Anda di halaman 1dari 13

PRAKTEK BEBERAPA NEGARA MENGENAI PERLINDUNGAN

PENDUDUK SIPIL DI WAKTU PERANG


(contoh kasus: Indonesia dan Vieatnam)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Hukum Humaniter

KELOMPOK 4
Hasrul Yenika/1813030067
Mhd Yusup Lubis/1913030043
Roro Inten Rahmianti/1913030056
Ghazian Muhtadi Andria/2013030014

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UIN IMAM BONJOL
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judul “PRAKTEK BEBERAPA NEGARA MENGENAI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DI
WAKTU PERANG (contoh kasus: Indonesia dan Vieatnam) ”. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan
pengikutnya yang selalu memegang teguh seluruh ajaran-Nya.
Kami haturkan terima kasih kepada Dosen pengampu yaitu bapak Roni Efendi, M.H atas
bimbingannya serta pihak-pihak yang terkait dalam pembentukan makalah yang telah membantu
selama berlangsungnya penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang membangun agar pembuatan makalah kami dapat lebih baik lagi
dimasa yang mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi salah satu sumber informasi
yang layak diketahui terutama generasi muda sekarang ini.

Inderapura, 21 September 2021

Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya telah memberikan banyak
manfaat yang begitu besar dalam kehidupan manusia. Dunia modern tidak saja membawa kita
pada kemajuan teknolgi akan tetapi, dengan adanya bayangan ketakutan akan semakin
bertambah meningkatnya semua jenis kejahatan seperti pembajakan pesawat udara, terorisme
mengganas dimana-mana, serta penggunaan teknologi di bidang persenjataan perang.
Keberadaan perang sulit di hapuskan atau di hilangkan begitu saja meskipun usaha-usaha dalam
menciptakan perdamaian dunia sudah banyak dilakukan oleh banyak pihak. Sejarah manusia
hampir tidak pernah bebas daripada peperangan. Perang akan terjadi apabila negara-negara
dalam situasi konflik dan saling bertentangan merasa bahwa tujuan-tujuan eksklusif mereka tidak
bisa tercapai, kecuali dengan cara-cara kekerasan.
Cara perang untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah di akui dan di
praktikan sejak lama ketika cara-cara lain telah menemui jalan buntu. Sebaliknya cara damai
dipandang sebagai aturan yang kurang di pakai untuk menyelesaikan sengketa dalam kehidupan
atau hubungan antarnegara. Dalam perang jatuhnya korban dari pihak militer dianggap sebagai
konsekuensi logis dari peristiwa tersebut, tetapi jatuhnya korban dari masyarakat sipil dianggap
sebagai hal yang tidak seharusnya tidak terjadi. Secara normatif masyarakat sipil yang tidak
bersenjata dan tidak terlibat dalam konflik seharusnya menjadi pihak yang bebas dan di lindungi
keselematannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hukum humaniter internasional?
2. Bagaimana bentuk praktik perlindungan warga sipil di waktu perang?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan pengertian dari hukum humaniter.
2. Untuk memaparkan bagaimana bentuk perlindungan warga sipil di waktu perang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
C. Tujuan Penuliasan…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Praktek Beberapa Negara Mengenai Perlindungan Penduduk Sipil Di Waktu Perang
(contoh kasus: Indonesia dan Vietnam)
BAB I II PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Humaniter Internasional

Hukum humaniter internasional atau hukum humaniter adalah nama lain dari yang dulu
disebut dengan hukum perang atau hukum sengketa bersenjata. Hukum Humaniter internasional
adalah bagian hukum internasional yang mengatur hubungan antarnegara ketika terjadi perang
atau konflik bersenjata.1 Hukum perang atau yang sering disebut dengan Hukum Humaniter
Internasional (HHI), atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan
peradaban manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri.

Haryomataram membagi hukum humaniter menjadi dua aturan-aturan pokok, yaitu :2


1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk berperang
(Hukum Den Haag/The Hague Laws);
2. Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil
dan akibat perang (Hukum Jenewa/The Geneva Laws).

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang menyedihkan


bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun
perdamaian. Naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa keinsyarafan bahwa cara
berperang yang tidak mengenal batas itu sangat merugikan umat manusia, sehingga kemudian
mulailah orang mengadakan pembatasan-pembatasan, menetapkan ketentuan-ketentuan yang
mengatur perang antara bangsa-bangsa.3 HHI mencoba untuk mengatur agar suatu perang dapat
dilakukan dengan lebih memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Pada dasarnya tujuan
hukum humaniter adalah untuk memanusiawikan perang. Oleh karena itu, perkembangan hukum
perang menjadi hukum sengketa bersenjata dan kemudian menjadi hukum humaniter sebenarnya
tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter tersebut, yaitu;4

1) Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari


penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).
2) Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke
tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan
dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang
3) Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Disini yang
terpenting adalah asas kemanusiaan.

1
M.Marwan dan Jimmy P, 2009. Kamus Hukum :Dictionary of Law Complete Edition, Penerbit Reality Publisher,
Surabaya, hlm. 263.
2
Haryomataram, Sekelumit tentang Hukum Humaniter, dikutip dari : Arlina Permanasari dkk, op.
cit, hlm 5-6.
3
7Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan dan Penerapannya di Indonesia,
(Bandung : Bina Cipta, 1980), hal. 20.
4
GPH Haryomataram, Bunga Rampai Hukum Humaniter (Hukum Perang), (Jakarta : Bumi Nusantara Jaya, 1988),
hal. 12.
Seiring dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di seluruh dunia
telah memberikan sumbangan atas perkembangan HHI. Dewasa ini, HHI diakui sebagai suatu
sistem hukum yang benar-benar universal. Pada umumnya aturan tentang perang itu termuat
dalam aturan tingkah laku, moral dan agama. Hukum untuk perlindungan bagi kelompok orang
tertentu selama sengketa bersenjata dapat ditelusuri kembali melalui sejarah di hampir semua
negara atau peradaban di dunia. Dalam peradaban bangsa Romawi dikenal konsep perang yang
adil (just war). Kelompok orang tertentu itu meliputi penduduk sipil, anak-anak, perempuan,
kombatan yang meletakkan senjata dan tawanan perang. Hampir tidak mungkin menemukan
bukti dokumenter kapan dan dimana aturan-aturan Hukum Humaniter itu timbul. Namun, untuk
sampai kepada bentuknya yang sekarang, HHI telah mengalami perkembangan yang sangat
panjang dan dalam rentang waktu yang sangat panjang tersebut telah banyak upaya-upaya yang
dilakukan untuk memanusiawikan perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk
memberikan perlindungan kepada orang-orang dari kekejaman perang dan perlakuan yang semen
amena dari pihak-pihak yang terlibat dalam adu kekuatan tersebut. Kehadiran HHI sebagai
norma bagi negara-negara dunia telah meletakkannya sebagai bagian dari Hukum Internasional,
yang merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap negara, termasuk
negara damai dan negara yang netral, untuk ikut serta mengurangi penderitaan yang dialami oleh
individu akibat perang yang terjadi di berbagai negara. HHI tidak saja meliputi ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam perjanjian internasional, tetapi juga meliputi kebiasaan-kebiasaan
internasional yang terjadi dan diakui. Dengan demikian HHI merupakan instrumen yang
didalamnya terdapat norma dan kaidah yang dapat digunakan oleh semua aktor internasional
untuk mengatasi isu internasional berkaitan dengan kerugian dan korban perang.

B. Bentuk Praktik Perlindungan Warga Sipil Di Waktu Perang

Beberapa aturan perang yang menjadi salah satu sumber Hukum Humaniter Internasional
tercantum dalam Konferensi Den Haag (1907) yang mengatur tentang cara yaitu, Perang harus
diumumkan lebih dahulu sebelum dimulai, pasukan-pasukan (combatants) harus memakai
seragam yang berbeda supaya bisa dibedakan dari yang bukan pasukan atau penduduk sipil.
Pengrusakan, pembunuhan, dan penghancuran harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan militer,
hanya sasaran militer yang bisa dibom atau dihancurkan. Tawanan perang tidak boleh dibunuh
atau dianiaya, harus diberi makan, pakaian, dan harus dijaga kesehatannya selama ditahan.
Perawat-perawat rumah sakit, palang merah, dan kendaraan-kendaraan yang bertanda bulan sabit
merah (red crescent) harus dibebaskan dari serangan militer. Museum, gedung-gedung
bersejarah, dan tempat-tempat suci tidak boleh dibom atau dihancurkan. Kota-kota yang
diumumkan terbuka, yaitu tidak dijaga atau tidak diduduki harus dijaga dan dipimpin dengan
baik. Wanita dan anak-anak tidak boleh diperkosa atau dianiaya. Hak milik pribadi hanya boleh
diambil alih setelah diberi ganti rugi yang pantas.5

 Praktek perlindungan penduduk sipil di waktu perang (contoh kasus di Indonesia)

Mengenai perlindungan warga sipil ini yaitu terdapat dalam aturan 1, 2, 5-7, 9, 10, 12, 13,
20-24, 33-35, 42, 53-55, 70-84, 86-105, dan131.6 Peperangan tidak hanya berakibat terhadap
anggota angkatan bersenjata,tetapi juga berakibat pada penduduk sipil yang berada di wilayah
5
Yessenia M. Honandar, “Perlindungan Hukum Terhadap Orang Sipil dalam Konflik Bersenjata Non internasional
(Non-International), “Jurnal Armed Conflict, Lex Privatum Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017, Hlm. 95.
konflik. Penduduk sipil yang selalu dianggap sebagai pihak yang lemah dan menderita, sangat
mudah untuk dijadikan sasaran kekerasan dengan berbagai tuduhan dibuat sedemikian rupa.
Hukum humaniter telah mengatur perlindungan terhadap penduduk sipil dalam Konvensi IV
1949, yang pengaturannya lebih sempurna jika dibandingkan dengan Konvensi Den Haag.

Pasal tersebut menjelaskan bahwa pihak-pihak yang bertikai dilarang melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:

1. Memaksa baik secara jasmani maupun rohani untuk memperoleh keterangan.


2. Menimbulkan penderitaan jasmani.
3. Menjatuhkan hukuman kolektif.
4. Mengadakan intimidasi, terorisme, dan perampokan.
5. Tindakan pembalasan terhadap penduduk sipil.
6. Menangkap orang-orang untuk ditahan sebagai sandera.
Hukum humaniter internasional mewajibkan pihak-pihak yang bersengketa untuk
membedakan antara penduduk sipil dengan kombatan. 7 Istilah penduduk sipil mencakup semua
orang yang berstatus sipil. Oleh karena ituistilah penduduk sipil mencakup orang-orang sipil
yang berdomisili di daerah-daerah terjadinhyan konflik bersenjata atau penduduk sipil yang
berdomisili didaerah-daerah pendudukan.

Berdasarkan hal tersebut, yang dimaksud dengan orang sipil adalah setiap orang yang tidak
ikut berperang. Jika terdapat suatu keraguan apakah seseorang tersebut adalah seorang sipil atau
kombatan, maka ia harus dianggap sebagaiorang sipil. Perlindungan penduduk sipil ini juga
mencakup terhadap orang-orangyang bekerja sebagai penolong, wartawan maupun anggota
organisasi pertahanan sipil. Orang-orang sipil harus diperlakukan dengan perlakuan yang
manusiawi tanpa suatu pembedaan diskriminatif yang didasarkan atas jenis kelamin, warna kulit,
ras, agama atau kepercayaan, pandangan politik atau pandangan-pandangan lainnya, asal
kebangsaan dan sosial, kekayaan, keturunan, dan standar-standar pembedaan serupa lainnya.8

Pada konflik bersenjata non internasional, perlindungan terhadap penduduk sipil telah
mendapatkan perhatian yang cukup dalam hukum humaniter internasional. Ketetapan tentang
perlindungan bagi penduduk sipil tersebut telah dijelaskan pada Bab IV dalam Protokol
Tambahan II tahun 1977. Pasal 13 Protokol Tambahan II menegaskan bahwa penduduk sipil dan
orang-orang sipil berhak menerima perlindungan umum dari bahaya yang ditimbulkan oleh
operasi-operasi militer.

Untuk menekankan pentingnya perlindungan tersebut, ditegaskan larangan menjadikan


penduduk sipil dan orang-orang sipil sebagai sasaran serangan. Sebagaimana dilarang melakukan
ancaman-ancaman kekerasan yang tujuan utamanya adalah menyebarkan teror di kalangan
penduduk sipil. Penduduk sipil dan orang-orang sipil ini berhak menerima jaminan perlindungan
yang ada, selama tidak turut serta melakukan aksi-aksi perlawanan secara langsung.

6
ande Putu Swarsih Wulandari, Perlindungan Hukum Terhadap Warga Sipil Dalam KonflikBersenjata (Non-
Internasional) Libya Ditinjau Dari Perspektif Hukum Humaniter Internasional,Bagian Hukum Internasional Fakultas
Hukum Udayana.
7
Pasal 48 Protokol Tambahan I 1977.
8
Pasal 50 Protokol Tambahan I 1977.
 Praktek perlindungan penduduk sipil di waktu perang (contoh kasus di Vietnam)

Pada mulanya orang Barat sudah lama mengetahui tentang keberadaan Asia Timur ataupun
Asia Tenggara. Namun kesadaran mereka baru terbuka pada abad ke 19 tatkala politik
kolonialisme terutama oleh Perancis di kawasan yang mereka namakan Indocina. Namun masih
banyak orang yang tidak peduli dengan daerah jajahan yang sudah dikuasai oleh perancis.

Hal ini dikarenakan orang Perancis dianggap tidak protektif terhadap wilayah kolonialnya.
Awal mulanya, AS tidak mengetahui tentang negara Vietnam, baik sejarah maupun kondisi fisik
negara. Hal ini dikarenakan Vietnam adalah negara bekas jajahan kolonial Perancis. Pada peta
nama negara Vietnam inipun tidak ditemukan karena nama Vietnam ini disembunyikan di bawah
sebutan French Indochina atau Indochinanya Perancis.

Luas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan ini adalah seluas 127.000 mil persegi. Sedangkan
jumlah penduduk Vietnam lebih banyak dari penduduk Perancis dan Inggris. Amerika Serikat
tidak menyadari bahwa Vietnam adalah suatu negara yang sudah tua dan cukup berpengalaman
dalam menghadapi musuh-musuh dari luar. Tahun 1884 Vietnam sudah mendapatkan
kemerdekaannya dan bebas dari jajahan Cina.

Pada tahun 1945 Vietnam sudah menjadi negara yang merdeka, namun setelah kemerdekaan
itupun masih seringkali terjadi konflik. Bukan lagi konflik menentang penjajah namun konflik
dari dalam negara di kalangan para pemimpin negara, yang tak lain adalah perebutan
kekeuasaan. Konflik inilah yang menyebabkan masuknya Perancis ke Vietnam. Tahun 1884,
Vietnam sepenuhnya didominasi oleh Perancis yang saat itu sedang bersaing dengan Inggris
untuk menambah daerah jajahan.

Perancis pun mulai memperluas kekuasaannya tidak hanya di Vietnam saja tetapi meluas ke
Laos dan Kamboja. Vietnam sendiri dibagi menjadi tiga wilayah administrasi, yaitu Cochin
China di Vietnam bagian Selatan, Annam di Tengah, dan Tonkin di Utara. Melalui wilayah
Cochin inilah muncul golongan elite yang pada Perang Vietnam akan membantu gerakan
Nasionalisme di Vietnam. Lalu suatu ketika sebelum perang terjadi, muncul seorang tokoh
pejuang Vietnam yaitu Ho Chi Minh.

Ia adalah pemuda yang menganut paham komunis namun selalu menyebut dirinya nasionalis.
Ia dikenal sebagai seorang tokoh negara yang baik dan banyak berjasa. Ketika PD II merambah,
Asia Pasifik dan Jepang mengusai Indo China namun tetap memperbolehkan peme rintah
kolonial P rancis menjadi administrator bonekanya, maka Ho Chi Minh pun semakin
memperjuangkan rakyatnya.

Sedangkan sebelum perang Vietnam terjadi, di Washington para pejabat Amerika Serikat
sibuk untuk menyiapkan kembalinya bekas penguasa kolonial Perancis ke Indochina. Rupanya
pemimpin baru Amerika Serikat, Harry Truman, yang tak memahami kawasan Asia Tenggara
dan karena juga tidak tertarik maka ia mengijinkan Perancis untuk kembali ke Indochina dengan
alasan menjalin hubungan yang baik guna menghadapi keadaan baru pascaperang.

Bahkan Inggris juga membantu Perancis untuk kembali menjajah daerah kekuasaannya.
Dengan berat hati akhirnya Vietnam mengijinkan pasukan Perancis masuk ke Vietnam Selatan
guna menggantikan tentara Cina yang juga ditugaskan untuk melucuti senjata Jepang. Dengan
adanya peristiwa ini maka semakin jelas terlihat bahwa Perancis ingin menguasai kembali daerah
jajahannya.

Kemudian Ho mengadakan perundingan dan hasilnya adalah kesepakatan untuk tidak sepakat
sehingga Ho menyimpulkan bahwa untuk mencapai kembali kemerdekaan Vietnam harus
dengan senjata. Maka dimulailah perang antara rakyat Vietnam dengan Perancis. Pasukan
Vietnam menguasai daerah pedalaman dengan senjata yang sederhana, sedangkan Perancis
mengusai daerah perkotaan dengan menggunakan senjata yang sudah canggih dan modern.

Perancis dan Amerika Serikat sepakat untuk membangun benteng di Dien Bien Phu. Benteng
tersebut dibangun untuk menangkal infiltrasi pasukan Viet Minh ke Laos yang dikuasai Perancis.
Benteng dibangun dan diduduki oleh tentara Perancis namun banyak dari tentara Perancis yang
menyerah karena serangan Viet Minh terlalu kuat. Vietnam pun berada di atas angin, saat
Vietnam melakukan perundingan di Geneva. Namun ternyata kompromi sulit dilakukan karena
masih maraknya Perang Dingin yang masih mengancam. Namun akhirnya dicapai kesepakatan
bahwa Viet Minh boleh menguasai Vietnam bagian Utara dan Perancis di Vietnam bagian
Selatan.

Amerika Serikat ingin menjadikan Vietnam Selatan sebagai basis terdepan antikomunis di
Asia Tenggara dengan mendirikan pakta pertahanan Asia Tenggara. Amerika Serikat sangat
percaya pada teori domino saat itu, yaitu apabila Vietnam Utara sampai mengusai Vietnam
Selatan maka satu per satu wilayah sekitarnya akan jatuh ke tangan komunis.

Amerika Serikat yang semula tidak terlibat dalam masalah ini, mulai ikut ambil bagian
dengan alasan bahwa jika Vietnam semuanya dikuasai oleh Ho maka negara ini akan menjadi
negara komunis yang kuat dan akan memakan negara-negara yang lainnya, terutama Asia
Tenggara. Hal ini di ungkapkan oleh John F. Kennedy. Namun Perancis dan Inggris juga sudah
memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak campur tangan terlalu dalam dengan Vietnam
karena dua negara ini sudah tahu betul bagaimana kekuatan rakyat Vietnam.

Namun pasukan Viet Cong semakin kuat dalam memperjuangkan negaranya dengan demikian
Amerika Serikat semakin gencar mengirim pasukannya ke Vietnam Selatan, tidak hanya untuk
mengawasi namun juga berperang dengan Viet Cong. Dengan adanya pengiriman pasukan
Amerika Serikat ke Vietnam Selatan ini maka keadaan di Vietnam Selatan semakin parah.
Presiden Ngo dengan sikapnya yang semakin keras dan jauh dari rakyatnya sendiri, malah
menjadi rintangan bagi Amerika Serikat. Karena itu tiga minggu sebelum John F. Kennedy
terbunuh di Dallas pada 23 november 1963, Presiden Kennedy digantikan oleh wakilnya yaitu
Lyndon B. Johnson.

Ia sangat memperhatikan tentang perang ini dan ia menggariskan harus menang dalam Perang
Vietnam ini. Banyak hal terjadi dalam Perang Vietnam ini baik dari pergantian pemimipin , dan
terjadinya Insiden Teluk Tonkin dimana dilakukan pengeboman di sekitar pesisir laut ini yang
dianggap menjadi tempat pangkalan laut, kapal serta instlasi vital lainnya.
Memasuki tahun 1965 maka situasi perang semakin menghebat. Semakin hari pasukan
semakin bertambah dan situasi semakin panas. Semakin banyak dikirimkan pasukan ke Vietnam
ini dengan harapan Amerika Serikat akan 40 memenangkan perang dengan Vietnam.

Perang Vietnam berakhir pada tanggal 30 April 1975 setelah Pemerintah Vietnam di Saigon
menyerah tanpa syarat kepada pasukan Vietnam Utara. Stasiun televisi BBC mengungkapkan
bahwa Presiden Duong Van Minh, yang baru menjabat selama tiga hari, memerintahkan
pasukannya untuk meletakkan senjata dan menyerukan agar Pasukan Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan menghentikan permusuhan. Pengumuman menyerah itu diikuti dengan
kedatangan pasukan Vietnam Utara.

Kedatangan mereka tidak dihalanghalangi. Sebagai akibatnya, Saigon segera berganti nama
menjadi Ho Chi Minh City. Pernyataan dari Pemerintah Revolusioner Sementara di Paris,
Prancis, menjanjikan untuk tidak memihak dan penyatuan secara damai di Vietnam. Pemerintah
Vietnam Selatan menyerah hanya empat jam setelah terjadi evakuasi besar-besaran warga
Amerika Serikat di Saigon.

Selanjutnya , faktor yang menyebabkan perang Vietnam hampir selesai adalah karena
semakin maraknya intensitas demonstrasi anti-perang yang berlangsung di Amerika, sehingga
Amerika Serikat mengurangi pasukan perang yang dikirimkan sampai akhirnya Amerika Serikat
menarik semua pasukan militernya dari Vietnam Selatan. Keputusan yang diambil Amerika
Serikat memunculkan dua pemikiran dari pihak Vietnam Utara yaitu Amerika Serikat merasa
kalah dengan menarik pasukan militer dan tidak pernah mengirimkannya kembali ke Vietnam
Selatan, karena keangkuhan negara Amerika Serikat yang tidak mau mengakui kekalahannya dan
mau menutupinya maka Amerika Serikat melakukann perjanjian dengan Cina dimana disinilah
cikal bakal terbentuknya APEC (Asia Pasific Economy Cooperation).

Alasan lain, yang membuat Amerika Serikat mau menarik pasukan militernya dari Vietnam
Selatan adalah untuk mengurangi intensitas perang yang semakin parah karena Amerika Serikat
merasa tidak sanggup melawan Vietnam Utara, yang telah mengakibatkan kerugian besar-
besaran baik kerusakan fisik yang dialami Amerika Serikat hancurnya gedung-gedung dan
fasilitas umum,serta dana sebesar $200.000.000.000 terbuang sia-sia untuk membiayai perang
melawan Vietnam.

Perang Vietnam merupakan salah satu tragedi kemanusiaan yang besar dimuka bumi ini,
perang tersebut telah banyak menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan, khususnya penduduk
sipil. Penduduk sipil dalam perang tersebut sudah tidak lagi dianggap sebagai pihak yang berada
diluar perperangan, sehingga banyak dari penduduk sipil tersebut yang tewas,luka,dan sakit.
Kebanyakan dari penduduk sipil yang menjadi korban tersebut akibat pengeboman yang
membabi buta dan tindakan reprisal.

Karena hal tersebut upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Vietnam dalam melindungi
penduduk sipilnya. Yaitu antara lain adalah :

1. Melakukan perundingan-perundingan untuk menghentikan perperangan


2. Membuat daerah-daerah atau perkampungan keselamatan di dalam tanah atau di
dalam hutan.9

9
Rudhi Aviantara, 2008, Analisis Pelnggaran Hukum Humaniter Pada Penyerbuan Desa My Lai Dalam Perang
Vietnam, Jurnal : Hukum Humaniter, Vol. 4 No. 6, ISSN : 18582338
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum humaniter internasional atau hukum humaniter adalah nama lain dari yang dulu
disebut dengan hukum perang atau hukum sengketa bersenjata. Hukum Humaniter internasional
adalah bagian hukum internasional yang mengatur hubungan antarnegara ketika terjadi perang
atau konflik bersenjata.

Beberapa aturan perang yang menjadi salah satu sumber Hukum Humaniter Internasional
tercantum dalam Konferensi Den Haag (1907) yang mengatur tentang cara yaitu, Perang harus
diumumkan lebih dahulu sebelum dimulai, pasukan-pasukan (combatants) harus memakai
seragam yang berbeda supaya bisa dibedakan dari yang bukan pasukan atau penduduk sipil.
Pengrusakan, pembunuhan, dan penghancuran harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan militer,
hanya sasaran militer yang bisa dibom atau dihancurkan. Tawanan perang tidak boleh dibunuh
atau dianiaya, harus diberi makan, pakaian, dan harus dijaga kesehatannya selama ditahan.
Perawat-perawat rumah sakit, palang merah, dan kendaraan-kendaraan yang bertanda bulan sabit
merah (red crescent) harus dibebaskan dari serangan militer.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca mampu memahami bagaimana Strategi
perlindungan warga sipil dalam perang agar dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
Seperti apa bentuk strategi Perlindungan warga sipil dinegara indonesia dan bagaimana di negara
vietnam.
Penulis juga berharap agar pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai referensi satu-
satunya dalam memahami konsep-konsep dasar dalam hukum, dan memperbanyak referensi dan
rujukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ande Putu Swarsih Wulandari. Perlindungan Hukum Terhadap Warga Sipil Dalam Konflik
Bersenjata (Non-Internasional) Libya Ditinjau Dari Perspektif Hukum Humaniter
Internasional,Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Udayana.

GPH Haryomataram. 1988. Bunga Rampai Hukum Humaniter (Hukum Perang). (Jakarta :
Bumi Nusantara Jaya).

Haryomataram, Sekelumit tentang Hukum Humaniter, dikutip dari : Arlina Permanasari dkk,
op.cit,

M.Marwan dan Jimmy P, 2009. Kamus Hukum :Dictionary of Law Complete Edition.
Penerbit Reality Publisher, Surabaya

Mochtar Kusumaatmadja, 1980, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan dan


Penerapannya di Indonesia, (Bandung : Bina Cipta)

Pasal 48 Protokol Tambahan I 1977.

Pasal 50 Protokol Tambahan I 1977

Rudhi Aviantara, 2008, Analisis Pelnggaran Hukum Humaniter Pada Penyerbuan Desa My
Lai Dalam Perang Vietnam, Jurnal : Hukum Humaniter, Vol. 4 No. 6, ISSN : 18582338

Yessenia M. Honandar. 2017. “Perlindungan Hukum Terhadap Orang Sipil dalam Konflik
Bersenjata Non internasional (Non-International), “Jurnal Armed Conflict, Lex Privatum Vol.
V/No. 2

Anda mungkin juga menyukai