PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang telah diberi akal untuk berpikir. Seluruh
manusia sudah memiliki potensi itu semenjak berada dalam kandungan hingga akhir
hayat. Potensi yang dimiliki salah satunya belajar. Belajar bukan hanya kebutuhan
semata tetapi keharusan bagi manusia itu sendiri agar dapat berkembang serta
keberhasilan siswa saat mencapai prestasi agar mengetahui berhasil tidaknya dapat
dilakukan evaluasi terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui prestasi yang
berdasarkan nilai yang diberikan guru. Kinerja akademik siswa tidak selalu
selalu tercermin dalam keterampilan tetapi hanya salah satu bagian dari proses
kegiatan dalam belajar agar tercapainya prestasi belajar (Winkel, 2008). Mendapatkan
sebuah prestasi memang tidak semudah yang kita bayangkan, namun penuh
perjuangan dan usaha. Dengan dorongan dan ketekunan maka dalam situasi sulit dan
tantangan dapat di atasi. Prestasi belajar adalah hasil penilaian terhadap siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran dalam priode tertentu yang bisa diukur dengan
instrumen yang relavan. banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, ada
yang dari dalam diri (Internal) dan ada yang dari luar diri (eksternl).
Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi saat ini tidak mengherankan jika
semua jenis gadget teknologi menjadi kebutuhan dasar saat ini. Tanpa disadari hampir
hari seperti interaksinya terhadap handphone, komputer dan laptop dan lain-lain.
Sebagian besar kita hanya menghabiskan waktu dalam menggunakan teknologi untuk
Di era yang serba teknologi ini, seperti gadget tidak hanya dimiliki oleh kalangan
dewasa saja, remaja sampai anak kecil juga sudah banyak di beri fasilitas gadget oleh
orang tuanya. Industri gadget terus membuat inovasi baru seperti fitur canggih
praktis. Mulai dari inovasi komunikasi yang lebih user friendly, hingga berbagai fitur
canggih disisipkan di dalamnya. Namun di sisi lain, begitu canggihnya teknologi saat
ini justru menyebabkan kelalaian terutama bagi penggunanya. Salah satu teknologi
yang digunakan kalangan remaja yaitu gadget pada umumnya hanya sebatas untuk
berkomunikasi dan bermain game, yang menjadi fokus perhatian disini ialah ketika
belajar di rumah maupun di sekolah, bermain game berjam-jam sampai lupa makan
dan istirahat, dan lain sebagainya, sehingga hal-hal tersebut memicu anak mengalami
gejala-gejala technostress seperti yang dikemukakan oleh dr. Rebecca, yakni gejala
secara fisik seperti sakit kepala, kesulitan istirahat, nyeri otot di tangan dan di leher,
dan secara psikis seperti kesulitan berkonsentrasi, merasa panik atau cemas, mudah
marah, cepat merasa bosan, menjadi pemurung, serta lalai terhadap waktu. Hal-hal
tersebut patut diperhitungkan kembali bagi para orang tua dalam memberikan
Dengan kecanggihan teknologi seperti gadget ini bisa menyebabkan kelalaian bagi
untuk berkomunikasi serta bermain game. yang menjadi sumber perhatian adalah
sampai lupa dengan waktu yang mengakibatkan istirahat yang kurang dan lupa
disebabkan oleh tuntutan secara terus menerus dalam menggunakan teknologi yang
yang berlebihan serta penggunaan teknologi yang berlebihan . Tanpa disadari individu
tidak bisa membatasi waktunya dalam menggunakan teknologi dan Tidak jarang
gejala-gejala tersebut kita lihat di lingkungan sekitar kita, baik dari anak muda maupun
Hal tersebut juga terjadi pada siswa SMA Negeri 16 Padang. Yang mana data awal
peneliti dapatkan melalui hasil kuesioner yang peneliti bagikan dan peneliti juga
melakukan wawancara dengan salah seorang guru dan juga dengan beberapa siswa
SMA Negeri 16 Padang. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
wakil kesiswaan SMA Negeri 16 Padang, peneliti mendapatkan bahwa siswa SMA
Negeri 16 Padang tahun 2023 berjumlah 1.026 siswa dimana kelas XII IPA terdiri dari
3 kelas yang berjumlah 120 siswa sementara kelas XII IPS terdiri dari 4 kelas yang
berjumlah 141 siswa. Kelas XII di SMA Negeri 16 Padang masih menggunakan K-13,
sedangkan siswa kelas X dan XI menggunakan K-Merdeka. Dimana kelas X terdiri dari
Diantara sekian banyak mata Pelajaran di SMA Negeri 16 Padang, peneliti memilih
mata pelajaran informatika untuk diukur prestasi belajarnya, hal tersebut disebabkan
karena mata Pelajaran informatika ini mewajibkan siswa untuk praktek dilabor
Dengan demikian maka siswa akan terbiasa menggunakan teknologi secara terus
Peneliti juga melakukan penelitian awal dengan membagikan angket yang berisi 7
buah pertanyaan kepada 30 orang siswa SMA Negeri 16 Padang untuk melihat
apakah siswa tersebut mengalami penurunan prestasi belajar. Hasil yang peneliti
Tabel 1.1
Presentase Prilaku Prestsi Belajar Pada siswa SMA Negeri 16 Padang
Jawaban Tidak
1 Saya memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran yang telah diberikan oleh
2 Saya dapat menyimpulkan secara umum pelajaran yang saya terima 30%
9 70% 21
5 Hasil belajar yang saya peroleh sudah seimbang dengan usaha belajar yang
6 Dalam jam pelajaran berlangsung saya sering meminta izin ke guru untuk
7 Saya sering tidak membuat tugas yang diberikan oleh guru 67% 20 33%
10
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa SMA Negeri 16 Padang
mengalami penurunan prestari belajar. Hal tersebut juga didukung oleh hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan wakil kesiswaan tersebut, yang mana guru
dengan beberapa alasan, diantaranya sebagai media komunikasi bagi siswa yang
bertempat tinggal jauh dari sekolah, dan sebagai media belajar pendukung di
lingkungan sekolah. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran
terhadap peraturan yang telah ditetapkan, seperti penggunaan gadget pada saat jam
Adapun beberapa masalah yang ditemukan di lapangan yaitu masih terdapat sebagian
siswa yang menggunakan gadget-nya pada saat jam pelajaran berlangsung, bahkan
ketika guru sedang menerangkan di kelas ada sebagian siswa yang menggunakan
gadget nya. Hal tersebut tentu menjadi penghambat bagi siswa untuk memahami ilmu
lingkungan sekolah. Berdasarkan informasi yang kami dapat, sebagian guru sudah
aturan tersebut dinilai cukup efektif dalam meminimalisir adanya pelanggaran terhadap
Dampak lainnya yakni muncul rasa kecanduan terhadap gadget akibat penggunaan
yang berlebihan dan kurang bijak, sehingga hal tersebut memicu gejala-gejala
ketidaknyamanan pada diri siswa. Bertolak dari kenyataan tersebut, kiranya suatu
Peneliti melihat bahwa hal ini menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak sering
menghabiskan waktu untuk menatap gadget-nya, baik dengan sikap yang bijak
maupun sebaliknya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah dan terumuskan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Technostress dengan
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah dan terumuskan, maka yang menjadi batasan
Padang?
D. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui tingkat Prestasi Belajar Informatika pada siswa SMA Negeri
16 Padang.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik dari segi praktis
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca
F. Sistematika Penulisan
Agar karya tulis ini lebih mudah untuk dipahami maka karya tulis ini disusun atas lima
bab dengan tujuan agar memiliki susunan yang sistematis, dapat memudahkan untuk
mengetahui hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya untuk suatu
rangkaian yang konsisten. Adapun sistematika yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, yaitu yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan juga
sistematika penulisan.
BAB II: Landasan teori, yang terdiri dari teori-teori yang berkaitan dengan
variabel X yaitu Technostress dan variabel Y yaitu Tingkat Prestasi Belajar, Hubungan
antara kedua variabel X dan Y, penelitian yang relevan, kerangka konseptual, dan
operasional, populasi & sampel, teknik pengumpulan data, dan instrument penelitian.
BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan, yang terdisi dari pelaksanaan
BAB V: Kesimpulan dan saran, yaitu kesimpulan dari keseluruhan dan juga
saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu sukses dan belajar. Istilah prestasi
dalam Kamus Ilmiah dan Populer diartikan sebagai hasil yang telah dicapai. Menurut
Noehi Nasution, beliau mengatakan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan
sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau perubahan tingkah laku
sebagai hasil pembentukan reaksi primer, asalkan perubahan atau terjadinya suatu
perilaku baru tidak disebabkan oleh perubahan sementara dengan alasan apapun
(Wahab, 2015).
Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai pada rapor setiap
bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi dan hasil dari evaluasi tersebut dapat
memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa tersebut. Diyakini bahwa
mengetahui seseorang berhasil atau tidak diperlukan penilaian yang tujuannya untuk
mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Prestasi belajar
juga merupakan hasil belajar yang dicapai setelah selesainya proses belajar mengajar.
Prestasi sekolah dapat ditunjukkan dengan nilai yang ditunjukkan dari bidang studi
tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Menurut Hamalik (2004)
prestasi belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misal dari
tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut
Menurut Azwar (2004) secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar seseorang, di mana faktor - faktor tersebut yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi beberapa faktor antara lain faktor fisik dan
juga faktor psikologis. Menurut Moh. Zaiful Rosyid (2018) menguraikan prestasi
belajar yang dikomunikasikan sebagai gambar, angka, huruf, dan kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu dan
sangat baik dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah akibat dari suatu gerakan
seperti halnya ketika guru bertanya kepada siswa, sehingga kritik tidak terjadi sama
siswa dalam membujuk siswa untuk lebih gigih dalam mengungkap data melalui
pembelajaran yang digunakan Santosa (2020). Seperti yang dikemukakan oleh Astuti
(2018) yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang didapat adalah
sebagai kesan yang menghasilkan perubahan dalam diri seseorang karena latihan
dalam belajar.
Menurut Djamarah (2002) prestasi belajar adalah kegiatan usaha belajar dalam
bentuk, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang di capai setiap
siswa. Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang
kesulitan dalam belajar. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap
siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan. Namun, siswa sering kali mengalami hambatan, gangguan
disimpulkan bahwa, prestasi belajar adalah hasil akhir dari proses belajar. Bukti
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan pengajaran dapat diketahui dan
dilihat dari prestasi belajarnya pada waktu tertentu. Jadi prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai oleh siswa selama belangsungnya proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.
yaitu:
a. Aspek kognitif sebagai indikator dalam pencapaian sebuah prestasi hal ini
seperti yang disampaikan oleh Muhibbin Syah bahwa untuk mengukur prestasi siswa
bidang kognitif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis
siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan
dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal
sebaga inya.
Berdasarkan beberapa Aspek yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa,
pembelajaran dikatakan sempurna bila memenuhi tiga aspek, yaitu dari segi kognitif,
Menurut Munadi (dalam Rusman, 2012) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil
a. Faktor Internal
belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya
dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan
jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar
b. Faktor Eksternal
Faktor- faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa yang ikut
mempengaruhi belajar siswa, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang
tua terhadap siswanya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua
mendidik secara demokratis atau tidak. Dalam mendidik anak bersosialisasi dikenal 2
keinginan orang tua menjadi penting di mana komunikasi berjalan satu arah.
Dengan demikian komunikasi berjalan dua arah atau seimbang. Pada refresif
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang
ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kemampuan, dan kemauan belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau
a. Faktor yang ada dalam diri siswa adalah: faktor fisiologis (kondisi fiologis dan
kondisi panca indra) dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi,
kemampuan kognitif).
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah: faktor lingkungan (lingkungan
alami dan lingkungan sosial budaya) dan faktor instrumental (kurikulum, program,
diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa, Ada 2 jenis faktor yang dapat
internalnya berbentuk: faktor fisiologis dan faktor psikologis. Karena faktor eksternal
meliputi: faktor lingkungan dan faktor alat (program, guru, alat, fasilitas, manajemen).
Jadi faktor itulah yang menentukan fasilitas dan sarana belajar merupakan salah satu
اْلَْلب
َِاب ُ ُ
ْ ولوا َّر
ُ ا ذكََ
يتَ َا َّا
ِنم َْ
ن
ٖۗ ُو
لمَْ
يعَ َ َْل
ينِْ َّ َ
الذ َْ
ن و ُو
لمَْ
يعَ َ
ينِْ َّ ِى
الذ َو َ ْ
يسْت هل ُل
َ ْ َٖۗب
ِه ق ر
Artinya : “ Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung atau orang yang
beribadah pada waktu malam dengn sujud dan berdiri karena takut kepada (azab)
yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang
ilmunya, Islam juga menganjurkan setiap ummat untuk mengamalkan ilmunya. Dalam
hal ini yang dimaksud bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu yang
Tuhan juga memberi manusia anugerah yang tak ternilai harganya: akal.
Penglihatan, pendengaran. dan mental yang kuat agar masyarakat dapat meneliti ilmu
dengan baik. Karena ilmu lah yang akan menyelamatkan umat manusia dari jurang
Dapat disimpilkan bahwa manusia diberi nikmat kelebihan akal dalam menuntut
ilmu pengetahuan. Dengan belajar siswa akan memperoleh ilmu dan mencapai
B. Technostress
1. Pengertian Technostress
Technostress merupakan sub dimensi dari stress, yang dikenal dengan istilah
technology stress. Istilah technostress ini dicetuskan oleh tokoh Psikologi Klinis
bernama Craig Brod pada tahun 1984. Brod melihat technostress sebagai sebuah
dari penggunaan teknologi terhadap perilaku manusia, pikiran, sikap, dan psikologi.
keaksaraaan komputer dan penerimaan teknologi digital. Selain itu, Hudiburg juga
mengatakan bahwa techcostress merupakan bagian dari penyakit modern yan terkait
Technostress menurut Tarafdar, Tu, & Ragu-Nathan (2010) adalah dampak dari stress
yang dialami pengguna sebagai hasil dari aplikasi multi tugas, konektivitas yang terus
dan akibat dari ketidakpastian, pembelajaran ulang dan dampak ketidak amanan
Istilah technostress diciptakan pada tahun 1984 oleh seorang psikolog klinis, Dr. Craig
Brod (1984) Technostress adalah penyakit adaptasi modern yang disebabkan oleh
dalam perjuangan untuk menerima teknologi komputer, dan dalam bentuk identifikasi
berlebihan yang lebih khusus dengan teknologi komputer. Meskipun Brod (1984)
harus beradaptasi dengan teknologi baru terutama ketika ada kekurangan peralatan,
dukungan, atau teknologi itu sendiri. Selain itu, menurut Clark dan Kalin (1996),
mengklaim bahwa teknologi bukanlah masalah karena komputer dan teknologi hanya
alat, dan stress merupakan reaksi alami. Jadi, mereka menyarankan itu untuk
teknologinya. Pendapat ini didukung oleh Champion (1988) yang menyatakan bahwa
era informasi adalah semua tentang perubahan, atau untuk lebih spesifik, respon
karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi, yang berdampak
2. Aspek-Aspek Technostress
Tarafdar, Tu, Ragu-Nathan, dan Ragu-Nathan (2007) mendeskripsikan technostress
mengatasi atau membiasakan diri terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
lebih cepat dan lebih lama. Perubahan teknologi mengarah pada intensitas kerja atau
sebagai alat komunikasi berupa sms dan telepon, berubah menjadi smartphone yang
kaya akan fitur. Sehingga, secara tidak langsung interaksi pengguna dengan
perangkatnya juga akan meningkat. Kondisi seperti itu tidak menutup kemungkinan
banyak waktu tertentu yang terganggu atau terkuras habis untuk berinteraksi dengan
gadget. Misalnya, ketika seorang anak memutuskan untuk bermain game atau hiburan
c. Techno complexity, yaitu suatu kondisi dimana seseorang merasa dirinya tidak
perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mereka merasa perlu waktu yang
cukup untuk mempelajari atau menguasai berbagai produk teknologi tersebut. Hal ini
dirinya terancam kehilangan pekerjaan akibat tugas dan peran dirinya tergantikan oleh
teknologi baru, dengan kata lain mereka khawatir akan adanya “otomatisasi dan
robotisasi dalam berbagai aspek kehidupan”, maupun oleh orang lain yang memiliki
tidak adanya kepastian terhadap teknologi yang terus berkembang, dengan kata lain
mereka khawatir akan ketinggalan zaman, yang selalu memerlukan pembaharuan baik
mengalami beragam gejala seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah,
ketegangan otot, citra diri negatif, depresi, dan kelelahan. Gejala-gejala ini tidak hanya
berdampak negatif pada kualitas hidup bagi pengguna teknologi, tetapi Juga dapat
berdampak negatif pada kemampuan (Okebaram dan Moses, 2013:653). Stress yang
tidak teratasi dikarenakan teknologi dapat menimbulkan dampak pada fisik, psikis, dan
sosial.
Tarafdar, dkk (2011) menyebutkan faktor yang mempengaruhi dari technostress, yaitu:
a. Efek psikologis yang merugikan:
pekerjaannya
pekerjaannya
tekanan teknologi dapat menyebabkan tress yang tidak teratasi dikarenakan teknologi
dapat menimbulkan dampak pada fisik, psikis, dan sosial pada siswa.
4. Gejala Technostress
Bentuk-bentuk technostress dapat berupa gejala-gejala yang sering muncul dan dapat
kita lihat pada orang-orang disekitar kita bahkan tanpa kita sadari kita termasuk dalam
seperti ketergantungan pada amusement online fiend, versatile phone someone who is
addicted, web fiend, perilaku menyendiri atau soliter, bekerja dengan ketergantungan
pada komputer atau portable workstation, bekerja selalu mengandalkan LCD, selalu
menggantungkan pekerjaan dan belajar dengan komputer dan beberapa bentuk gejala
begitu luas mencakup berbagai fisiologis, psikologis dan prilaku”. Perubahan ini
diwujudkan dalam bentuk kelelahan fisik dan emosional yang melibatkan sikap negatif.
Gejala lain dari technostress seperti kelelahan, sakit otot bahu, ketidakmampuan untuk
dehidrasi, bibir kering, sesak nafas, pusing, sakit kepala, kesemutan, nyeri dada dan
b. Gejala tingkah laku, termasuk kehilangan atau kelebihan berat badan akibat
pola makan yang tidak teratur, penggunaan obat-obatan, merokok, gelisah, gangguan
bicara (gagap), agresif, menjadi pasif, menghindari situasi stres, memisahkan diri dari
apatis, cepat merasa bosan, depresi, frustrasi, rasa bersalah, mudah marah, dan
Allah SWT. Penyebab stres berasal dari kelemahan hati, kelemahan hati yang
kehidupannya menjadi sulit. Seolah-olah tidak ada jalan keluar dari setiap
permasalahan Al-Qur'an adalah cahaya, tuntunan dan penyembuh dari penyakit jiwa
maupun fisik.Seperti firman Allah dalam Surah Yunus Ayat 57, yaitu:
ٌَ
ة َح
ْم َر ًه
دى و َُ
ِ و ُُّ
دور َا ف
ِي الص لم ٌَا
ِ ء ِفَش ُم
ْ و َب
ِك ْ ر
ِن ٌَ
ة م ْع
ِظ مو ُم
َ ْ ْء
تك ََا َْ
د ج َّاسُ ق َي
ها الن َُّ َ
يا أ
َ ِن
ِين ْم
ُؤ ْل
ِلم
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
Hadist diatas menyuruh kita sebagai seoraang muslim untuk selalu berprasangka
baik. Allah SWT telah menempatkan dua hal dalam hati manusia, pikiran dan
keinginan. Di sini, ruh selalu cenderung menuntun manusia untuk tunduk dan menaati
Menurut Nor dan Safe (2016) ayat diatas mengatakan bahwa Al-Qur'an merupakan
tuntunan dan penangkal dari penyakit dalam hati atau pemyakit fisik apa pun. Al-
Quran juga merupakan panduan agar menuju keselamatan dan sebuah berkah untuk
orang-orang yang beriman. Itu adalah berkah bagi seluruh dunia. Dengan memahami,
Dapat disimpulkan bahwa Sifat sabar merupakan kunci terbesar dalam diri manusia
dalam menghadapi segala ujian dan tekanan dalam kehidupan. Sesungguhnya Allah
Swt menyukai hambanya yang bersabar dalam menempuh ujian. Oleh karena itu
apabila seseorang menghadapi musibah pasti ada hikmah yang Allah Swt ingin
tunjukan. Orang beriman akan senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun
senang maupun susah karena inilai seseorang akan menjadi tenang dan selalu
klinis, Dr. Craig Brod (1984) Technostress adalah penyakit adaptasi modern yang
baru dengan cara yang sehat. Itu memanifestasikan dirinya dalam dua cara yang
berbeda tetapi terkait dalam perjuangan untuk menerima teknologi komputer, dan
dalam bentuk identifikasi berlebihan yang lebih khusus dengan teknologi komputer.
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi, yang berdampak pada aspek
langsung misalnya banyaknya tugas sekolah yang harus dikerjakan sekarang harus
menggunakan komputer juga diminta melihat referensi dari sumber lain. Hal ini bisa
sehingga harus merental ke tempat lain, Keadaan seperti ini dapat dikatakan stress
yang merupakan hubungan antara individu dengan lingkungannya yang dirasa individu
telah disebutkan diatas dapat dikategorikan technostress adalah dampak negatif pada
sikap, pikirantingkah laku atau fisiologis tubuh yang disebabkan baik secara langsung
gadget berlarut-larut maka anak dapat memicu gejala technostress baik secara fisik
maupun psikis. Hal ini terdapa pada indikator atau gejala yang dikemukakannya
seperti kecanduan pada web dan diversion, nyeri otot dileher atau ditangan , sulit
berkonsentrasi, sakit kepala, menjadi pemurung, kesemutan, bibir kering, dan lain
sebagainya.
mempengaruhi prestasi belajar seseorang, di mana faktor - faktor tersebut yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi beberapa faktor antara lain faktor
fisik dan juga faktor psikologis. Prestasi belajar adalah segala kegiatan yang
langgeng atau terus menerus baik secara fisik maupun psikis yang ditunjukkan dengan
Maka siswa sebagai individu utama dalam kegiatan belajar mengajar di suatu lembaga
tentunya akan berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Dengan dimikian
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan perkembangan teknologi siswa tidak mampu
teknologi berlarut-larut dan menjadi ketergantungan maka siswa dapat memicu gejala
technostress yang berdampak pada aspek fisik maupun psikis Sehingga dapat
D. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tesa (2018) yang berjudul " Pengaruh Adversity
UIN SGD Bandung". Dengan menggunakan metode kuantitatif, dengan hasil penelitian
pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan
2013. Pengaruh Adversity Quotient terhadap prestasi akademik adalah sebesar 4.4%.
Hubungan dari Adversity Quotient terhadap prestasi akademik adalah positif. Hal ini
2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setyadi, Taruk, dan Pakpahan (2019).
yang berarti semakin tinggi tingkat stressnya juga diakibatkan semakin tinggi tingkat
diperoleh hasil penelitian untuk tingkat signifikansi 0.05 atau derajat keyakinan
3. Lutfi (2020) dengan judul "Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar". Dengan menggunakan metode kualitatif. hasil penelitian ini bahwa
prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi belajar
merupakan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur dengan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar
selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil atau tujuan
belajar.
menghasilkan pengaruh yang negatif, artinya bahwa semakin tinggi tingkat stres
teknologi maka semakin rendah tingkat kesejahteraan psikologis guru dan hipotesis
terhadap kesejahteraan psikologis guru sebesar 13,8 % dan 86,2 % dipengaruhi oleh
“Technostress dan Work Life Balance Pada Karyawan Kepuasan Kerja Sebagai
berpengaruh signifikan terhadap work-life balance. Hal ini dibuktikan dari nilai koefisien
Hasil penelusuran yang peneliti lakukan, telah banyak dilakukannya penelitian dengan
belum ada ditemukannya penelitian yang secara khusus meneliti tentang hubungan
technostress dengan prestasi belajar pada siswa. Maka dari itu, penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya baik secara subjek penelitian, tahun penelitian, model
E. Kerangka Konseptual
tentang kerangka konsep dalam penelitian. Melalui kerangka konseptual kita dapat
melihat alur dari sebuah penelitian yang akan dilakukan. Sehingga alur dari penelitian
Remaja rentan usia 16-18 tahun yang sangat berisiko terserang technostress dimana
sampai lupa dengan waktu yang mengakibatkan istirahat yang kurang dan lupa
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, serta teori yang telah
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:
Gambar 2. 1
F. Hipotesis
perilaku, fenomena dan gejala masalah yang telah dan akan terjadi. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas makan hipotesisi yang diajukan dalam penelitian ini adalah
siswa, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat technostress maka semakin