Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INTERNASIONAL CRIMINAL TRIBUNAL FOR RWANDA (ICTR)

Dosen Pengampu :
UJUH JUHANA, S.H., M.H.

Oleh
ALDI ANGGARA
1932021006

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan saya kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum
Pidana Internasional yang berjudul “INTERNASIONAL CRIMINAL TRIBUNAL
FOR RWANDA (ICTR)” dapat selesai seperti waktu yang telah saya rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ujuh Juhana, S.H., M.H. sebagai
dosen mata kuliah Hukum Pidana Internasional Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua yang membacanya.

Sukabumi, 27 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR) ................................ 3
2.2 Kewenangan ICTR............................................................................................. 3
2.3 Organisasi ICTR ................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 8

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rwanda adalah salah satu negara yang berada di Afrika tepatnya berada di
Afrika Tengah. Rwanda berbatasan dengan negara Uganda, Tanzania, Burundi
serta Republik Demokratik Kongo. Terdapat dua etnis yang ada di Rwanda yaitu
etnis Hutu dan Tutsi. Etnis Hutu merupakan etnis mayoritas sedangkan etnis Tutsi
etnis minoritas. Etnis Hutu mendominasi sekitar 85 persen populasi dan etnis Tutsi
menduduki sektor-sektor kepemimpinan dan pemerintahan.. Pelaku Genosida
Rwanda sebagian besar adalah orang etnis Hutu yang ingin membasmi etnis Tutsi.
Konflik Hutu dan Tutsi di Rwanda bukan hal baru. Kedua etnis ini berseteru sejak
masa Kolonial. Konflik Hutu dan Tutsi mulai memanas saat Belgia menjajah
Rwanda pada 1916. Pada saat itu Belgia membuat kartu identitas bagi warga
setempat yang membedakan orang menurut etnisnya. Belgia menganggap Tutsi
lebih unggul dari Hutu. Pada tahun 1956 terjadi pemberontakan yang dilakukan
oleh etnis Hutu yang memaksa etnik Tutsi melarikan diri keluar dari Rwanda.
Kemudian pada tahun 1994 kedua etnis ini yang kembali berkonflik dan
menjadi penyebab genosida Rwanda pada tahun 1994. Dalam peristiwa tersebut
sekitar 1 juta jiwa orang menjadi korban, yang sama sejumlah besar korban yang
mati karena parang (machete) atau pukulan benda keras.
Pada Tahun 1994, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya
disingkat PBB) memutuskan untuk membentuk sebuah mahkamah pidana
internasional ad hoc untuk mengadili pelaku genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan di Rwanda melalui Resolusi No. 955/1994 yang merujuk pada Bab
VII Charter PBB. Mahkamah ini diberi nama The International Criminal Tribunal
for Rwanda (selanjutnya disingkat ICTR) yang berkedudukan di Arusha Tanzania.
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa fungsi ICTR dan mengapa ICTR dibentuk?


2. Bagaimana peran ICTR dalam menyelesaikan sengketa?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui fungsi ICTR dan alasan ICTR dibentuk.


2. Mengetahui peran ICTR dalam menyelesaikan sengketa.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR)

Mahkamah Kriminal Internasional Rwanda (International Criminal Tribunal


for Rwanda) dibentuk dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 955 tanggal 8
November 1994 . Mahkamah ini bertempat di Arusha, Tanzania. ICTR dibentuk
untuk mengadili orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas tindakan
genoside dan pelanggaran hukum internasional humaniter. yang terjadi di wilayah
Rwanda dan ncgara tetangga Rwanda yang terjadi antara tanggal 1 Januari 1994 -
31 Desember 1994. Ketentuan ini dipertegas dalam pasal 1 Statuta ICTR
(selanjutnya disebut dengan Statuta).

2.2 Kewenangan ICTR

Tindakan yang menjadi kewenangan dari Mahkamah adalah :


a. Genocide (pasal 2 Statuta):
b. Crimes against humanity (pasal 3 Statuta);
c. Violations of Article 3 Common of the Geneva Conventions and of Add itional
Protocol II.
Pelanggaran yang dimaksudkan adalah: a. Kekejaman terhadap kehidupan,
kesehatan dan fisik atau mental terutama pembunuhan demikian juga perlakuan
kasar seperti penyiksaan. mutilasi dan segala bentuk hukuman, b. Penghukuman
secara kolektif, c. Penyanderaan, d. Tindakan terorisme, e. Kebiadaban terhadap
jati diri. khususnya tindakan penghinaan dan penurunan derajat, perkosaan.
pelacuran yang dipaksakan dan segala bentuk penyerangan, f. Penjarahan, g.
Menjatuhkan hukuman dan melaksanakan eksekusi tanpa adanya pengadilan
sebelumnya yang biasa dilakukan oleh pengadilan. Memberikan jaminan hukum
yang diakui dan diperlukan dalam peradaban manusia, h. Ancaman sehubungan
dengan segala tindakan tadi.
Wilayah kekuasaan ICTR adalah wilayah Rwanda termasuk wilayah bawah
tanah dan wilayah udara di atasnya demikian pula wilayah negara tetangganya
4

dalam kaitannya dengan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.


Masa kewenangan dari Mahkamah mulai tanggal 1 Januari 1994 sampai dengan 31
Desember 1994 (pasal 7 Statuta). Kewenangan ICTR sehubungan dengan
kewenangan pengadilan nasional. ICTR mempunyai kewenangan bersarna dengan
pengadilan nasional dalarn hal adanya delik yang merupakan pelanggaran terhadap
hukum humaniter internasional di wilayah Rwanda juga negara tetangganya untuk
delik yang dilakukan antara I Januari 1994 dan 31 Desember 1994 ICTR
mernpunyai kewenangan lebih utama dari pengadilan nasional (pasal X Statuta).
ICTR tidak membutuhkan pengawasan dari para pemenang dalam konflik yang
terjadi. ICTR telah menunjukkan norma bahwa pertanggung jawaban secara
individu untuk kejahatan terhadap hukum humaniter internasional telah diterima
oleh masyarakat internasional. Walaupun ICTR telah melaksanakan tugasnya
namun ICTR terbatas yurisdiksinya karena : a. terbatas waktunya (temporal
Yurisdiction). ICTR untuk kejahatan antara 1 Januari 1994 sampai 31 Desember
1994, b. pada orang-orang tertentu (personel yurisdiction) yaitu orang yang telah
melakukan kejahatan berat terhadap hukum humaniter internasional, c. di wilayah
tertentu (teritorial yurisdiction): ICTR di wilayah Rwanda dan negara tetangganya.
d. terbatas pada tindak kejahatan tertentu (materia yurisdiction): genocide, crimes
against humanity dan war crimes.

2.3 Organisasi ICTR

ICTR (pasal 11 statuta) :


a. Chamber, terdiri dari tiga chamber untuk mengadili dan satu chamber untuk
tingkat banding;
b. Penuntut Umum dan;
c. Panitera, yang mempunyai tug as untuk melayani chambers maupun Penuntut
Umum.

A. Komposisi
Komposisi dari hakim terdiri dari sebelas hakim yang bebas dan tidak ada dua
hakim dari satu kewarganegaraan dari satu negara. Sebelas hakim tersebut
mempunyai tugas tiga chamber akan bertugas masing-masing hakim untuk
mengadili dan lima hakim akan bertugas di tingkat handing (pasal 12 statuta).
5

Hakim terdiri dari orang-orang yang mempunyai moral tinggi, tidak memihak dan
mempunyai integritas tinggi dan mempunyai kualifikasi yang mewakili negara
yang terhormat untuk jabatan penegak hukum yang tinggi. Hakim-hakim tersebut
harus mempunyai pengalaman sebagai hakim di bidang hukum pidana, hukum
internasional termasuk hukum internasional humaniter dan hukum hak-hak asasi
manusia. Hakim dipilih oleh oleh Majelis Umum PBB dari suatu daftar yang
diusulkan oleh Dewan Keamanan PBB (pasal 13 statuta).
B. Penuntut Umum.
Penuntut Umum mempunyai tanggung jawab untuk penuntutan pada orang-
orang yang bertanggung jawab untuk pelanggaran serius pada Hukum Internasional
Humaniter yang terjadi di bekas wilayah Rwanda sejak tanggal 1 Januari 1994.
Penuntut Umum akan bertindak secara bebas dan terpisah dari organ Pengadilan
Internasional. Mereka tidak diperbolehkan menerima instruksi dari pemerintah
manapun. Penuntut Umum dipilih oleh Dewan Keamanan berdasarkan usul Sekjen
PBB. Penuntut Umum harus mempunyai moral tinggi dan cukup pengalaman dan
berkualitas tinggi dalam penyidikan masalah-masalah pidana . Penuntut Umum
Mempunyai masa jabatan empat tahun dan dapat dipilih kembali (pasal 16 statuta).
C. Panitera
Panitera mempunyai tugas administrasi dan melayani Mahkamah. Panitera
ditunjuk oleh Sekjen PBB setelah berkonsultasi dengan Presiden dari Mahkamah
(pasal 17 statuta).
Semua orang adalah sama didepan hukum. Tersangka dianggap tidak bersalah
(innocent) sampai dibuktikan di pengadilan bahwa dia bersalah. Tersangka akan
diadili secara adil (fair) dan akan didengar keterangannya, serta mendapat
perlindungan demikian pula para saksi (pasal 21 jo 22 statuta). Keputusan hakim
diputuskan dengan suara terbanyak dari chamber (trial Chamber). Keputusan
tersebut disertai dengan alasan secara tertulis dan jika ada pendapat hakim
(dissenting opinions) secara terpisah (pasal 23 Statuta).
Hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman penjara. Dalam memberikan
keputusannya hakim akan memperhatikan praktik yang biasa dilakukan oleh
pengadilan Rwanda (pasal 24 statuta). Ada kemungkinan untuk meminta banding.
Permintaan banding tersebut dapat diajukan oleh orang yang telah diadili oleh
6

chamber atau oleh penuntut umum. Jika permintaan banding tersebut didasarkan
pada: a. suatu kesalahan atas pertanyaan hukum yang tidak sah yang dijadikan dasar
kepurusan, b. suatu kesalahan atas fakta yang dijadikan dasar keputusan.
Pengadilan banding dapat menyetujui, menolak atau meninjau kembali keputusan
chamber (pasal 25).
Di dalam memenjarakan si terhukum, si terhukum dapat dipenjarakan pada
suatu penjara dari suatu daftar negara yang oleh Dewan Kemananan telah
menunjukkan bahwa negara tersebut telah menunjukkan adanya kemauan untuk
menerima si terpidana. Dalam hal ini harus direrapkan hukum negara yang
bersangkuran dan di bawah supervisi dari Mahkamah (pasal 27 statuta).
7

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan yurisdiksi kriminal


dari ICTR. ICTR dibentuk untuk mengadili orang-orang yang dianggap
bertanggung jawab atas tindakan genoside dan pelanggaran hukum internasional
humaniter. yang terjadi di wilayah Rwanda dan ncgara tetangga Rwanda yang
terjadi antara tanggal 1 Januari 1994 - 31 Desember 1994. ICTR tidak
membutuhkan pengawasan dari para pemenang dalam konflik yang terjadi. ICTR
telah menunjukkan norma bahwa pertanggung jawaban secara individu untuk
kejahatan terhadap hukum humaniter internasional telah diterima oleh masyarakat
internasional.
8

DAFTAR PUSTAKA

Iswara, A. J. (2021, September 29). Sejarah Genosida Rwanda 1994, Konflik Hutu
dan Tutsi yang tewaskan 800.000 orang. Retrieved from Kompas:
google.com/amp/s/amp.kompas.com/internasional/read/2021/09/21/18001
1870/sejarah-genosida-rwanda-1994-konflik-hutu-dan-tutsi-yang-
tewaskan
Novinna, V. (n.d.). YURISDIKSI INTERNATIONAL CRIMINAL TRIBUNAL
FOR RWANDA DALAM MENGADILI KEJAHATAN TERHADAP
KEMANUSIAAN DAN GENOSIDA YANG DILAKUKAN OLEH
FERDINAND NAHIMANA. 5.
Suwardi, S. S. (2001). MAHKAMAH KRIMINAL INTERNASIONAL UNTUK
BEKAS YUGOSLAVIA DAN RWANDA.

Anda mungkin juga menyukai