P2 (lihat sikon)
Saat ini memang sedang digencarkan pembelajaran menggunakan media
handphone. Bukti nyatanya ada pada buku paket yang kita gunakan saat ini.
Terdapat fitur scan barcode yang akan mendukung proses belajar kita. Agar
pengetahuan kita lebih luas dan tidak hanya berhenti hanya mengekplorasi
buku pelajaran saja.
Para pelajar pun terlihat luwes menggunakan alat komunikasi itu sebagai
sarana belajar.
Tb:
Kontrol yang ketat di kelas. Guru harus menyampaikan kapan handphone bisa
digunakan di dalam kelas dan kapan harus disimpan di dalam tas atau laci atau
dititipkan ke ruang BK.
Ada hukuman, jika siswa menyalahgunakan penggunaan handphone di
sekolah.
Begitu pula dengan guru yang harus mengetahui etika penggunaannya di
kelas.
Pengaturan ini bermanfaat agar warga sekolah bisa memanfaatkannya dengan
benar, sehingga benar-benar bisa menunjang proses pembelajaran di sekolah.
KONTRA
P1
Kemajuan piranti berbasis digital ini membawa perubahan di dunia pendidikan secara global.
Termasuk Indonesia yang berusaha terus menaikkan peringkatnya sebagai Negara yang
termasuk berkembang dalam dunia pendidikan. Namun penggunaan hp bagi pembelajaran
siswa memberi dampak negatif lebih banyak dibandingkan dampak positifnya.
Menjadikan anak malas dalam belajar karena terfokus akan adanya HP yang dapat
mengganggu proses belajar mengajar, bisa jadi karena adanya notifikasi pesan
ataupun dari aplikasi game.
Beberapa orang beranggapan menggunakan handphone saat jam pembelajaran
membuat siswa tidak konsentrasi.
Ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran dan siswa asyik bermain
handphone membuat siswa tidak mendengarkan materi yang disampaikan dan tidak
mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya. Misalnya bermain games, membuka
pesan masuk, atau membuka media sosial. Awalnya berniat hanya melakukan
aktivitas tersebut sebentar tetapi kenyataannya tidak demikian sehingga penjelasan
guru banyak yang terlewatkan.
Siswa juga menjadi tidak peka terhadap lingkungan sosial atau minim sosialisadi
karena sering menggunakan handphone.
Para orang tua juga beranggapan bahwa penggunaan handphone di saat jam pelajaran
atau pembelajaran membuat pemborosan terhadap kuota yang harusnya uang itu bisa
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, ternyata harus digunakan untuk kuota belajar.
(harus digaris bawahi, tidak semua sekolah menyediakan wifi)
Akan terjadinya kecanduan dan kesalahan penggunaan handphone terhadap pelajar.
Siswa cenderung mengandalkan handphone yang mereka punya untuk mengerjakan
setiap tugas, sehingga para siswa lebih cenderung mencari informasi dari internet dan
mereka menjadi malas untuk membaca buku dan cenderung juga meremehkan tugas
yang telah diberikan oleh guru.
Melemahkan otak penggunanya, karena mudahnya dalam mencari informasi pelajar
malas untuk berfikir dan menjadikan para pelajar menjadi malas karena hanya
mengandalkan smartphone.
Hp menjadi salah satu penyebab rusaknya moral pelajar di Indonesia
P2 (lihat sikon)
Berdasarkan hasil kajian Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA tahun 2016,
menunjukkan sebanyak 70 persen anak dipastikan membawa smartphone ke sekolah, 61
persen di antaranya menggunakannya untuk keperluan chatting danbermain game, 29 persen
menggunakan untuk mencari informasi terkait mata pelajaran, dan hanya 10 persen yang
menggunakannya untuk keperluan komunikasidengan orang tua atau teman.
Aplikasi yg tersedia di telepon dapat menganggu konsentrasi siswa dalam
pembelajaran di sekolah.Aplikasi di smartphone kini mulai banyak dan beragam,saat
siswa belajar,pasti pikirannya tertuju kepada aplikasi yg ada di smartphone
nya.Kadang juga ada yg diam-diam bermain hp saat jam pelajaran dimulai.
Siswa dapat menemukan hal negatif di internet.Saat browsing di internet,ada iklan
porno,karna penasaran,si siswa membuka situs tersebut dan menontonnya
Aplikasi internet di hp memberikan kesempatan untuk berbuat curang.Saat ulangan
harian contohnya, siswa yg tidak bisa menjawab pertanyaan dan mengambil jalan
pintas dengan mencari di internet.
Surat izin mengemudi (SIM) berbentuk kartu elektronik atau bentuk lain, yang berlaku
diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia selama lima tahun dan dapat
diperpanjang.Untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) didapatkan setelah
mengajukan permohonan pembuatan SIM (memenuhi persyaratan usia dan persyaratan
khusus) ke pihak kepolisian dandinyatakan lulus ujian mengemudi dan SIM diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tingginya tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh pelajar ini akibat dari rendahnya
disiplin dan kesadaran pelajar dalam berlalu lintas. Dimana seharusnya, seorang pelajar
menjadi
seorang penerus bangsa ditengah menempuh pendidikan hendaknya sadar akan hukum dn
taat pada peraturan yang berlaku sebagai salah satu wujud partisipasinya dalam usaha
pemerintahan yang ingin menciptakan masyarakat yang disiplin.
P2 (liat sikon)
Ambil satu contoh saja bagaimana penerapan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang telah disahkan oleh DPR pada tanggal 22
Juni 2009. Diantara beberapa pasal menyatakan bahwa pengendara sepeda motor harus
memiliki Surat Izin Mengemudi atau SIM, pemilik SIM serendah-rendahnya berusia 17
tahun, pengendara harus dapat menunjukkan STNK, pengendara bermotor harus
menggunakan helm standar dan melengkapi kendaraannya dengan spion.
Dari sini dapat dilihat bahwa SIM menjadi syarat wajib setiap pengendara motor.
Bagi pengendara yang tidak memiliki SIM dijerat dengan Pasal 281 dalam Undang-
Undang yang sama. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap pengendara kendaraan
bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan
atau denda paling banyak Rp 1 juta.
Bagi pengendara yang tidak bisa menunjukkan SIM dijerat dengan Pasal 288 ayat (2) di
UU yang sama.Dalam pasal pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap pengendara wajib
menunjukkan SIM kepada petugas. Sedangkan bagi yang tidak bisa menunjukkan SIM
akan dikenakan sanksi berupa tilang dan diharuskan membayar sejumlah denda sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukannya.
Sementara mengenai batasan usia yang boleh mengajukan permohonan untuk penerbitan
SIM sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (2) yakni usia ditentukan paling rendah 17
adalah tahun untuk SIM A dan SIM C dan SIM D.
Contoh penerapan di sekolah:
Untuk di SMA 78 Jakarta Barat, sekolah itu mengizinkan siswanya membawa kendaraan
jika sudah memiliki surat izin mengemudi.
Artikel detiknews
Selain karena kestabilan emosi saat berkendara gampang berubah, anak di bawah umur
itu juga cenderung belum bisa mempertanggung jawabkan apa yang dia lakukan.
Edo Rusyanto, sebagai Pemerhati Keselamatan Lalu Lintas pernah mengatakan, banyak
fakta memperlihatkan bahwa anak di bawah umur menjadi pelaku dan korban kecelakaan
lalu lintas jalan. “Data yang saya peroleh dalam rentang 2011-2016 memperlihatkan,
lebih dari 139.000-an anak menjadi pelaku kecelakaan. Di sisi lain, selaku korban
kecelakaan jumlahnya bisa dua kali lipat," ujar Edo kepada Kompas.com.
KONTRA
P1
Kami tidak setuju dengan mosi tersebut dan pihak pro, karena memiliki ataupun tidak
memiliki SIM akan sama saja bagi remaja. Karena masa remaja adalah masa dimana anak
akan mengalami masa labil. Bukan berarti dengan memiliki SIM para pelajar bisa selalu
mematuhi peraturan lalu lintas atau tidak ugal”an di jalan. Begitu juga sebaliknya, bukan
berarti pelajar yang tidak memiliki SIM akan ugal”an dan tidak mematuhi peraturan lalu
lintas yang ada. Karena itu tergantung pribadi masing” dan tidak dapat disamaratakan.
Pemerintah menggalakan adanya angkutan umum, namun jangkauannya cukup jauh dan
kurang efisien. Karena pelajar harus berangkat pagi untuk bisa sampai di sekolah dengan
tepat waktu. Jarak rumah yang jauh dari sekolah dan orang tua yang sibuk juga yang
menjadi alasan mengapa siswa mau tidak mau menggunakan kendaraan bermotor
walaupun belum memiliki SIM.
P2
Contoh tindakan yang diambil seperti:
Pihak sekolah SMK Negeri 26 Jakarta tidak membatasi siswanya untuk membawa sepeda
motor ke sekolah.
“Kita tidak bisa melegalkan, tapi kalau dia (siswa) membawa motor ya silakan,” kata
Pembina OSIS SMKN 26 Jakarta, Agus Abdurrahman kepada detikOto di Jakarta.
Mengendarai motor padahal belum punya SIM bagi pelajar tidak akan menjadi masalah
yang serius. Asalkan mendapat bimbingan pendidikan berlalulintas di keuarga & sekolah,
siswa akan dapat membedakan man perilaku yang baik & buruk saat berkendara.
Ini salah satu dampak positif pacaran yang sering di sebut sebut kaum muda.
Kenapa pacaran dapat meningkatkan prestasi?. hal tersebut bisa terjadi karena
para kaum muda akan termotivasi oleh pasangannya untuk selalu menjadi
lebih baik (katanya sih gengsi kalau pacar nya pinter ya dia harus
menyeimbangkan). Dan juga pacaran sering disebut dapat meningkatkan
prestasi karena saat pacaran kaum muda bisa belajar bersama dan saling
mengajari satu sama lain.
Punya tempat curhat yang bisa di percaya
Bagi yang pacaran pasti dong sering cerita masalah masalah yang terjadi pada
diri sendiri atau pun orang lain yang ada di sekitar kita sama pacar. Mulai dari
hal yang menyenangkan ataupun menyedihkan bahkan sampai hal hal yang
memalukan bisa di ceritain sama pacar.
Saat sedang sedih atau putus asa akan ada yang menyemangati.
P2
Penyebab Pacaran di Usia Remaja
Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet.
Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang
tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti
pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia remaja.
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita
mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar
bersosialisasi dengan pasangan kita.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu,
membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang
mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik
seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa
‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri
tentunya.
Berpacaran dapat membuat siswa menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang sedang
berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin bertemu
pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan
semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt
bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi
positif dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.
Gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-
hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai
berikut: sehat fisik, emosional, sosial, dan juga sehat seksual.
KONTRA
P1
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara usia dan
psikologi seorang remaja belum siap. Dilihat pula dengan usia pelajar yang masih belasan
akan ada rasa labil daam dirinya yang menyebabkan sulit menghindari/membedakan mana
yang baik & buruk. Kedewasaan seseorang memang tidak dapat diukur dari usia, tetapi
memang masa” remaja ini lah yang rawan terkena dampak negatif.
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh
tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan
terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya
dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya.
Siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar
dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya.
P2
Pelajar yang berpacaran besar kemungkinan akan terpengaruh dengan arus globalisasi.
Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat
berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh
budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif,
hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk
berpacaran di usia remaja.
DAMPAK NEGATIF
Kekerasan fisik : Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya
kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku,
misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk
kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
Kekerasan seksual: Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual
dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan
dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara
seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan.
Lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran, dari
depresi ini akan menurunlan kemampuan belajar siswa, sehingga tidak senang lagi
ketika bersekolah.
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih
besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan
terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual.
Menurunkan konsentrasi: Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri
hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi
menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut
tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan
mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja
tersebut.
Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang
remaja seperti kita hanya focus untuk belajar saja dan meraih cita-cita, menyadari dalam
berpacaran usia seperti kita ini selayaknya belum mencukupi dan belum matang untuk
hubungan yang lebih serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal yang dibutuhkan
.