Anda di halaman 1dari 29

0

HUKUM, HAK, DAN KEWAJIBAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Hukum dengan


Dosen
Desti Fatin Fauziyah, M.Pd.

SITY NURUL AFIFAH


1111141220/1G

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2014

i
i

Hukum, Hak dan Kewajiban

Sity Nurul Afifah

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah keterkaitan hukum, hak,


dan kewajiban? Dan apakah yang di maksud dengan subjek hukum, objek hukum,
dan hubungan hukum? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami lebih
dalam tentang keterkaitan hukum, hak dan kewajiban dalam kehidupan nyata, dan
untuk memahami subjek hukum, objek hukum, dan hubungan hukum. Manfaat
dari karya tulis ilmiah ini yaitu mahasiswa dapat memahami hukum, hak dan
kewajiaban. Karya tulis ilmiah ini di buat untuk menjawab tentang hukum, hak
dan kewajiban yang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
memiliki keterkaitan atau hubungan yang sangat jelas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode deskriptif dan teknik
pengumpulan data melalui studi pustaka buku-buku ilmiah. Hasil dari penelitian
ini menunjukan adanya keterkaitan antara hukum, hak dan kewajiban dalam
bentuk objek hukum dan subjek hukum yang menyebabkan terjadinya peristiwa
hukum, perbuatan hukum, dan perbutan melawan hukum yang mempunyai akibat
hukum tertentu baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini ditandai dengan
kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari hak dan kewajiban yang dilindungi
oleh hukum.

Kata kunci : Hukum, hak, dan kewajiban.

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat
nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Hukum, Hak,
dan Kewajiban.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia Hukum. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang
pengertian hukum, hak, dan kewajiban, subjek hukum, objek hukum, hubungan
hukum, serta hak dan kewajiban.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Desti Fatin Fauziyah, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Hukum yang telah memberikan bimbingan
kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat.

Serang, Desember 2014

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
D. Metode Penelitian ................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORETIS


A. Hartono Hadisoeprapto........................................................................................3
B. Teori Kepentingan (Belangen Theorie) menurut Rudolf Von Jhering................3
C. Curson .................................................................................................................3
D. Paul Scholten .......................................................................................................3

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian ................................................................................................4
1. Pendekatan Kuantitatif....................................................................................4
a. Metode Deskriptif ......................................................................................4
b. Teknik Pengumpulan data..........................................................................4

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Hukum, Hak dan Kewajiban .............................................................5
1. Pengertian hukum ............................................................................................5
2. Pengertian hak .................................................................................................6
3. Pengertian kewajiban ......................................................................................6
B. Hubungan Hukum ...............................................................................................6

iii
iv

C. Subjek Hukum ....................................................................................................7


1. Manusia (natuurlijk person) ............................................................................7
2. Badan Hukum (recht person) ..........................................................................8
D. Objek Hukum .....................................................................................................9
E. Hak dan Kewajiban............................................................................................10
1. Hak ................................................................................................................11
2. Kewajiban ......................................................................................................15
3. Peristiwa Hukum ...........................................................................................17
4. Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatigedaad) ......................................18
5. Perbuatan Hukum dan Akibat Hukum ..........................................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................21
B. Saran ..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

i
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kalau kita berbicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksudkan
adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
kehidupan bersama. Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu
terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dengan masyarakat dan antara individu
itu sendiri. Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. Dalam mengatur
hubungan-hubungan hukum itu caranya beraneka ragam. Kadang-kadang hanya
dirumuskan kewajiban-kewajiban seperti pada hukum pidana yang sebagian besar
peraturan-peraturannya terdiri dari kewajiban-kewajiban. Hukum, hak, dan
kewajiban memiliki keterkaitan satu sama lain, yang masih harus dijelaskan
dalam berbagai teori.
Dalam literatur hukum Belanda hukum disebut objectief recht, objektif
karena sifatnya umum, mengikat setiap orang. Kata recht dalam bahasa hukum
Belanda dibagi menjadi dua, yaitu objectief recht yang berarti hukum dan
subjectief recht yang berarti hak dan kewajiban. Dengan adanya objek hukum
dan subjek hukum inilah perlu memahami lebih dalam serta dapat membedakan
antara objek hukum dan subjek hukum. Maka perlu adanya teori-teori maupun
materi-materi tentang objek hukum tersebut.
Subjek hukum dan objek hukum tidak bisa dipisahkan, karena keduanya
memiliki keterkaitan. Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi
kenyataan apabila kepada subjek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban.
Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi
yang isinya di satu pihak hak, sedangkan di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak
tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak. Hukum, hak, dan
kewajiban memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lainnya.

1
2

B. Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian hukum, hak, dan kewajiban?
2. Apakah yang dimaksud dengan hubungan hukum?
3. Apakah yang dimaksud dengan subjek hukum?
4. Apakah yang dimaksud dengan objek hukum?
5. Bagaimana keterkaitan antara hak dan kewajiban?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut , maka tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memahami pengerian hukum, hak, dan kewajiban.
2. Untuk memahami hubungan hukum.
3. Untuk memahami subjek hukum dan objek hukum lebih dalam.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara hak dan kewajiban serta segala sesuatu
yang termasuk ke dalam hak dan kewajiban, seperti jenis-jenisnya, bentuk-
bentuknya dan sebagainya.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu supaya mahasiswa lebih memahami
tentang hukum, hak dan kewajiban, dan keterkaitannya dalam bermasyarakat.,
serta diharapkan mampu untuk mengimplementasikan hukum, hak dan kewajiban
dalam kehidupan sehari-hari

i
3

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Hartono Hadisoeprapto
Hartono Hadisoeprapto mengatakan bahwa Pengantar Tata Hukum
Indonesia sebenarnya dipergunakan untuk mengantarkan setiap orang yang ingin
mempelajari aturan-aturan hukum yang sedang berlaku di Indonesia. Berlaku
berarti yang memberikan akibat hukum bagi peristiwa atau perbuatan-perbuatan di
dalam masyarakat pada saat ini.1

B. Teori Kepentingan (Belangen Theorie) Menurut Rudolf Von Jhering


Teori kepentingan (Belangen Theorie) menyatakan bahwa hak adalah
kepentingan yang terlindungi. Salah seorang penganut adalah Rudolf Von Jhering,
yang berpendapat bahwa hak itu sesuatu yang penting bagi seseorang dilindungi
oleh hukum, atau kepentingan yang terlindungi.2

C. Curson
Kewajiban dalam teori ilmu hukum menurut Curson secara umum
dibedakan atas beberapa golongan, yaitu kewajiban mutlak dan kewajiban nisbi,
kewajiban publik dan kewajiban perdata, dan kewajiban positif dan kewajiban
negatif. 3

D. Paul Scholten
Paul Scholten berpendapat bahwa keseluruhan system hukum perdata itu
didasarkan pada subjek hukum (subjectief recht). Paul Scholten melihat subjek
hokum melekat pada setiap individu sejak dilahirkan sampai mati, jadi melihatnya
secara historis teoretis.4

1
Hartono Hadisoeprapto (dalam Yulie Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, 2014:9).
2
Teori kepentingan menurut Rudolf Von Jhering (dalam Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum,
2008:32).
3
Curson (dalam Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, 2008:35).
4
Paul Scholten (dalam Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, 2010:52).

3
4

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Kuantitatif

Dalam karya tulis ilmiah ini termasuk ke dalam kelompok kuantitatif yang
bersifat non eksperimen dengan metode deskriptif.

a. Metode Deskriptif

Penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang


terjadi saat sekarang. Penelitian ini menguraikan masalah yang diteliti dengan
mendeskripkan nilai variabel berdasarkan indikator tanpa membuat hubungan
dan perbandingan dengan sejumlah variabel lain, mengumpulkan informasi
secara rinci, serta mengidentifikasi masalah.

b. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan yakni penulis


mencari suber dari buku-buku ilmiah.

4
5

BAB 1V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM, HAK, DAN KEWAJIBAN


1. Pengertian Hukum
Hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Hukum bukan merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat untuk mencapai
tujuan yang sifatnya non yuridis dan berkembang karena rangsangan dari luar
hukum. Faktor-faktor di luar itulah yang membuat hukum itu dinamis.
Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari
ikatan-ikatan antara individu dengan masyarakat dan antara individu itu sendiri.
Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. Dalam mengatur hubungan-
hubungan hukum itu caranya beraneka ragam. Kadang-kadang hanya dirumuskan
kewajiban-kewajiban seperti pada hukum pidana yang sebagian besar peraturan-
peraturannya terdiri dari kewajiban-kewajiban. Sebaliknya, sering juga hukum
merumuskan peristiwa-peristiwa tertentu yang merupakan syarat timbulnya
hubungan-hubungan hukum.
Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan
dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya dengan berusaha mencari
keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan melindungi
masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri
dari individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi, maka akan selalu
terjadi konflik atau ketegangan antara kepentingan perorangan dan antara
kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik
ini sebaik-baiknya.

5
6

Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang


bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan
normatif karena menentukan apa yang seharusnya dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya
melaksanakan kepatuahn pada kaidah-kaidah.
Dalam literatur hukum Belanda hukum disebutkan objectief recht,
objektif karena sifatnya umum, megnikat setiap orang. Kata recht dalam bahasa
hukum Belanda dibagi menjadi dua yaitu objectief recht yang berarti hukum
dan subjectief recht yang berarti hak dan kewajiban.
2. Pengertian hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebeum lahir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang
sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewaenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang dan aturan), kekuasaan yang
benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.
Hak adalah kepentingan yang dilindungai hukum, sedangakan kepentingan
adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijami dan dilindungi
oleh hukum dalam melaksanakan.
3. Pengertian kewajiban
Kewajiban merupakan hal yang harus di kerjakan atau dilaksanakan. Jika
tidak dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi melanggarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewajiban adalah sesuatu yang
wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).

B. HUBUNGAN HUKUM
Hubungan hukum adalah hubungan antar dua atau lebih subjek hukum.
Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.

i
7

Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Jadi dalam semua hubungan di dalam masyarakat diatur
oleh hukum.
Hubungan hukum mempunyai dua segi, yaitu:
2. Kekuasaan atau kewenangan (Bevoegdheid), yang disebut dengan hak.
3. Kewajiban (Plicht), adalah segi pasif dari hubungan hukum.
Hak dan kewajiban ini timbul dari satu peristiwa hukum (misanya jual-
beli) dari satu pasal hukum objektif (pasal 1474 KUH Perdata). Pun lenyapnya
hak dan kewajiban juga bersamaan.

C. SUBJEK HUKUM
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam kamus
Ilmu Hukum disebut orang atau pendukung hak dan kewajiban. Dengan
demikian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara
yang ditentukan atau dibenarkan hukum.
Adapun subjek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum adalah
manusia dan badan hukum.
1. Manusia (natuurlijk persoon)
Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum, adalah setiap orang yang
mempunyai kedudukan yahng sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada
prinsipnya, orang sebagai subjek hukum dimulai sejak ia lahir dan berakhir
setelah meninggal dunia. Namun, ada pengecualian menurut Pasal 2 KUH
Perdata, bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir
dan menjadi subjek hukum, apabila kepentingannya menghendaki (dalam hal
menerima pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan
meninggal dunia, menurut hukum is dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan
subjek hukum (tidak menerima pembagian warisan).
Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap bertindak
atau melakukan perbuatan hukum, disebut persone miserabile yang

i
8

mengakibatkan mereka tidak dapat melaksanakan hak-hak dan kewajibannya,


harus diwakili oleh orang tertentu yang ditunjuk, yaitu oleh walinya atau
pengampunya.
Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum (persone
miserabile) tersebut, dalam arti tidak dapat melakukan perbuatan hukum di bidang
keperdataan atau harta benda, adalah sebagai berikut.
a. Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa (belum berusia 21 tahun),
dan belum kawin atau nikah.
b. Orang dewasa yang berada di bawah pengampunya (curatele), yaitu orang
yang sakit ingatan, pemabuk, pemboros, dan Isteri yang tunduk pada pasal 110
KUH Perdata, yang sudah dicabut oleh Surat Edaran Mahkamah Agung
(SEMA) Nomor 3 Tahun 1963.
2. Badan Hukum (recht person)
Badan Hukum (recht person), suatu perkumpulan atau lembga yang dibuat
oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu.
Badan hukum terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Badan hukum privat (privaat recht persoon), yaitu badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan
pribadi di dalam badan hukum itu. Badan hukum inimerupakan badan hukumk
swasta yang didirikan oleh pribadi orang untuk tujuan tertentu, yaitu mencari
keuntungan, sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan,
kesenian, olahraga, dan lain-lain, sesuai dengan atau menurut hukum yang
berlaku secara sah. Bentuk serta susunannya diatur oleh hukum privat. Seperti
perseroan terbatas (PT), firma, CV, badan koperasi, yayasan, dan sebagainya.
b. Badan hukum publik (publiek rechtsperson), yaitu badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum publik yang menyangkut kepentingan publik, orang
banyak atau negara pada umumnya. Badan hukum ini merupakan badan-badan
hukum negara yang mempunyai kekuasaan wilayah atau merupakan lembaga
yang dibentuk oleh yang berkuasa, bedasarkan perundang-undangan yang
dijalankan eksekutif, pemerintah taua badan pengurus yang diberi tugas itu.

i
9

Seperti negara (mulai dari pemerintah pusat, sampai pemerintah desa), dan
instansi pemerintah.

D. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum,
dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Menurut terminologi
(istilah) ilmu hukum, objek hukum disebut juag benda atau barang, sedangkan
benda atau barang menurut hukum adalah segala barang dan hak yang dapat
dimiliki dan bernilai ekonomis, dan dibedakan atas sebagai berikut.
1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud (Pasal 503 KUH Perdata).
a. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dicapai atau dilihat dan
diraba oleh panca indera. Contohnya rumah, meja, kuda, pohon kelapa, dan
sebagainya.
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang tidak berwujud, berupa
segala macam hak yang melekat pada suatu benda. Contoh, hak cipta, hak atas
merek, hak atas tanah, hak atas rumah, dan sebagainya.
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (Pasal 504 KUH Perdata).
a. Benda bergerak, yaitu setiap benda yang bergerak, kerena:
1) Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (ayam, kerbau, kuda, ayam,
kambing, dan sebagainya);
2) Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, sepatu, buku, dan sebagainya;
3) Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan undang-undang, yaitu hak
pakai atas tanah dan rumah, hak sero, hak bunga yang dijanjikan, dan
sebagainya.
b. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat bergerak sendiri atau
tidak dapat dipindahkan, karena:
1) Sifatnya yang tidak bergerak, seperti gunung, kebun, dan apa yang didirikan
di atas tanah, termasuk apa yang terkandung didalamya;
2) Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan dengan benda yang
karena sifatnya tidak bergerak, seperti alat percetakan yang ditempatkan di
gudang, tegel (ubin), dan sebagainya;

i
10

3) Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak bergerak dan kapal
yang beratnya 20 M3.
Urgensi pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak
yang diberikan oleh hukum, adalah dalam kaitannya dengan pengalihan hak, yaitu
terhadap benda bergerak, cukup dilakukan dengan penyerahan langsung saja.
Sedangkan benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan surat atau akta
balik nama.

E. HAK DAN KEWAJIBAN


Manusia menurut kodratnya, memiliki hak dan kewajiban atas sesuatu
dalam menjalani kehidupan sosialnya dengan manusia lain. Tidak seorang pun
manusia yang tidak mempunyai hak (Pasal 13 KUH Perdata), tetapi
konsekuensinya bahwa orang lain pun memiliki hak yang sama dengannya. Jadi
hak pada pihak satu berakibat timbulnya kewajiban pada pihak lain untuk
menghormati hak tersebut. Seseorang tidak boleh menggunakan haknya secara
bebas, sehingga menimbulkan kerugian atau rasa tidak enak pada orang lain.
Misalnya, A berhak atas sebuah rumah karena ia pemiliknya, maka orang
lain harus menghormati hak A tersebut. Artinya, orang lain tidak boleh
mengganggu kepemilikan A atas rumahnya, karena hak A atas rumah tersebut
dilindungi oleh hukum.
Untuk terjadinya hak dan kewajiban, diperlukan suatu peristiwa yang
oleh hukum dihubungkan segala sesuatu akibat. Artinya, hak seseorang terhadap
sesuatu benda mengakibatkan timbulnya kewajiban pada orang lain, yaitu
menghormati dan tidak boleh mengganggu hak tersebut.
Hak itu memberikan kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam
melaksanakannya, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban,
sehingga yang menonjol ialah segi aktif dalam hubungan hukum itu, yaitu hak.
Kita lihat bahwa yang pada umumnya ditonjolkan adalah hak-hak asasi,
sedangkan mengenai kewajiban-kewajiban asasi dapatlah dikatakan tidak pernah
disebut-sebut. Hak-hak asasi seorang terdakwa selalu mendapat perhatian, selalu

i
11

ditonjolkan, selalu diperjuangkan, tetapi sebaliknya kewajiban asasinya terhadap


masyarakat boleh dikatakan tidak pernah disinggung.
1. Hak
Hak disebut juga hukum subjektif. Hukum subjektif merupakan segi aktif
dari pada hubungan hukum. Hak ini sering tidak hanya meliputi satu kewenangan
atau hak saja, tetapi kadang-kadang merupakan suatu kumpulan hak atau
kewenangan (bundel van bevoegdheden).
Hukum subjektif juga dikatakan hak yang diberikan oleh hukum objektif
(norma atau kaidah). Sebaliknya hukum objektif adalah peraturan (norma atau
kaidah) yang mengatur suatu hubungan sosial.
Hak dapat timbul pada seseorang (subjek hukum) disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
a. Adanya subjek hukum baru, baik orang maupun badan hukum.
b. Terjadinya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang melakukan
perjanjian.
c. Terjadinya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan atau
kelalaian orang lain.
d. Karena seseorang telah melakukan kewajiban yang merupakan syarat untuk
memperoleh hak.
e. Terjadi kedaluarsa (verjaring), biasanya karena acquisitief verjaring yang
dapat melahirkan hak bagi seseorang. Sebaliknya, jika terjadi extinctief
verjaring, justru menghapuskan hak atau kewajiban seseorang (orang lain).
Lenyapnya atau hapusnya suatu hak menurut hukum dapat disebabkan
oleh empat hal berikut.
a. Apabila pemegang hak meninggal dunia dan tidak ada pengganti atau ahli
waris yang ditunjuk, baik oleh pemegang hak maupun ditunjuk oleh hukum.
b. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi. Misalnya.
Kontrak rumah yang telah habis waktu kontraknya.
c. Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hak. Misalnya, seseorang
yang mempunyai hak waris atau hak menagih hutang, tetapi warisan atau

i
12

piutang itu sendiri telah diterimah atau dilunasi, maka hak waris dan hak
menagih hutang itu hilang dengan sendirinya.
d. Karena kedaluarsa (verjaring), misalnya seseorang yang memiliki sebidang
tanah yang tidak pernah diurus, dan tanah itu ternyata telah dikuasai oleh orang
lain selama lebih dari 30 tahun, maka hak atas tanah itu menjadi hak orang
yang telah mengurus menguasainya selama lebih dari 30 tahun.
a. Penyosialan Hak
Adanya penyosialan hukum yang mengubah sifat dan tujuan hukum akan
merupakan pula sifat dan tujuan hak, sehingga hak mengalami proses penyosialan.
Anggapan tentang hak pada saat akhirnya revolusi Perancis, yang
mengemukakan hak sebagai sesuatu kekuasaan lengkap yang oleh hukum
diberikan kepada yang bersangkutan, sebagai suatu kekuasaan individual
sepenuhnya yang oleh hukum dilindungi, pada tahun 1848 telah mengalami
perubahan besar sekali.
Di Eropa Barat anggapan-anggapan hidup yang bercorak individualistis
diganti oleh anggapan-anggapan hidup yang bercorak lebih sosialistis. Bukan lagi
individu yang diutamakan, melainkan kolektivitas. Hak milik tidak lagi dapat
dijalankan secara mutlak melainkan harus dijalankan sesuai dengan kepentingan
masyarakat. Pendapat yang ekstrem menyaksikan atas perlunya ada hak milik
sebagai wewenang pribadi.
Terhadap pendapat ekstrem ini ada teori dari Leon Duguit tidak nada
manusia seorang pun yang mempunyai hak. Sebailknya dalam masyarakat bagi
manusia hanya ada satu tugas sosial.5
Bahkan tata tertib hukum itu dasarnya adalah tugas-tugas sosial yang
wajib dijalankan oleh anggota masyarakat. Teori Duguit ini disebut teori fungsi
sosial dan hak diganti dengan pengertian fungsi sosial.
b. Menyalahgunakan Hak
Penyalahgunaan hak (misbruik van recht) dianggap terjadi apabila
seseorang menggunakan haknya bertentangan dengan tujuan diberikannya hak itu,
atau bertentangan dengan tujuan kemasyarakatan.

5
Leon Duguit (dalam Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, 2009:276).

i
13

Tiap hak diberi tujuan soaial. Hak tidak melindungi kepentingan adalah
sosial. Menjalankan hak yang tidak sesuai dengan tujuannya adalah menyimpang
dari tujuan hukum, menyimpang dari menjamin kepastian hukum.
c. Macam-macam Hak
1) Hak Privat
a) Hak Absolut atau Mutlak (absolute rechten, onpersoonlijke rechten)
Hak mutlak adalah setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan
kepada subjek hukum untuk berbuat sesuatu atau bertindak akan memperhatikan
kepentingannya. Kekuasaan ini dikatakan mutlak karena berlaku terhadap setiap
subjek hukum lain.
Hak mutlak juga merupakan hak yang memberikan kekuasaan kepada
yang bersangkutan untuk wajib dihormati oleh setiap orang lain. Hak asasi
manusia (HAM) termasuk ke dalam hak mutlak atau absolut. Hak asasi manusia
yaitu hak dasar yang melekat secara kodrati pada diri manusia sejak ia dilahikan,
yang harus dihormati oleh setiap orang.
Hak absolut dapat dibagi menjadi hak pribadi, hak kekuargaan, hak
kebendaan, dan hak atas barang-barang tidak berwujud.
1. Hak Pribadi
Hak pibadi adalah hak manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri orang
tersebut. Hak itu berupa hak hidup,6 hak atas tidak dicederai secara fisik, hak
untuk menggunakan nama depan dan nama keluarga, dan hak untuk dicantumkan
namanya sebagai pencipta atas keryanya di bidang kesustraan, seni, dan ilmu
pengetahuan.7 Hak pribadi tidak dapat dialihkan.
2. Hak Kekeluargaan
Hak absolut berikutnya adalah hak kekeluargaan, yaitu hak yang berkaitan
dengan hubungan kekeluargaan. Hak kekeluargaan yang terpenting saat ini adalah
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan.

6
Juga merupakan hak dasar.
7
Di dalam studi megenai hak kekayaan intelektual, hak ini merupakan hak moral yang harus
dibedakan dengan hak ekonomis. Oleh karena adanya hak moral inilah, meskipun hak ekonomis
atas suatu ciptaan itu telah dialihkan kepada pihak lain, nama pencipta harus tetap dicantumkan
sebagai pencipta pada karyanya.

i
14

Kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan merupakan kekuasaan


atas orang lain. Kekuasaan itu tidak boleh digunakan untuk kepentingan yang
mempunyai kepentingan (maksud) itu sendiri, melainkan untuk kepentingan
mereka yang diwakilinya. Hak kekeluargaan tidak mempunyai nilai uang
sehingga tidak dapat diperjualbelikan.
3. Hak Kebendaan
Hak kebendaan masuk ke dalam bilangan hak atas harta kekayaan. Hak ats
kekayaan adalah hak yang dapat dinilai dengan uang. Karakteristik hak atas harta
kekeyaan adalah hak itu dapat dialihkan. Yang termasuk ke dalam hak itu adalah
hak milik, hak untuk menikmatu warisan, hak sewa,8 dan hak guna bangunan. Di
samping itu dalam perkembangan saat ini, hak pakai juga merupaka salah satu hak
absolut dalam ruang lingkup hak atas harta kekayaan.
Hak kebendaan memberikan kepada pemegangnya kekuasaan atas benda
yang dikuasainya. Hak itu dapata berupa penggunaan atau penikmatan suatu
benda atau kadang-kadang hanya merupakan tolok ukur atas suatu nilai ekonomis
untuk sekedar kepastian, misalnya gadai, hipotek, dan lain-lain. Hak yang
memberikan kekuasaan sempurna kepada pemegangnya adalah hak milik. Adapun
yang membatasi hak milik adalah hak-hak orang lain baik yang berupa hak
pribadi (misalnya, hak untuk tidak dicederai secara fisik) maupun hak kebendaan
(misalnya, hak sewa), undang-undang, dan aturan hukum tidak tertulis. Dengan
demikian, kesempurnaan hak milik bukan tidak terbatas.
4. Hak Atas Barang Tidak Berwujud
Hak atas barang tidak berwujud adalah hak atas suatu produk gagasan dan
intelektual manusia yang berupa hak cipta, paten, hak atas merek, desain industri,
rahasia dagang, dan desain tata letak sirkuit terpadu.
b) Hak Relatif (nisbi, relative rechten, persoonlijke rechten)
Hak relatif yaitu setiap kekuasaan atau kewenangan yang oleh hukum
diberikan kepada subjek hukum lain atau tertentu supaya ia berbuat sesuatu, tidak
berbuat sesuatu atau memberi sesuatu.

8
Termasuk hak beli (hire-purchase) dan sewa guna usaha (leasing).

i
15

Hak relatif adalah hubungan subjek hukum dengan subjek hukum tertentu
lain dengan perantaraan benda yang menimbulkan kewajiban pada subjek hukum
lain tersebut. Hak relatif merupakan hak yang berisi wewenang untuk menuntut
hak yang dimiliki seseorang terhadap orang-orang tertentu. Jadi, hanya berlaku
bagi orang-orang tertentu: kreditur tertentu, dan debitur tertentu. Pada dasarnya
tidak ada pihak ketiga terlibat. Hak relatif ini tidak berlaku bagi mereka yang
tidak terlibat dalam perikatan tertentu, jadi hanya berlaku bagi mereka yang
mengadakan perjanjian. Hak relatif ini berhadapan dengan kewajiabn seseorang
tertentu. Orang lain, pihak ketiga tidak mempunyai kewajiban. Antara kedua
pihak terjadi hubungan hukum yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas
suatu prestasi dan yang lain wajib memenuhi prestasi.
Hak privat baik yang absolut maupun reatif timbul karena adanya
peristiwa hukum, hubungan hukum, dan perbuatan hukum. Perbuatan hukum
dapat dibedakan menjadi perbuatan menurut hukum dan perbuatan melanggar
hukum.
2. Kewajiban
Kewajiban sesungguhnya merupakan beban yang diberikan oleh hukum
kepada orang atau badan hukum (subjek hukum), misalnya kewajiban seseorang
atau badan hukum untuk membayar pajak dan lahirnya karena ketentuan undang-
undang. Kewajiban secara umum dibedakan atas beberapa golongan, sebagai
berikut.
a. Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi
1) Kewajiban mutlak, adalah kewajiban yang tidak mempunyai pasangan hak.
Misalnya, kewajiban yang tertuju pada diri sendiri yang umumnya berasal
dari kekuasaan.
2) Kewajiban nisbi, adalah kewajiban yang disertai dengan adanya hak.
Misalnya, kewajiban pemilik kendaraan membayar pajak, sehingga berhak
menggunakan fasilitas jalan raya yang dibuat oleh pemerintah.
Kewajiban Publik dan Kewajiban Perdata

i
16

b. Kewajiban Publik dan Kewajiban Perdata


1) Kewajiban publik, yaitu kewajiban yang berkorelasi dengan hak-hak publik.
Misalnya, kewajiban untuk mematuhi peraturan atau hukum pidana.
2) Kewajiban perdata, yaitu kewajiban yang berkorelasi dengan hak-hak
perdata. Misalnya, kewajiban yang timbul akibat dari suatu perjanjian.
c. Kewajiban Positif dan kewajiban Negatif
1) Kewajiban positif, yaitu kewajiban yang menghendaki suatu perbuatan
positif. Misalnya, kewajiban penjual untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.
2) Kewajiban negatif, yyaitu kewajiban yang menghendaki untuk tidak
melakukan sesuatu. Misalnya, kewajiban seseorang untuk tidak mengambil
atau mengganggu hak milik orang lain.
Lahir atau timbulnya suatu kewajiban, juga disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut.
a. Karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi suatu
kewajiban. Misalnya, seseorang pembelian yang berkewajiban membayar
harga barang, tetapi berhak menerima barang yang telah dilunasi.
b. Berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati.
c. Adanya kesalahan atau kelalaian seseorang yang menimbulkan kerugian bagi
orang lain, sehingga ia wajib membayar ganti rugi.
d. Karena telah menikmati hak tertentu yang harus diimbangi dengan kewajiban
tertentu pula.
e. Karena kedaluarsa tertentu yang telah ditentukan oleh hukum atau karena
perjanjian tertentu, bahwa daluarsa dapat menimbulkan kewajiban baru.
Misalnya, kewajiban membayar denda atas pajak kendaraan bermotor yang
lewat waktu atau kedaluarsa (ditentukan dalam undang-undang).
Hapusnya atau berakhirnya suatu kewajiban, disebabkan oleh hal-hal
berikut.
a. Karena meninggalnya orang yang mempunyai kewajiban, tanpa ada
penggantinya, baik ahli waris maupun orang lain atau badan hukum yang
ditunjuk oleh hukum.

i
17

b. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang.


c. Kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan.
d. Hak yang melahirkan kewajiban telah hapus.
e. Kedalursa (verjaring) extinctief.
f. Ketentuan undang-undang.
g. Kewajiban telah beralih atau diaihkan kepada orang lain.
h. Terjadi suatu sebab di luar kemampuan manusia, sehingga ia tidak dapat
memenuhi kewajiban itu.
3. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat yang mempunyai akibat hukum.
a. Peristiwa perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita, yang
menimbulkan akibat-akibat hukum (diatur oleh hukum), yaitu timbulnya hak
dan kewajiban bagi kedua mempelai.
b. Peristiwa jual-beli suatu barang, di mana peristiwa itu menimbulkan akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban kedua belah pihak (penjual dan
pembeli).
Perbuatan dan tingkah laku subjek hukum yang membawa akibat hukum,
karena hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi subjek hukum atau karena
subjek hukum itu terikat oleh kekuatan hukum.
Peristiwa di dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Tidak
semua peristiwa mempunyai akibat hukum, jadi tidak semua peristiwa adalah
peristiwa hukum.
Adanya peristiwa hukum menyebabkan hukum akan bergerak untuk
menyelesaikan masalah yang timbul. Peristiwa hukum dibedakan atas dua jenis,
yaitu sebagai berikut.
a. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum, yaitu suatu peristiwa hukum
yang terjadi karena akibat perbuatan hukum. Misalnya, peristiwa pembuatan
surat wasiat, atau peristiwa menghibahkan barang.
b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau peristiwa hukum
lainnya, yaitu peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang bukan

i
18

merupakan akibat dari perbuatan subjek hukum. Misalnya, kelahiran seorang


bayi, kematian seseorang, dan kedaluarsa yang terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Kedaluarsa aquisitief, yaitu kedaluarsa atau lewat waktu yang menimbulkan
hak. Misalnya, sewa-menyewa rumah yang telah selesai masanya maka si
pemberi sewa berhak untuk menguasai kembali objek yang disewakan.
2) Kedaluarsa extinctief, yaitu kedalursa atau lewat waktu yang melenyapkan
kewajiban. Misalnya, A seseorang satuan pengamanan (satpam) yang
menjaga gudang, tetapi tugasnya selama jangka waktu tertentu telah
digantikan oleh B anggota satpam lainnya, maka selesailah kewajiban A
menjaga keamanan gudang.
Untuk lebih memahami kaitan antara peristiwa hukum, subjek dan fakta
hukum, serta dengan perbuatan melawan huku, di bawah ini digambarkan dalam
bentuk bagan.
4. Perbuatan Melawan Hukum (Onrechmatigedaad)
Rumusan pengertian dan pelaksanaan perbuatan melawan hukum
sebelum tahun 1919 dan sesudah tahun 1919 (Arrest Hoge Raad Belanda) tanggal
19 Desember 1919, adalah sebagai berikut.
a. Sebelum tahun 1919, perbuatan melawan hukum itu terjadi, apabila perbuatan
itu bertentangan dengan hukum tertulis (UU) hanya dalam hal:
1) Melanggar hak orang lain yang diakui UU, atau melanggar ketentuan
hukum tertulis saja, misalnya mengambil barang (hak) orang lain tanpa
seizin yang berhak (pemilik), merusak barang milik orang lain, dan
sebagainya;
2) bertentangan dengan kewajiabn hukum si pelaku, misalnya tidak menolong
orang yang memerlukan pertolongan sebagai kewajiban, atau tidak memberi
hak mendahului bagi orang lain di persimpangan jalan dan sebagainya.
b. Sesudah tahun 1919, yaitu setelah keluarnya Arrest (putusan) Hoge Raad
(Mahkamah Agung) Belanda pada tanggal 31 Desember 1919 memutuskan
bahwa suatu perbuatan digolongkan melawan hukum, apabila:
1) Setiap perbuatan yang menimbulkan pelanggaran terhadap hak orang lain,
atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

i
19

2) melanggar baik terhadap kesusilaan maupun terhadap kesaksamaan yang


layak dalam pergaulan masyarakat terhadap orang lain atau benda orang
lain.
Salah satu contoh perbuatan melawan hukum dalam lapangan hukum
perdata adalah dalam hal perikatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan undang-
undang, tetapi dilanggar oleh salah satu pihak. Sedangkan perbuatan melawan
hukum di bidang hukum pidana apabila melanggar ketentuan hukum pidana.
5. Perbuatan Hukum dan Akibat Hukum
Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan atau tindakan subjek hukum
yang mempunyai akibat hukum, dan akibat hukum itu memang dikehendaki oleh
subjek hukum. Misalnya, jual-beli, sewa menyewa, pemberian hibah, nikah dan
sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka unsur-unsur perbuatan hukum
adalah perbuatan dilakukan oleh subjek hukum, perbuatan itu mempunyai akibat
hukum, dan akibat hukum itu memang dikehendaki oleh subjek hukum. Perbuatan
hukum terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Perbuatan hukum bersegi satu, perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
pihak saja, misalnya pemberian izin kawin, pemberian wasiat, menolak
warisan, pengakuan anak luar kawin, dan sebagainya.
b. Perbuatan hukum bersegi dua, perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih, misalnya perjanjian (jual-beli, sewa-menyewa), dan sebagainya.
Dengan demikian, perbuatan hukum berbeda dengan perbuatan melawan
hukum, karena perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan oleh subjek
hukum dan akibat hukumya tidak dikehendaki. Misalnya mencuri, membunuh,
menipu, memperkosa dan sebagainya. Hal yang membedakan antara perbuatan
hukum dengan perbuatan melawan hukum adalah: pada akibat hukumnya, di
mana pada perbuatan hukum akibat hukumnya dikehendaki oleh subjek hukum,
sedangkan pada perbuatan melawan hukum akibat hukumnya tidak dikehendaki
oleh subjek hukum.

i
20

Akibat hukum adalah akibat yang diberikan oleh hukum atas suatu
peristiwa hukum atau perbuatan dari subjek hukum. Dalam kepustakaan ilmu
hukum dikenal tiga jenis akibat hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu keadaan
hukum tertentu.
1) Sejak usia 21 tahun, melahirkan suatu keadaan hukum baru yaitu dari
tidak cakap bertindak dalam hukum menjadi cakap bertindak.
2) Orang dewasa yang dibawah kuratele (pengampuan), yaitu mengubah atau
melenyapkan kecakapannya melakukan tindakan hukum.
b. Akibat hukum berupa lahirnya berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan
hukum tertentu.
1) Sejak debitur dengan kreditur memperjanjikan akad kredit (secara tertulis),
maka sejak itu melahirkan suatu hubungan hukum yaitu hubungan hukum
utang-piutang antara keduanya.
2) Sejak pembeli melunasi atau membayar harga barang dan penjual
menyerahkan barang yang dijualkan, maka berubah atau lenyaplah
hubungan hukum jual-beli di antara mereka.
c. Akibat hukum berupa sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum
(perbuatan melawan hukum).

i
21

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Kewajiban merupakan hal yang harus di kerjakan atau dilaksanakan. Jika
tidak dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi melanggarnya.
Hak adalah kepentingan yang dilindungai hukum, sedangkan kepentingan
adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.
Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan
dilindungi oleh hukum dalam melaksanakan.
Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum itu terdiri dari
ikatan-ikatan antara individu dengan masyarakat dan antara individu itu sendiri.
Ikatan-ikatan itu tercermin pada hak dan kewajiban. Hubungan hukum tercermin
pada hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum. Hukum harus dibedakan dari
hak dan kewajiban, yang timbul kalau hukum itu diterapkan terhadap peristiwa
yang konkret. Tetapi kedua-duanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pada hakikatnya semua orang memiliki hak dan kewajiban. Kewenangan
untuk dapat menyandang hak dan kewajiban disebut kewenangan hukum.
Kewenangan hukum tidak selalu berarti mampu atau cakap melaksanakan sendiri
hak dan kewajiban, karena ada beberapa golongan yang tidak cakap dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya sendiri.
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Sedangkan objek hukum adalah
segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan dapat menjadi objek
dalam suatu hubungan hukum. Antara subjek hukum dan objek hukum saling

21
22

berkaitan, dimana hak dan kewajiban akan dilindungi oleh hukum dalam
hubungan hukum.
Kemudian terdapat penyosialan hukum yang mengubah sifat dan tujuan
hukum akan merupakan pula sifat dan tujuan hak, sehingga hak mengalami proses
penyosialan. Serta Penyalahgunaan hak (misbruik van recht) dianggap terjadi
apabila seseorang menggunakan haknya bertentangan dengan tujuan diberikannya
hak itu, atau bertentangan dengan tujuan kemasyarakatan.
Peristiwa hukum, perbuatan hukum dan perbuatan melawan hukum akan
menimbulkan akibat hukum baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Akibat hukum akan mengikat subjek hukum dengan ketentuan hukum yang
berlaku.

B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik, seharusnya melindungi hak yang
kita miliki melalui hukum yang ada dan melaksakan kewajiban yang dibebankan
kepada kita bukan karena ada akibat hukumnya. Serta membantu menyelesaikan
kasus-kasus pelanggaran hak dan kewajiban dalam lingkungan sekitar kita.

i
23

DAFTAR PUSTAKA

Curson (dalam Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, 2008:35).

Hartono Hadisoeprapto (dalam Yulie Tiena Masriani, Pengantar Hukum


Indonesia, 2014:9).

Leon Duguit (dalam Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, 2009:276).

Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana.

Mas, Marwan. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mertokusumo, Sudikno. 2010. Mengenal Hukum. Yogyakarta : Cahaya Atma


Pustaka.

Paul Scolten (dalam Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, 2010:52).

Soeroso. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

Teori kepentingan menurut Rudolf Von Jhering (dalam Marwan Mas, Pengantar
Ilmu Hukum, 2008:32)

23
24

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Sity Nurul Afifah lahir di kota Tangerang
pada tanggal 27 Januari 1966 dari ayah yang bernama Sukanedi dan ibu yang
bernama Haslinda. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis
menempuh jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Pondok Jagung 1 kota
Tangerang pada tahun 2002-2003, kemudian di SD Negeri 1 Panyileukan kota
Bandung, dan menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 12 kota Banda Aceh
pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Banda Aceh
pada tahun 2008-2009, kemudian di SMP Negeri 8 Bandung pada tahun 2009-
2011, dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi di SMA Pertiwi 1 Padang dan lulus pada tahun 2014. Kemudian
setelah tamat SMA penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan jurusan Ilmu Hukum. Sekarang
penulis sedang menempuh semester satu di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang, Banten.

24

Anda mungkin juga menyukai