Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM DAN HUKUM HUMANITER


Mata Kuliah: Hukun & Ham

Dosen Pengampu : Sufrizal Lc.M.Sh.

Oleh:

Delia Annisa (2022021009)

Diah Aidil Primanty (2022021007)

Dinda Sri Rezeki (2022021004)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdullilah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-
Nya kepada penyusun, sehingga makalah yang membahas tentang “Hukum Humaniter
Internasional” ini dapat diselesaikan dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamya, penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah masuknya agama Islam di Indonesa.
Makalah ini kami buat berdasarkan referensi yang penyusun temukan dari berbagai
sumber-sumber yang ada.

Demikian sedikit pengantar dari penyusun, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusun dalam pembuatan makalah ini, dan penyusun berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalahmakalah yang akan penyusun
buat di masa yang akan mendatang.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Langsa, 03 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Pengertian dan Sejarah Hukum Humaniter............................................... 3
B. Asas-asas Hukum Humaniter.................................................................... 5
C. Sumber Hukum Humaniter........................................................................ 6
D. Tujuan dari Hukum Humaniter................................................................. 7
E. Pengertian Hukum Humaniter dan HAM.................................................. 8
F. Penegakan Hukum Humaniter................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................ 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum humaniter internasional adalah bagian dari hukum internasional, alat
politik dan sekaligus panduan teknis yang dapat digunakan oleh semua aktor
internasional dalam menangani masalah internasional yang berkaitan dengan korban
perang.1
Hukum humaniter internasional pada prinsipnya tidak melarang perang, tetapi
mengatur perang sedemikian rupa sehingga perang dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip kemanusiaan. Perang diatur dengan dua instrumen, yaitu Hukum Den Haag yang
mengatur tentang cara dan cara berperang, dan Hukum Jenewa yang mengatur tentang
perlindungan korban perang.2
Secara umum, perang adalah keadaan permusuhan di mana kekerasan digunakan
antara dua orang atau lebih sebagai ekspresi naluri pertahanan diri, yang dianggap baik
dalam hubungan antara orang dan bangsa. Di masa lalu, perang diartikan sebagai
konflik bersenjata. Namun, di zaman modern, perang lebih tentang keunggulan
teknologi dan industri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah hukum humaniter?
2. Apa saja asas hukum humaniter ?
3. Apa saja sumber hukum humaniter ?
4. Apa tujuan dari hukum humaniter ?
5. Apa yang di maksud dengan hukum Humaniter dan HAM?
6. Bagaimana penegakan hukum Humaniter?

1
Ambarwati, dkk., 2013, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi Hubungan Internasional,
Rajawali Pers, Jakarta. Hlm. 27.
2
KPGH. Haryomataram, 2012, Pengantar Hukum Humaniter Internasional, Rajawali Pers,
Jakarta. Hlm 45

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah Hukum Humaniter.
2. Untuk mengetahui asas-asas Hukum Humaniter.
3. Untuk mengetahui sumber Hukum Humaniter.
4. Untuk mengetahui tujuan dari Hukum Humaniter.
5. Untuk mengetahui pengertian Hukum Humaniter dan HAM.
6. Untuk mengetahui bagaimana penegakan Hukum Humaniter.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Hukum Humaniter


1. Pengertian Hukum Humaniter
Istilah Hukum Humaniter Internasional (HHI) sering digunakan secara
bergantian dengan istilah “Humanitarian Law” (Humanitarian Law) atau “Hukum
Humaniter Internasional untuk Konflik Bersenjata” (HHI diterapkan pada konflik
bersenjata) dalam berbagai dokumen dan literatur. Istilah sempurna ini adalah istilah
terakhir. Ungkapan ini digunakan dalam Protokol Tambahan I/1997 Konvensi Jenewa
1949 untuk Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional.3
J G. Starke berpendapat bahwa hukum humaniter internasional terdiri dari
serangkaian pembatasan yang disetujui secara internasional tentang penggunaan
kekuatan untuk menaklukkan musuh dan prinsip-prinsip yang memandu perlakuan
terhadap individu dalam perang dan konflik bersenjata.4
Penjelasan lain oleh Mochtar Kusumaatmaja menyatakan bahwa hukum
humaniter adalah bagian dari hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan untuk
melindungi korban perang, berbeda dengan hukum militer yang mengatur tentang
perang itu sendiri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan cara berperang itu sendiri.
Pendapat ketiga yang dikemukakan oleh F. Sugeng Istanto menyatakan bahwa
hukum humaniter mencakup semua ketentuan yang merupakan bagian dari hukum
internasional dan mengatur tingkah laku orang dalam konflik bersenjata berdasarkan
pertimbangan kemanusiaan untuk melindungi orang.5
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum humaniter internasional
mencakup perjanjian internasional, praktik internasional, dan prinsip hukum umum
yang mengatur konflik bersenjata, yang tujuan utamanya adalah perlindungan orang.
 

3
Ambarwati, et. All., Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h.28
4
Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, h.171
5
F. Sugeng Istanto, 1997. Penerapan Hukum Humaniter Internasional. Pada Orang Sipil Dan
Perlindungannya Dalam Pertikaian Bersenjata. Makalah dalam Buku Hukum Humaniter suatu perspektif.
Pusat Studi Hukum Humaniter FH-Trisakti. Jakarta, h. 41

3
2. Sejarah Hukum Humaniter
Hukum humaniter internasional yang dahulu dikenal dengan hukum konflik
bersenjata dan hukum perang sebenarnya memiliki sejarah yang panjang dan
berdampingan dengan kehidupan manusia di muka bumi. Komunitas internasional telah
banyak berinvestasi dalam pengembangannya. Memanusiakan perang dan berusaha
untuk melindungi orang dari kekejaman perang dan perlakuan sewenang-wenang oleh
golongan yang bertikai. 
Tahapan-tahapan perkembangan hukum humaniter internasionat tersebut, adalah
sebagai berikut.
a. Zaman Kuno
Pada waktu itu hukum prikemanusiaan sudah dikenal, tetapi masih
bersifat hukum umum. Hukum adat yang mengatur hukum militer atau hukum
humaniter dibuktikan dengan pemimpin militer memerintahkan tentaranya untuk
menyelamatkan musuh yang ditangkap, memperlakukan mereka dengan baik,
menyelamatkan penduduk sipil musuh, dan setelah permusuhan berakhir, tentara
biasanya setuju memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum
dimulainya perang, musuh diperingatkan terlebih dahulu. Untuk menghindari
luka yang berlebihan, mata panah tidak membidik halibut. Jika seseorang
terbunuh atau terluka, pertempuran akan dihentikan selama 15 hari. Gencatan
senjata seperti itu sangat dihormati, sehingga tentara di kedua sisi ditarik dari
medan perang. 
b. Abad Pertengahan
Pada Abad Pertengahan, hukum humaniter internasional dipengaruhi
oleh ajaran Kristen, Islam, dan prinsip ksatria. Ajaran Kristen mempromosikan
konsep "perang atau peperangan yang adil", ajaran Islam memandang perang
sebagai alat pertahanan diri dan menjungkirbalikkan prinsip-prinsip jahat dan
kesatria yang dikembangkan pada Abad Pertengahan, yang mengajarkan
pentingnya menyatakan perang dan melarang penggunaan senjata tertentu.
c. Zaman Modern
Perkembangan hukum humaniter internasional di zaman modern ini
dibentuk oleh upaya masyarakat internasional untuk mengkodifikasi hukum dan

4
kebiasaan perang dalam perjanjian internasional tertulis. Salah satu tonggak
terpenting dalam perkembangan hukum humaniter internasional adalah
pembentukan Palang Merah dan penandatanganan Konvensi Jenewa pada tahun
1864, yang kemudian melahirkan Konvensi Jenewa lainnya untuk Perlindungan
Korban Perang. 
Sekitar waktu yang sama di Amerika Serikat, Presiden Lincoln
menugaskan ahli hukum imigrasi Jerman Lieber untuk menyusun aturan perang.
Hasilnya adalah AS Pedoman Pemerintah Angkatan Darat atau Kode Lieber,
diterbitkan pada tahun 1863. Kode Lieber ini berisi aturan terperinci untuk
semua fase perang darat, perang yang layak, perlakuan terhadap warga sipil,
kelompok orang tertentu seperti tawanan perang yang terluka, dll. 
B. Asas-Asas Hukum Humaniter
Dalam Hukum Humaniter dikenal tiga asas utama, yaitu:
1. Asas kepentingan militer (military necessity) yaitu pihak-pihak yang bersengketa
berhak menundukkan secara paksa tawanan untuk mencapai tujuan dan
keberhasilan perang. 
2. Asas prikemanusiaan (humanity) yaitu para pihak yang bersengketa harus
manusiawi ketika dilarang menggunakan kekuatan yang dapat menyebabkan
kerugian yang tidak dapat dibenarkan atau penderitaan yang tidak perlu.
3. Asas kesatriaan (chivalry) yaitu dalam perang, kejujuran harus didahulukan.
Penggunaan sarana jahat, segala macam trik dan cara berbahaya sangat dilarang.
Penerapan ketiga prinsip itu seimbang, seperti kata Kunz. Hukum kemiliteran
yang diterima dan berlaku dalam praktek harus, di satu sisi, memperhatikan prinsip-
prinsip kemanusiaan dan kesatriaan serta kepentingan-kepentingan militer. 
C. Sumber Hukum Humaniter
Sumber hukum humaniter internasional sebelum peralihan ke abad ke-19 tetap
merupakan praktik internasional, namun setelah memasuki abad ke-19 praktik
internasional yang menjadi pedoman hukum humaniter internasional dikodifikasikan
dalam berbagai konvensi internasional. Selain itu, asas-asas hukum umum yang diakui
oleh negara-negara merdeka dan berdaulat dapat dijadikan sebagai sumber hukum
internasional. 

5
Sumber hukum humaniter internasional yang berupa perjanjian internasional
terbagi menjadi dua bagian, yaitu sumber utama hukum humaniter dan sumber hukum
lainnya. Sumber utama hukum humaniter internasional adalah Hukum Den Haag dan
Hukum Jenewa. 
1. Hukum Den Haag
Hukum Den Haag merupakan ketentuan hukum humaniter yang
mengatur mengenai cara dan alat berperang.Hukum Den Haag terdiri dari:
a. Konvensi Den Haag, 1899.
b. Konvensi-Konvensi Den Haag 1907
2. Hukum Jenewa
Hukum Jenewa tentang hukum humaniter internasional diatur oleh
Konvensi Jenewa tahun 1864, diamandemen pada tahun 1906 dan 1929, dan
Konvensi dan Protokol Jenewa tahun 1949 I dan II tahun 1977. 
Sumber Lain Hukum Humaniter Internasional Selain Hukum Den Haag
dan Jenewa, ada sumber hukum humaniter internasional lainnya. Sumber hukum
humaniter internasional lainnya adalah: 
a) Deklarasi Paris (16 April 1856) mengatur perang laut, yang dibentuk oleh
pengalaman Perang Krimea (1864), ketika dua aliansi, Inggris dan Prancis,
menerapkan prinsip hukum perang laut yang berbeda. 
b) Deklarasi Saint Petersburg (29 November - 11 Desember 1868), yaitu
deklarasi yang melarang penggunaan peluru dengan benda keras di
permukaannya sehingga tutupnya bisa meledak.
c) Rancangan Konvensi Perang Udara Den Haag (1923) mengatur penggunaan
pesawat terbang dengan segala perlengkapannya dalam pertempuran. 
d) Protokol Jenewa (17 Juni 1925) Melarang Penggunaan Gas Asfiksia dan
Jenis Gas Lainnya dalam Perang. Larangan itu termasuk penggunaan gas air
mata dalam perang dan penggunaan herbisida untuk keperluan militer.
e) Protokol London (6 November 1936) Peraturan penggunaan kapal selam
dalam pertempuran. 
f) Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan Kekayaan Budaya pada Masa
Konflik Bersenjata.

6
g) Konvensi Senjata Konvensional Tertentu (10 Oktober 1980) melarang atau
membatasi penggunaan senjata konvensional tertentu yang menyebabkan
penderitaan berlebihan.
D. Tujuan dari Hukum Humaniter
Adapun tujuan-tujuan dari hukum humaniter yaitu:
1. Melindungi kombatan dan warga sipil dari penderitaan yang tidak perlu
(necessary derita).
2. Menjamin hak asasi manusia bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh.
Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus diperlakukan sebagai tawanan
perang dan harus mendapat perlindungan hukum yang memadai berdasarkan
Konvensi Jenewa III tahun 1949. 
3. Memungkinkan untuk memulihkan kedamaian.
4. Membatasi kekuasaan pihak-pihak yang berperang.
5. Untuk mencegah perang yang kejam tanpa mengetahui batasnya.6
Tujuan utama hukum humaniter internasional adalah untuk melindungi dan
membantu mereka yang menjadi atau menjadi korban perang, serta mereka yang benar-
benar/aktif berpartisipasi dalam permusuhan (kombatan) atau tidak berpartisipasi dalam
permusuhan (penduduk sipil).7 Selain itu, tujuan utama yang sama dari aturan hukum
humaniter ini adalah untuk mengurangi atau membatasi penderitaan manusia karena
alasan kemanusiaan dan untuk membatasi wilayah di mana konflik bersenjata
konvensional diperbolehkan.8
E. Pengertian Hukum Humaniter dan HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah bahwa sebagai anugerah dari Tuhan terhadap
makhluknya, hak asasi tidak boleh dijauhkan atau dipisahkan dari dipisahkan dari
eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut. Hak asasi tidak bisa dilepas dengan
kekuasaan atau dengan hal-hal lainnya, Bila itu sampai terjadi akan memberikan
dampak kepada manusia yakni manusia akan kehilangan martabat yang sebenarnya
menjadi inti nilai kemanusiaan. Walapun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan
hak asasi manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi
6
Arlina Permanasari, Pengantar Hukum Kemanusiaan, (ICRC:Jakarta, 1999), h.11-12
7
Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, h. 172
8
Ibid., h.173

7
orang lain. Memperjuangkan hak sendiri sembari mengabaikan hak orang lain
merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak asasi
kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, karena itulah ketaan terhadap
aturan menjadi penting.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun
1999 tersebut sudah dijelaskan bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak yang paling
hakiki yang dimiliki oleh manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, oleh
karena itu terhadap hak asasi manusia negara sebagai pelindung warganya diharapkan
dapat mengakomodir kepentingan dan hak dari warga negaranya tersebut.
Hak Asasi Manusia (HAM) dipercayai memiliki nilai yang universal. Nilai
universal berarti tidak mengenal batas ruang dan waktu, nilai universal ini yang
kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum nasional diberbagai negara
untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan nilai
universal ini dikukuhkan dalam instrumen internasional, termasuk perjanjian
internasional dibidang HAM. Namun kenyataan menunjukan bahwa nilai-nilai HAM
yang universal ternyata dalam penerapannya tidak memiliki kesamaan yang seragam.
Hak dalam hak asasi manusia mempunyai kedudukan atau derajat utama dan pertama
dalam hidup bermasyarakat karena keberadaan hak asasi hakikatnya telah dimiliki,
disandang dan melekat dalam pribadi manusia sejak saat kelahirannya. Seketika itu pula
muncul kewajiban manusia lain untuk menghormatinya.9
F. Penegakan Hukum Humaniter
Penegakkan HHI terhadap pelaku kejahatan perang dapat dilakukan dengan
beberapamekanisme yaitu mekanisme menurut Konvensi Jenewa 1949, Peradilan Ad
Hoc dan berdasarkan Mahkamah Peradilan Internasional.
1. Pertama, menurut Konvensi Jenewa 1949, bahwanegara yang telah menjadi
peserta dalam Konvensi Internasional HHI apabila mendapati warganya yang
melakukan kejahatan perang makawajib menangkapnya, melakukan
penyelidikandan menjatuhi hukuman sesuai hukum nasionalnya.

9
A. Masyhur Effendi, Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Proses dinamika
penyusunan hukum hak asasi manusia (HAKHAM), (Ghalia Utama: Bogor, 2005), h.8

8
2. Kedua, melalui Peradilan Ad Hoc dilakukan yaitu apabila mekanisme pertama
tidakdapat dijalankan sehingga kewajiban tersebut kemudian diambil alih oleh
masyarakat internasional dalam hal ini PBB khususnya melaluiDewan
Keamanan. Dewan ini membentuk peradilan yang bersifat sementara atau
kasuistisseperti yang pernah dilakukan terhadap NegaraRwanda dengan
International Criminal Tribunalfor Rwanda (ICTR) dan terhadap Yugoslavia
dengan International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY) pada
tahun 1993.
3. Ketiga, berdasarkan Mahkamah PeradilanInternasional atau International
Criminal Court(ICC), yaitu mekanisme baru yang dirancangmelalui perjanjian
internasional yang dibentukdi Roma dan disebut Statuta Roma 1998. Peradilan
atau Mahkamah ini terpisal dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan bersifat
komplementer. Keberadaan ICC dimaksudkan untukmencegah terulangnya
kembali peradilan yangbersifat Victor’s Justice, Selective Justice danImpunity
(yang hanya berdasarkan keadilan ne- gara yang menang perang). Apabila
negara sudah tidak mau dan tidak mampu mengadili sipelaku kejahatan perang,
maka akan diadilioleh ICC tanpa diskriminasi yaitu tidak memandang apakah
pelaku kejahatan perang itu ber- asal dari negara besar atau negara kecil.
Selainitu ditopang teori umum hukum internasionalbahwa agar suatu negara
terikat dengan lembaga ICC, maka negara tersebut harus terlebihdahulu
meratifikasi Statuta Roma 1998.10
Hal yang masih perlu diteliti lebih lanjut adalah kapankah suatu hukum (tertulis)
berubah menjadi hukum kebiasaan internasional, sehingga konsekuensinya
hukum kebiasaan tersebut secara otomatis mengikat suatu negara.
Ketidakjelasan pemberlakukan kebiasaan internasional inilah yang seringkali
selalu mengembalikan pemberlakuan hukum internasional selalu harus dengan
ratifikasi.11

10
Melda Kamil Ariadno, “Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Nasional”
Jurnal Hukum Interna- sional, Vol. 5 No. 3 Edisi 2008, Jakarta: Lembaga Peng- kajian Hukum
Internasional UI, hlm. 515.
11
Sefriani, “Ketaatan Masyarakat Internasional terhadapHukum Internasional dalam Perspektif
Filsafat Hukum”Jurnal Hukum, Vol. 18 No. 3 Edisi 2011, Yogyakarta:Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia, hlm. 420.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum humaniter internasional terdiri dari perjanjian internasional, praktik
internasional, dan prinsip hukum umum yang mengatur konflik bersenjata, dengan
tujuan utama melindungi orang. Sejarah HHI pada jaman dahulu sudah dikenal namun
masih berupa adat istiadat, sedangkan HHI pada Abad Pertengahan dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip Kristen, Islam dan ksatria. Perkembangan hukum humaniter
internasional di zaman modern ini dibentuk oleh upaya masyarakat internasional untuk
mengkodifikasi hukum dan kebiasaan perang dalam perjanjian internasional secara
tertulis.
Sumber hukum humaniter internasional adalah Hukum Den Haag dan Hukum
Jenewa. Salah satu tujuan hukum humaniter internasional adalah untuk melindungi
kombatan dan warga sipil dari penderitaan yang tidak perlu (necessary derita).
Penegakan hukum humaniter internasional terhadap penjahat perang dapat terjadi
melalui beberapa mekanisme, yaitu mekanisme menurut Konvensi Jenewa 1949, proses
ad hoc dan berdasarkan Mahkamah Internasional. 
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan dan belum mendekati sempurna bahkan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini
bisa menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2013, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi Hubungan


Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.

Ambarwati. 2017, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan


Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ariadno, Melda Kamil. 2008, “Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum
Nasional” Jurnal Hukum Internasional, Vol. 5 No. 3, Jakarta: Lembaga
Pengkajian Hukum Internasional UI.

Effendi, A. Masyhur. 2005,Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Proses


dinamika penyusunan hukum hak asasi manusia (HAKHAM), Ghalia Utama:
Bogor.

Haryomataram. 2012, Pengantar Hukum Humaniter Internasional, Rajawali Pers:


Jakarta.

Istanto, F. Sugeng. 1997, Penerapan Hukum Humaniter Internasional. Pada Orang


Sipil Dan Perlindungannya Dalam Pertikaian Bersenjata. Makalah dalam Buku
Hukum Humaniter suatu perspektif. Pusat Studi Hukum Humaniter FH-
Trisakti:Jakarta.

Permanasari, Arlina.1999, Pengantar Hukum Kemanusiaan, ICRC:Jakarta, 1999.

Sujatmoko, Andrey.Hukum HAM dan Hukum Humaniter.

Sefriani. 2011, “Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional


dalam Perspektif Filsafat Hukum” Jurnal Hukum, Vol. 18 No. 3, Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai