Dosen Pengampu :
UJUH JUHANA, S.H., M.H.
Oleh
ALDI ANGGARA
1932021006
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan saya kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum
Pidana Internasional yang berjudul “INTERNASIONAL CRIMINAL TRIBUNAL
FOR RWANDA (ICTR)” dapat selesai seperti waktu yang telah saya rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ujuh Juhana, S.H., M.H. sebagai
dosen mata kuliah Hukum Pidana Internasional Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR) ................................ 3
2.2 Kewenangan ICTR............................................................................................. 3
2.3 Organisasi ICTR ................................................................................................ 4
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rwanda adalah salah satu negara yang berada di Afrika tepatnya berada di
Afrika Tengah. Rwanda berbatasan dengan negara Uganda, Tanzania, Burundi
serta Republik Demokratik Kongo. Terdapat dua etnis yang ada di Rwanda yaitu
etnis Hutu dan Tutsi. Etnis Hutu merupakan etnis mayoritas sedangkan etnis Tutsi
etnis minoritas. Etnis Hutu mendominasi sekitar 85 persen populasi dan etnis Tutsi
menduduki sektor-sektor kepemimpinan dan pemerintahan.. Pelaku Genosida
Rwanda sebagian besar adalah orang etnis Hutu yang ingin membasmi etnis Tutsi.
Konflik Hutu dan Tutsi di Rwanda bukan hal baru. Kedua etnis ini berseteru sejak
masa Kolonial. Konflik Hutu dan Tutsi mulai memanas saat Belgia menjajah
Rwanda pada 1916. Pada saat itu Belgia membuat kartu identitas bagi warga
setempat yang membedakan orang menurut etnisnya. Belgia menganggap Tutsi
lebih unggul dari Hutu. Pada tahun 1956 terjadi pemberontakan yang dilakukan
oleh etnis Hutu yang memaksa etnik Tutsi melarikan diri keluar dari Rwanda.
Kemudian pada tahun 1994 kedua etnis ini yang kembali berkonflik dan
menjadi penyebab genosida Rwanda pada tahun 1994. Dalam peristiwa tersebut
sekitar 1 juta jiwa orang menjadi korban, yang sama sejumlah besar korban yang
mati karena parang (machete) atau pukulan benda keras.
Pada Tahun 1994, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya
disingkat PBB) memutuskan untuk membentuk sebuah mahkamah pidana
internasional ad hoc untuk mengadili pelaku genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan di Rwanda melalui Resolusi No. 955/1994 yang merujuk pada Bab
VII Charter PBB. Mahkamah ini diberi nama The International Criminal Tribunal
for Rwanda (selanjutnya disingkat ICTR) yang berkedudukan di Arusha Tanzania.
2
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komposisi
Komposisi dari hakim terdiri dari sebelas hakim yang bebas dan tidak ada dua
hakim dari satu kewarganegaraan dari satu negara. Sebelas hakim tersebut
mempunyai tugas tiga chamber akan bertugas masing-masing hakim untuk
mengadili dan lima hakim akan bertugas di tingkat handing (pasal 12 statuta).
5
Hakim terdiri dari orang-orang yang mempunyai moral tinggi, tidak memihak dan
mempunyai integritas tinggi dan mempunyai kualifikasi yang mewakili negara
yang terhormat untuk jabatan penegak hukum yang tinggi. Hakim-hakim tersebut
harus mempunyai pengalaman sebagai hakim di bidang hukum pidana, hukum
internasional termasuk hukum internasional humaniter dan hukum hak-hak asasi
manusia. Hakim dipilih oleh oleh Majelis Umum PBB dari suatu daftar yang
diusulkan oleh Dewan Keamanan PBB (pasal 13 statuta).
B. Penuntut Umum.
Penuntut Umum mempunyai tanggung jawab untuk penuntutan pada orang-
orang yang bertanggung jawab untuk pelanggaran serius pada Hukum Internasional
Humaniter yang terjadi di bekas wilayah Rwanda sejak tanggal 1 Januari 1994.
Penuntut Umum akan bertindak secara bebas dan terpisah dari organ Pengadilan
Internasional. Mereka tidak diperbolehkan menerima instruksi dari pemerintah
manapun. Penuntut Umum dipilih oleh Dewan Keamanan berdasarkan usul Sekjen
PBB. Penuntut Umum harus mempunyai moral tinggi dan cukup pengalaman dan
berkualitas tinggi dalam penyidikan masalah-masalah pidana . Penuntut Umum
Mempunyai masa jabatan empat tahun dan dapat dipilih kembali (pasal 16 statuta).
C. Panitera
Panitera mempunyai tugas administrasi dan melayani Mahkamah. Panitera
ditunjuk oleh Sekjen PBB setelah berkonsultasi dengan Presiden dari Mahkamah
(pasal 17 statuta).
Semua orang adalah sama didepan hukum. Tersangka dianggap tidak bersalah
(innocent) sampai dibuktikan di pengadilan bahwa dia bersalah. Tersangka akan
diadili secara adil (fair) dan akan didengar keterangannya, serta mendapat
perlindungan demikian pula para saksi (pasal 21 jo 22 statuta). Keputusan hakim
diputuskan dengan suara terbanyak dari chamber (trial Chamber). Keputusan
tersebut disertai dengan alasan secara tertulis dan jika ada pendapat hakim
(dissenting opinions) secara terpisah (pasal 23 Statuta).
Hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman penjara. Dalam memberikan
keputusannya hakim akan memperhatikan praktik yang biasa dilakukan oleh
pengadilan Rwanda (pasal 24 statuta). Ada kemungkinan untuk meminta banding.
Permintaan banding tersebut dapat diajukan oleh orang yang telah diadili oleh
6
chamber atau oleh penuntut umum. Jika permintaan banding tersebut didasarkan
pada: a. suatu kesalahan atas pertanyaan hukum yang tidak sah yang dijadikan dasar
kepurusan, b. suatu kesalahan atas fakta yang dijadikan dasar keputusan.
Pengadilan banding dapat menyetujui, menolak atau meninjau kembali keputusan
chamber (pasal 25).
Di dalam memenjarakan si terhukum, si terhukum dapat dipenjarakan pada
suatu penjara dari suatu daftar negara yang oleh Dewan Kemananan telah
menunjukkan bahwa negara tersebut telah menunjukkan adanya kemauan untuk
menerima si terpidana. Dalam hal ini harus direrapkan hukum negara yang
bersangkuran dan di bawah supervisi dari Mahkamah (pasal 27 statuta).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Iswara, A. J. (2021, September 29). Sejarah Genosida Rwanda 1994, Konflik Hutu
dan Tutsi yang tewaskan 800.000 orang. Retrieved from Kompas:
google.com/amp/s/amp.kompas.com/internasional/read/2021/09/21/18001
1870/sejarah-genosida-rwanda-1994-konflik-hutu-dan-tutsi-yang-
tewaskan
Novinna, V. (n.d.). YURISDIKSI INTERNATIONAL CRIMINAL TRIBUNAL
FOR RWANDA DALAM MENGADILI KEJAHATAN TERHADAP
KEMANUSIAAN DAN GENOSIDA YANG DILAKUKAN OLEH
FERDINAND NAHIMANA. 5.
Suwardi, S. S. (2001). MAHKAMAH KRIMINAL INTERNASIONAL UNTUK
BEKAS YUGOSLAVIA DAN RWANDA.