Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


UNIVERSALISME HAM DAN TANTANGANNYA

Dosen Pengampu : I Wayan Puspa, S.H., M.H

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

Dodi Sukmayanto 2020174201054


Lalu Hanafi 2020174201041
I Md Sandhyasa 2020174201047

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 45 MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Universalisme Ham dan tantangannya ” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuli salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari penyusunan data-data sekunder
yang penulis peroleh dari buku panduan dan internet yang berkaitan dengan
materi.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada I Wayan Puspa SH.,
MH selaku dosen Hukum dan Hak Asasi Manusia, atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis
harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Hukum dan Hak Asasi
Manusia bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
dimaksudkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Mataram, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Pengertian dan Uarain Universalisme HAM ...................................... 3
B. Tantangan tantangan Universalisme HAM ........................................ 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu realitas bahwa hak asasi manusia menjadi isu penting dan
bersifat global, setidaknya sejak pertengahan abad ke-20 hingga saat ini.
Setiap negara memiliki ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia dalam
konstitusi dan peraturan perundang-undangan masing-masing. Sedangkan
pada tataran yang lebih luas, berbagai deklarasi dan konvensi hak asasi
manusia telah dihasilkan, baik oleh komunitas regional maupun internasional.
Isu hak asasi manusia juga mewarnai hubungan antar negara dan sering
menjadi faktor pemersatu dalam relasi dan konstelasi politik internasional.
Tetapi pada lain sisi, hak asasi manusia dapat juga menjadi kendala dan
problem. Tidak jarang isu hak asasi manusia justru menyebabkan perbedaan
pandangan, pertikaian, dan ketegangan dalam hubungan internasional, seperti
yang terjadi antara negara-negara Barat, Amerika Serikat khususnya, dengan
negara-negara Iran, Sudan, Myanmar, China, dan sebagainya.
Ini menunjukkan bahwa, di samping memiliki aspek aspek yang
disepakati, hak asasi manusia juga memiliki aspek-aspek yang
diperselisihkan. Tulisan ini mencoba membahas konsep hak asasi manusia
dari berbagai latar belakang budaya, tradisi, dan sistem hukum untuk
menemukan aspek-aspek universalitas dan relatifitasnya. Dijelaskan juga
dampak keragaman konsep hak asasi manusia padatataran praktis. Kemudian
bagaimana upaya untuk memahami keragaman tersebut agar isu hak asasi
manusia tidak menjadi kendala dan problema, tetapi justru menjadi perekat
dan penunjang hubungan internasional yang positif.

B. Rumusan Masalah
Pada urain latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan
permasalahannya dalah sebagai berikut :
1. Apa saja Pengertian dan Uraian singkat Universalisme HAM ?
2. Apa saja Tantangan-tantangan Universalisme HAM ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Uraian singkat Universalisme HAM
2. Untuk Mengetahui Tantangan-tantangan Universalisme HAM

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Uraian Singkat Universalisme Hak Asasi Manusia


Universalisme HAM merupakan pernyataan dan tuntutan terhadap
pengakuan bahwa hak-hak manusia yang asasi adalah bagian kodrati yang
inheren pada setiap pribadi manusia, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis
kelaminnya, usia, latar belakang kultural, agama atau spiritualitasnya. Dengan
kata lain, paham HAM universal bermaksud melampaui semua batasan
primordialisme. Berkaitan dengan hal tersebut, Rhoda E. Howard, seorang
pendukung paham universalisme menyatakan bahwa hak asasi manusia
adalah hak yang dimiliki manusia karena ia adalah manusia. Setiap manusia
memiliki hak asasi yang tidak boleh diingkari dan dicabut kecuali dengan
keputusan hukum yang adil. Konsepsi hak asasi manusia menganggap bahwa
perbedaan ras, jenis kelamin, gender, dan agama tidak lagi relevan secara
politik dan hukum serta menuntut adanya perlakuan yang sama bagi semua
orang.
Menurut universalisme, hak asasi manusia haruslah sama disemua
tempat. Sebab hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki manusia
karena ia adalah manusia. Tiap-tiap manusia memiliki hak asasi. Kendatipun
demikian universalisme pada dasarnya memungkinkan hak-hak universal itu
dipengaruhi secara kebudayaan bentuk-bentuk implementasinya, seperti hak
atas peradilan yang fair. Hak ini tidak menuntut keharusan untuk mengikuti
salah satu model peradilan yang ada, namun negara berwenang menggunakan
mekanisme sesuai sistem hukum yang berlaku di negaranya dengan patokan
bahwa hak atas peradilan yang fair dapat terpenuhi.
Awal mula gagasan mengenai HAM berasal dari suatu teori mengenai
teori hak kodrati (natural rights theory), teori kodrati mengenai hak tersebut
bermula dari teori hukum kodrati (natural law theory). Dan dalam
perkembangannya melawan kekuasaan suatu gerakan pembaharuan
(renaissance) yang mengharapkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
yang menghormati orang-perorang. Sejak kemunculan hak kodrati manusia,

3
terdapat pertentangan terhadap pandangan Hak Asasi Manusia (HAM) antara
teori universalisme dan juga teori relativisme budaya, sebagian ahli
berpendapat bahwa manusia memiliki suatu hak yang muncul secara alamiah
yang artinya hak tersebut muncul tanpa adanya peran ataupun campur tangan
dari pihak manapun. Sedangkan para ahli lainnya menganggap bahwa hak
manusia berasal dari hukum yang artinya hak tidak akan pernah ada jika
hukum tidak mengaturnya. Pandangan atas relativisme budaya sebenarnya
muncul sebagai wujud tanggapan atas adanya suatu pemaksaan HAM yang
bersifat universal.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) ditandatangani
oleh 48 negara pada tanggal 10 Desember 1948 di Paris Perancis, hal tersebut
menjadi sejarah bagi universalisme HAM. Setiap manusia dianggap
mempunyai hak yang sama tanpa adanya diskriminasi, dan oleh karena itu
setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari HAM. 6 Universalisme
hak asasi manusia, jika dilihat secara sosiologis sangat erat kaitannya dengan
suatu sistem kenegaraan di abad ke-25 dimana pada saat itu setiap orang
terkekang oleh otoritas negara. Dengan keadaan tersebut maka munculah
suatu dorongan akan pentingnya perlindungan dan penghormatan terhadap
hal-hal yang tergolong privasi dan individu dari gangguan masyarakat,
keluarga maupun negara. Sedangkan relativisme budaya merupakan paham
yang muncul dari adanya ide umum yang menyatakan bahwa karakter moral
itu sifatnya relative.
Para penganut paham universalisme menyatakan bahwa hukum hak
asasi manusia internasional seperti suatu perlindungan, keamanan fisik,
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan berorganisasi harus
dipahami secara merata dimanapun. Pernyataan tersebut sesungguhnya sama
saja dengan mengakui bahwa hak-hak universal memungkinkan secara
kebudayaan dipengaruhi bentuk-bentuk penerapannya. Banyak penganut
paham universalisme yang mengkritik penganut paham relativisme budaya
dengan berbagai pendapat seperti yang dikatakan oleh Rekke J. Shestack
bahwa pandangan relativisme budaya tidak dapat dipertahankan dengan 4

4
(empat) alasan yaitui, (a) para filsuf yang mengadakan penelitian tentang
hasil-hasil kajian antropologi menunjukkan bahwa padangan relativisme
budaya ini tidak dapat dipertahankan; (b) para penganut paham relativisme
budaya umumnya melihat budaya sebagai sesuatu yang statis dan
diromantisir; (c) perkembangan teknologi menutup kemungkinan kebudayaan
sebagai sistem yang tertutup dan yang terakhir (d) hak asasi manusia melalui
hukum internasional telah menjadi bagian dari norma yang memiliki
kekuatan memaksa (peremptory norm). 7 Menurut paham relativisme budaya,
hak asasi manusia haruslah disesuaikan dengan konteks kebudayaan masing-
masing masyarakat atau dengan kata lain haruslah disesuaikan atau
berdasarkan dimana seseorang itu tinggal.8 Relativisme budaya mengusulkan
bahwa hak asasi manusia dan aturan tentang moralitas harus tergantung pada
konteks budaya.
Para penganut paham relativisme budaya mengatakan bahwa “tidak
ada ide hak asasi manusia lintas budaya yang dapat disepakati dan tidak ada
budaya yang diperbolehkan dipaksakan untuk dipahami dan dipraktikkan oleh
negara lain”. Pada intinya penganut paham relativisme budaya tidak
membedakan antara moral dan hukum, relativisme budaya memiliki
pandangan nya sendiri bahwa perlindungan dan instrumentalisasi hak asasi
manusia merupakan bentuk keangkuhan atau penjajahan budaya (cultural
imperialism) dari bangsa Barat. Relativisme budaya menganggap bahwa
universalisme adalah bentuk perusakan keragaman budaya dan bentuk
hegemonisasi budaya (cultural hegemonisation) menuju satu dunia modern.9
Salah satu kasus pelanggaran HAM yang sedang ramai diperbincangkan di
Indonesia adalah kasus kerangkeng manusia di kediaman Bupati Langkat
nonaktif. Kerangkeng manusia sendiri adalah suatu tempat untuk manusia
yang dibuat layaknya penjara dengan besi dan gembok, fungsi kerangkeng ini
mirip dengan penjara yaitu untuk mengurung seseorang.

B. Tantangan tantangan Universalisme Hak Asasi Manusia


Sejak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada 10
Desember 1948 silam, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai Hari

5
HAM Internasional. Secara global, HAM terus berkembang mengikuti
perubahan zaman. Saat ini berkembang keamanan digital dan hak privat atas
data. Selain mengalami kemajuan dan perkembangan, pelaksanaan HAM
global juga menghadapi tantangan seperti konflik dan perang di sebagian
negara terutama di wilayah timur tengah. “Selain perang fisik, sekarang juga
berkembang ancaman perang yang lebih canggih yakni perang digital di
dunia maya. Ini salah satu tantangan penegakan dan perlindungan HAM,”
ujar Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara ketika dihubungi, Rabu
(9/12/2020).
secara umum perkembangan HAM di Indonesia menghadapi beragam
tantangan, misalnya soal kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan
perlindungan kelompok minoritas. Kebebasan berekspresi juga menjadi
sorotan belakangan ini. Sekalipun kebebasan berekspresi dijamin konstitusi,
tapi ada batasnya yakni tidak merendahkan martabat manusia seperti fitnah,
hoax, sara, dan membahayakan keamanan negara.
Tantangan lain yang penting menjadi perhatian berasal dari
penyelenggara negara. Penyelenggara negara belum menjadikan HAM
sebagai dasar dalam pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah. Terkait
pengaduan, periode Januari-Agustus 2020 Komnas HAM menerima 1.792
pengaduan. Lembaga yang paling banyak diadukan yakni Polisi,
perusahaan/korporasi, dan pemerintah daerah (pemda).
Polisi paling banyak dilaporkan karena mereka garda terdepan
keamanan dan penegakan hukum, sehingga mereka sering berhadapan dengan
masyarakat,” kata Beka. (Baca Juga: Catatan Minus terhadap Perlindungan
Pembela HAM).
Perusahaan/korporasi menempati urutan kedua lembaga paling banyak
diadukan ke Komnas HAM. Kasus yang diadukan misalnya terkait sengketa
tanah dan penggusuran; ketenagakerjaan; utang-piutang; masalah putusan
pengadilan; pencemaran lingkungan; dan pelanggaran administrasi
pemerintahan.

6
Urutan ketiga lembaga paling banyak diadukan yakni pemda.
Persoalan yang diadukan antara lain mengenai sengketa agraria dan
penggusuran.
HAM belum menjadi dasar penyelenggara negara dalam mengambil
kebijakan, seperti UU Cipta Kerja yang dinilai mengandung pelanggaran
HAM. Polisi, perusahaan/korporasi, dan pemerintah daerah paling banyak
diadukan ke Komnas HAM. pelanggaran administrasi pemerintahan; sengketa
kepegawaian; intoleransi; pelayanan kesehatan; dan pelaksanaan putusan
pengadilan. Pemenuhan hak sipil dan politik juga tak lepas dari catatan, Beka
mengatakan masih terjadi pembatasan kebebasan berekspresi dan
berpendapat, antara lain di Papua. Misalnya, kebebasan berekspresi di Papua
kerap dibubarkan, lalu ada pembatasan internet dan kriminalisasi. Komnas
HAM juga menaruh perhatian terkait perlindungan terhadap aktivis/pembela
HAM (human rights defenders). Aktivis HAM harus mendapat perlindungan
yang layak dari negara karena perannya penting untuk mendorong
penegakkan HAM. Komnas HAM memiliki mekanisme khusus untuk
melindungi aktivis HAM, juga terus berkoordinasi dengan berbagai
kementerian dan lembaga negara. Komnas HAM juga akan menjalin MoU
dengan Polri terkait perlindungan aktivis HAM.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap negara memiliki ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia
dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan masing-masing.
Sedangkan pada tataran yang lebih luas, berbagai deklarasi dan konvensi hak
asasi manusia telah dihasilkan, baik oleh komunitas regional maupun
internasional.
Universalisme HAM merupakan pernyataan dan tuntutan terhadap
pengakuan bahwa hak-hak manusia yang asasi adalah bagian kodrati yang
inheren pada setiap pribadi manusia, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis
kelaminnya, usia, latar belakang kultural, agama atau spiritualitasnya. Dengan
kata lain, paham HAM universal bermaksud melampaui semua batasan
primordialisme
Selain mengalami kemajuan dan perkembangan, pelaksanaan HAM
global juga menghadapi tantangan seperti konflik dan perang di sebagian
negara terutama di wilayah timur tengah. “Selain perang fisik, sekarang juga
berkembang ancaman perang yang lebih canggih yakni perang digital di
dunia maya. Ini salah satu tantangan penegakan dan perlindungan HAM.
secara umum perkembangan HAM di Indonesia menghadapi beragam
tantangan, misalnya soal kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan
perlindungan kelompok minoritas. Kebebasan berekspresi juga menjadi
sorotan belakangan ini. Sekalipun kebebasan berekspresi dijamin konstitusi,
tapi ada batasnya yakni tidak merendahkan martabat manusia seperti fitnah,
hoax, sara, dan membahayakan keamanan negara.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hukumonline.com/berita/a/beragam-tantangan-penegakan-dan-
perlindungan-ham-lt5fd103eabef90/?page=all

https://www.coursehero.com/file/114761697/MASA-DEPAN-KOMNAS-HAM-
Di-INDONESIAdocx/

Anda mungkin juga menyukai