i
i
ABSTRAK
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat
nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hukum, Hak,
dan Kewajiban.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia Hukum. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang
pengertian hukum, hak, dan kewajiban, subjek hukum, objek hukum, hubungan
hukum, serta hak dan kewajiban.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Desti Fatin Fauziyah, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Hukum yang telah memberikan bimbingan
kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
D. Metode Penelitian ................................................................................................2
iii
iv
DAFTAR PUSTAKA
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian hukum, hak, dan kewajiban?
2. Apakah yang dimaksud dengan hubungan hukum?
3. Apakah yang dimaksud dengan subjek hukum?
4. Apakah yang dimaksud dengan objek hukum?
5. Bagaimana keterkaitan antara hak dan kewajiban?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut , maka tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memahami pengerian hukum, hak, dan kewajiban.
2. Untuk memahami hubungan hukum.
3. Untuk memahami subjek hukum dan objek hukum lebih dalam.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara hak dan kewajiban serta segala sesuatu
yang termasuk ke dalam hak dan kewajiban, seperti jenis-jenisnya, bentuk-
bentuknya dan sebagainya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya mahasiswa lebih memahami
tentang hukum, hak dan kewajiban, dan keterkaitannya dalam bermasyarakat.,
serta diharapkan mampu untuk mengimplementasikan hukum, hak dan kewajiban
dalam kehidupan sehari-hari
i
3
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Hartono Hadisoeprapto
Hartono Hadisoeprapto mengatakan bahwa Pengantar Tata Hukum
Indonesia sebenarnya dipergunakan untuk mengantarkan setiap orang yang ingin
mempelajari aturan-aturan hukum yang sedang berlaku di Indonesia. Berlaku
berarti yang memberikan akibat hukum bagi peristiwa atau perbuatan-perbuatan di
dalam masyarakat pada saat ini.1
C. Curson
Kewajiban dalam teori ilmu hukum menurut Curson secara umum
dibedakan atas beberapa golongan, yaitu kewajiban mutlak dan kewajiban nisbi,
kewajiban publik dan kewajiban perdata, dan kewajiban positif dan kewajiban
negatif. 3
D. Paul Scholten
Paul Scholten berpendapat bahwa keseluruhan system hukum perdata itu
didasarkan pada subjek hukum (subjectief recht). Paul Scholten melihat subjek
hokum melekat pada setiap individu sejak dilahirkan sampai mati, jadi melihatnya
secara historis teoretis.4
1
Hartono Hadisoeprapto (dalam Yulie Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, 2014:9).
2
Teori kepentingan menurut Rudolf Von Jhering (dalam Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum,
2008:32).
3
Curson (dalam Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, 2008:35).
4
Paul Scholten (dalam Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, 2010:52).
3
4
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Kuantitatif
Dalam karya tulis ilmiah ini termasuk ke dalam kelompok kuantitatif yang
bersifat non eksperimen dengan metode deskriptif.
a. Metode Deskriptif
4
5
BAB 1V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
5
6
B. HUBUNGAN HUKUM
Hubungan hukum adalah hubungan antar dua atau lebih subjek hukum.
Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
i
7
Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Jadi dalam semua hubungan di dalam masyarakat diatur
oleh hukum.
Hubungan hukum mempunyai dua segi, yaitu:
2. Kekuasaan atau kewenangan (Bevoegdheid), yang disebut dengan hak.
3. Kewajiban (Plicht), adalah segi pasif dari hubungan hukum.
Hak dan kewajiban ini timbul dari satu peristiwa hukum (misanya jual-
beli) dari satu pasal hukum objektif (pasal 1474 KUH Perdata). Pun lenyapnya
hak dan kewajiban juga bersamaan.
C. SUBJEK HUKUM
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam kamus
Ilmu Hukum disebut orang atau pendukung hak dan kewajiban. Dengan
demikian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara
yang ditentukan atau dibenarkan hukum.
Adapun subjek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum adalah
manusia dan badan hukum.
1. Manusia (natuurlijk persoon)
Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum, adalah setiap orang yang
mempunyai kedudukan yahng sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada
prinsipnya, orang sebagai subjek hukum dimulai sejak ia lahir dan berakhir
setelah meninggal dunia. Namun, ada pengecualian menurut Pasal 2 KUH
Perdata, bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir
dan menjadi subjek hukum, apabila kepentingannya menghendaki (dalam hal
menerima pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan
meninggal dunia, menurut hukum is dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan
subjek hukum (tidak menerima pembagian warisan).
Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap bertindak
atau melakukan perbuatan hukum, disebut persone miserabile yang
i
8
i
9
Seperti negara (mulai dari pemerintah pusat, sampai pemerintah desa), dan
instansi pemerintah.
D. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum,
dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Menurut terminologi
(istilah) ilmu hukum, objek hukum disebut juag benda atau barang, sedangkan
benda atau barang menurut hukum adalah segala barang dan hak yang dapat
dimiliki dan bernilai ekonomis, dan dibedakan atas sebagai berikut.
1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud (Pasal 503 KUH Perdata).
a. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dicapai atau dilihat dan
diraba oleh panca indera. Contohnya rumah, meja, kuda, pohon kelapa, dan
sebagainya.
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang tidak berwujud, berupa
segala macam hak yang melekat pada suatu benda. Contoh, hak cipta, hak atas
merek, hak atas tanah, hak atas rumah, dan sebagainya.
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (Pasal 504 KUH Perdata).
a. Benda bergerak, yaitu setiap benda yang bergerak, kerena:
1) Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (ayam, kerbau, kuda, ayam,
kambing, dan sebagainya);
2) Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, sepatu, buku, dan sebagainya;
3) Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan undang-undang, yaitu hak
pakai atas tanah dan rumah, hak sero, hak bunga yang dijanjikan, dan
sebagainya.
b. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat bergerak sendiri atau
tidak dapat dipindahkan, karena:
1) Sifatnya yang tidak bergerak, seperti gunung, kebun, dan apa yang didirikan
di atas tanah, termasuk apa yang terkandung didalamya;
2) Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan dengan benda yang
karena sifatnya tidak bergerak, seperti alat percetakan yang ditempatkan di
gudang, tegel (ubin), dan sebagainya;
i
10
3) Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak bergerak dan kapal
yang beratnya 20 M3.
Urgensi pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak
yang diberikan oleh hukum, adalah dalam kaitannya dengan pengalihan hak, yaitu
terhadap benda bergerak, cukup dilakukan dengan penyerahan langsung saja.
Sedangkan benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan surat atau akta
balik nama.
i
11
i
12
piutang itu sendiri telah diterimah atau dilunasi, maka hak waris dan hak
menagih hutang itu hilang dengan sendirinya.
d. Karena kedaluarsa (verjaring), misalnya seseorang yang memiliki sebidang
tanah yang tidak pernah diurus, dan tanah itu ternyata telah dikuasai oleh orang
lain selama lebih dari 30 tahun, maka hak atas tanah itu menjadi hak orang
yang telah mengurus menguasainya selama lebih dari 30 tahun.
a. Penyosialan Hak
Adanya penyosialan hukum yang mengubah sifat dan tujuan hukum akan
merupakan pula sifat dan tujuan hak, sehingga hak mengalami proses penyosialan.
Anggapan tentang hak pada saat akhirnya revolusi Perancis, yang
mengemukakan hak sebagai sesuatu kekuasaan lengkap yang oleh hukum
diberikan kepada yang bersangkutan, sebagai suatu kekuasaan individual
sepenuhnya yang oleh hukum dilindungi, pada tahun 1848 telah mengalami
perubahan besar sekali.
Di Eropa Barat anggapan-anggapan hidup yang bercorak individualistis
diganti oleh anggapan-anggapan hidup yang bercorak lebih sosialistis. Bukan lagi
individu yang diutamakan, melainkan kolektivitas. Hak milik tidak lagi dapat
dijalankan secara mutlak melainkan harus dijalankan sesuai dengan kepentingan
masyarakat. Pendapat yang ekstrem menyaksikan atas perlunya ada hak milik
sebagai wewenang pribadi.
Terhadap pendapat ekstrem ini ada teori dari Leon Duguit tidak nada
manusia seorang pun yang mempunyai hak. Sebailknya dalam masyarakat bagi
manusia hanya ada satu tugas sosial.5
Bahkan tata tertib hukum itu dasarnya adalah tugas-tugas sosial yang
wajib dijalankan oleh anggota masyarakat. Teori Duguit ini disebut teori fungsi
sosial dan hak diganti dengan pengertian fungsi sosial.
b. Menyalahgunakan Hak
Penyalahgunaan hak (misbruik van recht) dianggap terjadi apabila
seseorang menggunakan haknya bertentangan dengan tujuan diberikannya hak itu,
atau bertentangan dengan tujuan kemasyarakatan.
5
Leon Duguit (dalam Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, 2009:276).
i
13
Tiap hak diberi tujuan soaial. Hak tidak melindungi kepentingan adalah
sosial. Menjalankan hak yang tidak sesuai dengan tujuannya adalah menyimpang
dari tujuan hukum, menyimpang dari menjamin kepastian hukum.
c. Macam-macam Hak
1) Hak Privat
a) Hak Absolut atau Mutlak (absolute rechten, onpersoonlijke rechten)
Hak mutlak adalah setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan
kepada subjek hukum untuk berbuat sesuatu atau bertindak akan memperhatikan
kepentingannya. Kekuasaan ini dikatakan mutlak karena berlaku terhadap setiap
subjek hukum lain.
Hak mutlak juga merupakan hak yang memberikan kekuasaan kepada
yang bersangkutan untuk wajib dihormati oleh setiap orang lain. Hak asasi
manusia (HAM) termasuk ke dalam hak mutlak atau absolut. Hak asasi manusia
yaitu hak dasar yang melekat secara kodrati pada diri manusia sejak ia dilahikan,
yang harus dihormati oleh setiap orang.
Hak absolut dapat dibagi menjadi hak pribadi, hak kekuargaan, hak
kebendaan, dan hak atas barang-barang tidak berwujud.
1. Hak Pribadi
Hak pibadi adalah hak manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri orang
tersebut. Hak itu berupa hak hidup,6 hak atas tidak dicederai secara fisik, hak
untuk menggunakan nama depan dan nama keluarga, dan hak untuk dicantumkan
namanya sebagai pencipta atas keryanya di bidang kesustraan, seni, dan ilmu
pengetahuan.7 Hak pribadi tidak dapat dialihkan.
2. Hak Kekeluargaan
Hak absolut berikutnya adalah hak kekeluargaan, yaitu hak yang berkaitan
dengan hubungan kekeluargaan. Hak kekeluargaan yang terpenting saat ini adalah
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan.
6
Juga merupakan hak dasar.
7
Di dalam studi megenai hak kekayaan intelektual, hak ini merupakan hak moral yang harus
dibedakan dengan hak ekonomis. Oleh karena adanya hak moral inilah, meskipun hak ekonomis
atas suatu ciptaan itu telah dialihkan kepada pihak lain, nama pencipta harus tetap dicantumkan
sebagai pencipta pada karyanya.
i
14
8
Termasuk hak beli (hire-purchase) dan sewa guna usaha (leasing).
i
15
Hak relatif adalah hubungan subjek hukum dengan subjek hukum tertentu
lain dengan perantaraan benda yang menimbulkan kewajiban pada subjek hukum
lain tersebut. Hak relatif merupakan hak yang berisi wewenang untuk menuntut
hak yang dimiliki seseorang terhadap orang-orang tertentu. Jadi, hanya berlaku
bagi orang-orang tertentu: kreditur tertentu, dan debitur tertentu. Pada dasarnya
tidak ada pihak ketiga terlibat. Hak relatif ini tidak berlaku bagi mereka yang
tidak terlibat dalam perikatan tertentu, jadi hanya berlaku bagi mereka yang
mengadakan perjanjian. Hak relatif ini berhadapan dengan kewajiabn seseorang
tertentu. Orang lain, pihak ketiga tidak mempunyai kewajiban. Antara kedua
pihak terjadi hubungan hukum yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas
suatu prestasi dan yang lain wajib memenuhi prestasi.
Hak privat baik yang absolut maupun reatif timbul karena adanya
peristiwa hukum, hubungan hukum, dan perbuatan hukum. Perbuatan hukum
dapat dibedakan menjadi perbuatan menurut hukum dan perbuatan melanggar
hukum.
2. Kewajiban
Kewajiban sesungguhnya merupakan beban yang diberikan oleh hukum
kepada orang atau badan hukum (subjek hukum), misalnya kewajiban seseorang
atau badan hukum untuk membayar pajak dan lahirnya karena ketentuan undang-
undang. Kewajiban secara umum dibedakan atas beberapa golongan, sebagai
berikut.
a. Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi
1) Kewajiban mutlak, adalah kewajiban yang tidak mempunyai pasangan hak.
Misalnya, kewajiban yang tertuju pada diri sendiri yang umumnya berasal
dari kekuasaan.
2) Kewajiban nisbi, adalah kewajiban yang disertai dengan adanya hak.
Misalnya, kewajiban pemilik kendaraan membayar pajak, sehingga berhak
menggunakan fasilitas jalan raya yang dibuat oleh pemerintah.
Kewajiban Publik dan Kewajiban Perdata
i
16
i
17
i
18
i
19
i
20
Akibat hukum adalah akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu
peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum. Dalam kepustakaan ilmu
hukum dikenal tiga jenis akibat hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu keadaan
hukum tertentu.
1) Sejak usia 21 tahun, melahirkan suatu keadaan hukum baru yaitu dari
tidak cakap bertindak dalam hukum menjadi cakap bertindak.
2) Orang dewasa yang dibawah kuratele (pengampuan), yaitu mengubah atau
melenyapkan kecakapannya melakukan tindakan hukum.
b. Akibat hukum berupa lahirnya berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan
hukum tertentu.
1) Sejak debitur dengan kreditur memperjanjikan akad kredit (secara tertulis),
maka sejak itu melahirkan suatu hubungan hukum yaitu hubungan hukum
utang-piutang antara keduanya.
2) Sejak pembeli melunasi atau membayar harga barang dan penjual
menyerahkan barang yang dijualkan, maka berubah atau lenyaplah
hubungan hukum jual-beli di antara mereka.
c. Akibat hukum berupa sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum
(perbuatan melawan hukum).
i
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Kewajiban merupakan hal yang harus di kerjakan atau dilaksanakan. Jika
tidak dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi melanggarnya.
Hak adalah kepentingan yang dilindungai hukum, sedangkan kepentingan
adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan
dilindungi oleh hukum dalam melaksanakan.
Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari
ikatan-ikatan antara individu dengan masyarakat dan antara individu itu sendiri.
Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. Hubungan hukum tercermin
pada hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum. Hukum harus dibedakan dari
hak dan kewajiban, yang timbul kalau hukum itu diterapkan terhadap peristiwa
yang konkret. Tetapi kedua-duanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pada hakikatnya semua orang memiliki hak dan kewajiban. Kewenangan
untuk dapat menyandang hak dan kewajiban disebut kewenangan hukum.
Kewenangan hukum tidak selalu berarti mampu atau cakap melaksanakan sendiri
hak dan kewajiban, karena ada beberapa golongan yang tidak cakap dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya sendiri.
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Sedangkan objek hukum adalah
segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan dapat menjadi objek
dalam suatu hubungan hukum. Antara subjek hukum dan objek hukum saling
21
22
berkaitan, dimana hak dan kewajiban akan dilindungi oleh hukum dalam
hubungan hukum.
Kemudian terdapat penyosialan hukum yang mengubah sifat dan tujuan
hukum akan merupakan pula sifat dan tujuan hak, sehingga hak mengalami proses
penyosialan. Serta Penyalahgunaan hak (misbruik van recht) dianggap terjadi
apabila seseorang menggunakan haknya bertentangan dengan tujuan diberikannya
hak itu, atau bertentangan dengan tujuan kemasyarakatan.
Peristiwa hukum, perbuatan hukum dan perbuatan melawan hukum akan
menimbulkan akibat hukum baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Akibat hukum akan mengikat subjek hukum dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik, seharusnya melindungi hak yang
kita miliki melalui hukum yang ada dan melaksakan kewajiban yang dibebankan
kepada kita bukan karena ada akibat hukumnya. Serta membantu menyelesaikan
kasus-kasus pelanggaran hak dan kewajiban dalam lingkungan sekitar kita.
i
23
DAFTAR PUSTAKA
Teori kepentingan menurut Rudolf Von Jhering (dalam Marwan Mas, Pengantar
Ilmu Hukum, 2008:32)
23
24
Nama lengkap penulis adalah Sity Nurul Afifah lahir di kota Tangerang
pada tanggal 27 Januari 1966 dari ayah yang bernama Sukanedi dan ibu yang
bernama Haslinda. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis
menempuh jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Pondok Jagung 1 kota
Tangerang pada tahun 2002-2003, kemudian di SD Negeri 1 Panyileukan kota
Bandung, dan menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 12 kota Banda Aceh
pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Banda Aceh
pada tahun 2008-2009, kemudian di SMP Negeri 8 Bandung pada tahun 2009-
2011, dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi di SMA Pertiwi 1 Padang dan lulus pada tahun 2014. Kemudian
setelah tamat SMA penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan jurusan Ilmu Hukum. Sekarang
penulis sedang menempuh semester satu di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang, Banten.
24