MAKALAH
Disusun oleh
Nama : Sity Nurul Afifah
NIM : 1111141220
Kelas/Semester : G / IV
11
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Ukraina yang berkaitan dengan Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia ...10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
i
2
peraturan internasional dalam suatu konvensi yang mereka setujui sendiri.3 Sejak
saat itu, perubahan sifat pertikaian bersenjata dan daya merusak persenjataan
modern menyadarkan perlunya banyak perbaiakan dan perluasan hukum
humaniter melalui negosiasinegosiasi panjang yang membutuhkan kesabaran.
Perkembangan Hukum Humaniter Internasional yang berhubungan dengan
perlindungan bagi korban perang dan hukum perang sangat dipengaruhi oleh
perkembangan hukum perlindungan Hak Asasi Manusia setelah Perang Dunia
Kedua. Penetapan instrumen internasional yang penting dalam bidang Hak Asasi
Manusia seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Eropa
tentang Hak Asasi Manusia (1950) dan Konvenan Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik (1966) memberikan sumbangan untuk memperkuat pandfangan bahwa
semua orang berhak menikmati Hak Asasi Manusia, baik dalam pada masa perang
maupun damai.
Hukum perang atau yang sering disebut dengan hukum Humaniter
internasional, atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya
dengan peradaban manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Mochtar
Kusumaatmadja mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang menyedihkan
bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal
250 tahun perdamaian. Naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa
keinsyarafan bahwa cara berperang yang tidak mengenal batas itu sangat
merugikan umat manusia, sehingga kemudian mulailah orang mengadakan
pembatasan-pembatasan, menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur perang
antara bangsa bangsa. Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja juga mengatakan
bahwa tidaklah mengherankan apabila perkembangan hukum internasional
modern sebagai suatu sistem hukum yang berdiri sendiri dimulai dengan
tulisantulisan mengenai hukum perang.
Dalam sejarahnya hukum humaniter internasional dapat ditemukan dalam
aturan-aturan keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia. Perkembangan
modern dari hukum humaniter baru dimulai pada abad ke-19. Sejak itu, negara-
3
Lembar Fakta HAM, 1998: 172.
i
3
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana hubungan antara Hukum Humaniter dengan Hak Asasi Manusia?
2. Bagaimana bentuk pelanggaran hukum pada kasus peperangan antara Rusia
dengan Ukraina yang berkaitan dengan Hukum Humaniter dan Hak Asasi
Manusia?
i
4
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ahmad Baharuddin Naim, Hukum Humaniter Internasional. Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 2010, hlm 7.
5
Ibid., hlm 13.
4
5
a. Ius Ad bellum yaitu hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal
bagaimana negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata;
b. Ius in bello, yaitu hukum yang berlaku dalam perang dibagi menjadi:
1) Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang. Bagian ini biasanya
disebut The Hague Laws.
2) Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban
perang ini. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws.
Oleh karena itu, perkembangan hukum perang menjadi hukum sengketa
bersenjata dan kemudian menjadi hukum humaniter sebenarnya tidak terlepas dari
tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter tersebut, yaitu:
a. Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari
penderitaan yang tidak perlu;
b. Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang
jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus
dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang;
c. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas.6
2. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugrah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.7 Dengan kata lain, HAM adalah hak-hak manusia yang asasi,
yang tanpa hak-hak tersebut seseorang tidak bisa dikatakan sebagai manusia
sepenuhnya. Jika hak-hak tersebut dikurangi atau dilanggar, maka berkurang pula
kualitasnya sebagai manusia ciptaan Tuhan.8
Masalah HAM sesungguhnya telah menjadi perhatian dan perjuangan
umat manusia bersamaan dengan perkembangan peradaban mencapai kemuliaan
kehidupan manusia. HAM adalah anak sejarah yang dilahirkan dan diperjuangkan
6
Ibid., hlm 15.
7
Pasal 1 butir Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Lembaran Negara
RI Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3886.
8
Al Araf, Perlindungan Terhadap Pembela Hak Asasi Manusia, Imparsial, Jakarta, 2005, hlm 1.
i
6
oleh umat manusia. Maka universalitas HAM tidak bisa diingkari lagi. Konsepsi
dasar HAM adalah pengakuan bahwa semua manusia dilahirkan bebas dan sama
dalam hal hak dan martabatnya. Semua manusia dikaruniai akal budi dan hati
nurani untuk saling berhubungan dalam semangat persaudaraan.9
9
Pasal 1 Deklarasi Unversal Hak Asasi Manusia, ditetapkan oleh Majelis Umum PBB dalam
resolusi 217 A (III), tertanggal 10 Desember 1948.
10
Ius Yusep, Makalah Hukum Humaniter, 2013
http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2013/05/makalah-hukum-humaniter.html [Diakses pada
tanggal 20 Desember 2016].
i
7
hukum tanpa putusan yang dimumkan lebih dahulu oleh pengadilan yang lazim,
larangan menjatuhkan hukuman mati dan melaksanakan eksekusi dalam keadaan
yang ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf (d) yang bersamaan pada keempat
Konvensi Jenewa.
Konferensi internasional mengenai hak asasi manusia yang
diselenggarakan oleh PBB di Teheran pada tahun 1968 secara resmi menjalin
hubungan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hukum Humaniter Internasional
(HHI). Dalam Resolusi XXIII tanggal 12 Mei 1968 mengenai penghormatan
HAM pada waktu pertikaian bersenjata, meminta agar konvensi-konvensi
tentang pertikaian bersenjata diterapkan secara lebih sempurna dan supaya
disepakati perjanjian baru mengenai hal ini. Resolusi ini mendorong PBB untuk
menangani pula Hukum Humaniter Internasional.11
Terdapat 3 aliran yang berkaitan dengan hubungan hukum humaniter
internasional;
1. Aliran integritas
Aliran integrationis berpendapat bahwa sistem hukum yang satu berasal
dari hukum yang lain. Dalam hal ini, maka ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu:
a. Hak asasi manusia menjadi dasar bagi hukum humaniter internasional, 12
dalam arti bahwa hukum humaniter merupakan cabang dari hak asasi
manusia. Pendapat ini antara lain dianut oleh Robertson, yang menyatakan
bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar bagi setiap orang, setiap
waktu dan berlaku di segala tempat. Jadi hak asasi manusia merupakan
genus dan hukum humaniter merupakan species-nya, karena hanya berlaku
untuk golongan tertentu dan dalam keadaan tertentu pula.
b. Hukum Humaniter Internasional merupakan dasar dari Hak Asasi Manusia,
dalam arti bahwa hak asasi manusia merupakan bagian dari hukum
11
Riki Septiawan Makalah Hukum Humaniter, 2012,
http://rikiseptiawan180991.blogspot.co.id/2012/05/contoh-makalah-hukum-humaniter.html
[Diakses pada Tanggal 20 Desember 2016].
12
Menurut saya, mengapa HAM menjadi dasar dari hukum humaniter internasional karena pada
dasarnya hukum humaniter adalah cabang ilmu yang berguna untuk memperlakukan manusia
secara manusiawi dalam peperangan, agar perang tersebut tidak mengakibatkan pelanggaran
HAM sangat banyak, baik pada pihak yang berperang maupun para penduduk sipil.
i
8
13
Resolusi XXIII tanggal 12 Mei 1968 mengenai penghormatan HAM pada waktu pertikaian
bersenjata).
14
Ahmad Baharuddin Naim, Hukum Humaniter Internasional, Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 2010, hlm. 27.
15
Resolusi XXIII tanggal 12 Mei 1968 mengenai penghormatan HAM pada waktu pertikaian
bersenjata).
i
9
3. Aliran komplementaris16
Aliran Komplementaris melihat Hukum Hak Asasi Manusia dan
Hukum Humaniter Internasional melalui proses yang bertahap, berkembang
sejajar dan saling melengkapi.
Dengan demikian, walaupun hukum humaniter berlaku pada waktu
sengketa bersenjata dan hak asasi manusia berlaku pada waktu damai. Namun
inti dari hak-hak asasi atau hard core rights tetap berlaku sekalipun pada
waktu sengketa bersenjata. Keduanya saling melengkapi. Selain itu, ada
keterpaduan dan keserasian kaidah-kaidah yang berasal dari
instrumeninstrumen hak asasi manusia dengan kaidah-kaidah yang berasal dari
instrumeninstrumen hukum humaniter internasional. Keduanya tidak hanya
mengatur hubungan diantara negara dengan negara dengan menetapkan hak-
hak dan kewajiban mereka secara timbal balik.
Berikut ini merupakan latar belakang Hubungan Hukum Humaniter
Internasional dan Hak Asasi Manusia:
1. Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Hak Asasi Manusia dua sistem
hukum yang serupa tapi tak sama;
2. Kelahiran Hukum Humaniter Internasional dilatar belakangi oleh situasi
sengketa bersenjata;
3. Kelahiran Hukum Hak Asasi Manusia dilatarbelakangi oleh adanya
tindakan kesewenang-wenangan terhadap harkat dan martabat manusia;
4. Perkembangan Hukum Humaniter Internasional diwarnai perkembangan
hukum perlindungan HAM;
5. Pelanggaran terhadap HAM dapat berakibat timbulnya pertikaian bersenjata
korban pertikaian bersenjata dijamin oleh Hukum Humaniter
Internasional.17
16
Ahmad Baharuddin Naim, Op., cit. hlm. 27.
17
Danial Amir, Diktat Hukum Humaniter Internasional, Serang, 2016, hlm 55.
i
10
18
Haryomataram, 2005, Pengantar Hukum Humaniter, Raja Grafindo, Jakarta, hlm 105.
19
Ibid,.
20
Ibid,.
21
Anis Widyawati, Hukum Pidana Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm 89.
i
11
22
Ibid,.
i
12
(e) sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian Black Sea Fleet SOFA tahun
1997 tentang penempatan militer Rusia di wilayah Ukraina.
2. Pasal 6 Covenant Hak Sipil dan Politik mengatur tentang Hak untuk hidup.
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa kehidupan dilindungi oleh HHI dengan
adanya Konvensi Jenewa yang menetapkan kewajiban untuk mengumpulkan
dan merawat orang yang sakit dan cedera, dan yang mengatur tentang
perlakuan tawanan perang, interniran sipil dan masyarakat sipil di bawah
pendudukan musuh, serta tentang hukuman mati seperti; ketentuan yang
melarang pelaksanaan hukuman mati dalam 6 bulan berikut keputusan
pengadilan atau yang melarang hukuman mati dijatuhkan pada orang berumur
di bawah 18 tahun, pada wanita hamil, maupun ibu yang mempunyai anak
masih kecil (Konvensi Jenewa IV, Pasal 68 dan 75). Intisari atau hard-core
HAM yang dimaksud meliputi:
a. Hak untuk hidup (Pasal 6 Covenant, 2 Konvensi Roma, 4 Pakta San Jose).
b. Larangan penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi (Pasal 7
Covenat, 3 Konvensi Roma, 5 Pakta San Jose)
c. Larangan perbudakan (Pasal 8 Covenant, 4 Konvensi Roma, 6 Pakta San
Jose)
d. Jaminan pengadilan (Pasal 15 Covenant, 7 Konvensi Roma, 9 Pakta san
Jose).
i
13
politik dari negara lain, atau dengan cara-cara lain apapun yang bertentangan
dengan Piagam PBB seperti yang tersebut dalam definisi ini.
i
14
i
15
i
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi Hubungan antara Hukum Humaniter Internasional dengan Hak Asasi
Manusia yaitu Dalam konvensi-konvensi tentang hak asasi manusia terdapat pula
berbagai ketentuan yang penerapannya pada situasi perang, terdapat pula hak-hak
yang tak boleh dikurangi (non derogable rights), baik dalam keadaan damai
maupun dalam keadaan sengketa bersenjata. Serta keterkaitan antara Hukum
Internasional dengan HAM yaitu dimana mempunyai tujuan dari hukum
humaniter internasional adalah untuk memberikan perlindungan kepada korban
perang, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan mencegah dilakukannya
perang secara kejam. Hukum humaniter internasional lebih ditujukan untuk
kepentingan kemanusiaan, yaitu mengurangi penderitaan setiap individu dalam
situasi konflik bersenjata. Terdapat 3 aliran yang berkaitan dengan hubungan
hukum humaniter internasional yaitu Aliran integritas, Aliran Separatis dan Aliran
komplementaris.
Dalam Kasus perang antara Rusia dengan Ukraina banyak sekali bentuk
pelanggaran baik melanggar Hukum Humaniter maupun Hukum Hak Asasi
Manusia. Berikut ini merupakan aturan yang dilanggarnya:
1. Pasal 6 Covenant Hak Sipil dan Politik mengatur tentang Hak untuk hidup.
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa kehidupan dilindungi oleh HHI dengan
adanya Konvensi Jenewa.
2. Rusia dengan mengirimkan pasukannya ke Ukraina merupakan tindakan agresi
dan merupakan ancaman serius bagi integritas Ukraina dan perdamaian serta
stabilitas di seluruh wilayah Ukraina.
3. Konvensi Jenewa III tentang perlakuan Tawanan Perang
Konvensi Den Haag yang diselenggaran pada tahun 1899 dan 1907, yaitu
dimana seorang Aktivis Oposisi Dmytro Bulatov, hilang sejak 22 Januari,
i
16
17
kemudian muncul kembali dalam keadaan memar dan bagian dari telinga
kanannya dipotong. kelompok pro Rusia berada di balik penculikan dan
penyiksaan itu.
4. Terjadi pelanggaran terhadap Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB. Dikatakan,
sedikitnya 2.593 orang termasuk sedikitnya 23 anak-anak telah terbunuh di
Ukraina antara pertengahan April ketika konflik pecah dan 27 Agustus dengan
sebanyak 5.956 orang luka-luka.
i
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad Baharuddin Naim, Hukum Humaniter Internasional. Universitas
Lampung, Bandar Lampung, 2010.
Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 2005.
Dokumen
Lembar Fakta HAM, 1998: 172.
Pasal 1 butir Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3886.
Pasal 1 Deklarasi Unversal Hak Asasi Manusia, ditetapkan oleh Majelis Umum
PBB dalam resolusi 217 A (III), tertanggal 10 Desember 1948.
Resolusi XXIII tanggal 12 Mei 1968 mengenai penghormatan HAM pada waktu
pertikaian bersenjata.
Internet
Ius Yusep, Makalah Hukum Humaniter, 2013
http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2013/05/makalah-
hukumhumaniter.html [Diakses pada tanggal 20 Desember 2016].
18