Dengan tidak adanya
sanksi secara spesifik, resolusi ini juga tidak memberikan kejelasan mengenai siapa
pihak yang salah dan siapa pihak yang benar dalam konflik bersenjata ditahun 2006
tersebut.

-5-

Ada sejumlah kemungkinan mekanisme penegakan yang dapat dilakukan,


yaitu melalui pengadilan nasional, pengadilan internasional Ad HOC, dan
Pengadilan permanen ICC. Pada dasarnya, Mahkamah International ICC dan
Pengadilan Nasional Masing-masing sama memiliki kewenangan untuk mengadili.
Langkah yang paling baik adalah dengan menguji terlebih dahulu kemampuan
daripada pengadilan internasional Israel dan Lebanon. Apabila kedua pengadilan
internasional tersebut tidak mau dan tidak mampu untuk menyelenggarakkan
pengadilan yang layak, maka kasus tersebut akan secara otomatis menjadi yuridiksi
dari Mahkamah Internasional.
-6-

D. KESIMPULAN

1. Berdasarkan Uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat


disimpulkan bahwa ada beberapa bentuk sanksi yang dapat dikenakan
terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum Humaniter Internasional dalam
konflik bersenjata antara Israel dan Hezbollah (Lebanon), yaitu pemberian
Konpensasi terhadap korban perang. Kemudian ada pula sanksi implisit
yang dikeluarkan oleh dewan keamanan PBB yang tertuang didalam
Resolusi 1701 untuk menindaklanjuti konflik yang terjadi antara Israel dan
Hezbollah. Pemberian sanksi terhadap kepada para pihak yang melanggar
hukum humaniter Internasional dalam perang Lebanon 2006 lebih tepat
dilakukan melalui proses peradilan nasional.
2. Mekanisme penegakan yang dapat dilakukan, yaitu melalui pengadilan
nasional, pengadilan internasional Ad HOC, dan Pengadilan permanen ICC.
Pada dasarnya, Mahkamah International ICC dan Pengadilan Nasional
Masing-masing sama memiliki kewenangan untuk mengadili. Langkah yang
paling baik adalah dengan menguji terlebih dahulu kemampuan daripada
pengadilan internasional Israel dan Lebanon. Apabila kedua pengadilan
internasional tersebut tidak mau dan tidak mampu untuk
menyelenggarakkan pengadilan yang layak, maka kasus tersebut akan
secara otomatis menjadi yuridiksi dari Mahkamah Internasional.

-7-

E. REKOMENDASI

Adapun Rekomendasi yang dapat kami berikan dalam Studi Kasus ini
adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka memberi efek jera para akademisi hendaknya perlu


memikirkan sanksi hukum humaniter yang dapat efektif diterapkan kepada
pihak-pihak yang melakukan pelanggaran hukum perang.
2. Pemerintah Israel maupun Lebanon hendaknya menyampaikan
pemberitahuan resmi mengenai kapasitas Pengadilan Nasionalnya masing-
mmasing untuk dapat menyelenggarakan pengadilan yang layak untuk
mengadiili para pelangggar hukum perang dalam perang Lebanon 2006.
-8-

DAFTAR PUSTAKA

1. Arlina Permanasari, dkk, Op.citra


2. Hans-peter gasser, International Huminiterian Law, an introduction, Paul
Haupt publisher, Berne-stuttgart-Vienna, 19
3. Haryomataram, 2009, Pengantar Hukum Humaniter Internasional, Rajawali
Pers, Jakarta.
4. Romli Atmasasmita, 2000, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika
Aditama, Jakarta.

5. Oliver Rambotsham, at.al, 2005, “Conflict Resolutiion” , Second Edition,


Cambridge: polity Press, 2006, P. 88
6. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701
7. Wikipedia Bahasa Indonesia, 2011, Perang Lebanon 2006, Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2017, Available
from:http//id.wikipedia.org//wiki/perang_lebanon_2006.
-9-

Anda mungkin juga menyukai