Anda di halaman 1dari 5

PemanfaatanberbagaiAplikasidalamPembelajaransertaPenilaian di Masa

Pandemi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya


pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi terutama dalam proses belajar
mengajar. Hal itu terbukti dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah
satu media pembelajaran di sekolah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai media pembelajaran tersebut, menuntut guru agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam mengintegrasikannya pada setiap mata pelajaran
sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Salah satu fenomena yang terlihat saat ini
adalah guru belum dapat menggunakan TIK dengan baik sebagai media pembelajaran. Hal
ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya adalah kurangnya pengetahuan dan
keterampilan, cara pandang yang keliru tentang TIK, bisa karena faktor usia yang membuat
guru merasa sulitdalam menggunakan TIK.
Semenjak diberlakukannya masa darurat Covid-19 pada tanggal 16 Maret 2020,
hampir seluruh sekolah di Indonesia mengambil kebijakan untuk pembelajaran via daring
atau disebut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dengan adanya pembelajaran daring,
guru dan peserta didik sama-sama belajar memanfaatkan teknologi sebagai pembelajaran.
Berbagai keterbatasan dalam situasi pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi seorang guru
untuk terus mau belajar dan berlatih menerapkan pembelajaran secara daring. Selain itu,
harus mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi serta kolaborasi media pembelajaran agar
pembelajaran tidak monoton dan tetap bisa menghadirkan suasana pembelajaran interaktif
antara guru dan peserta didik.
Guru dalam pembelajaran jarak jauh ini selain sebagai pendidik juga bertindak
sebagai fasilitator yaitu orang yang memfasilitasi atau melayani keperluan peserta didik di
dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nur
(2017: 10), bahwa guru sebagai fasilitator memiliki peran menfasilitasi siswa-siswa untuk
belajar secara maksimal dengan menggunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber
belajar.Hal ini mendorong guru untuk belajar beberapa aplikasi daring, sehingga mampu
menjadi guru yang kreatif, inovatif, menguasai IPTEK, dan yang paling pokok dilandasi
dengan akhlak yang mulia sehingga melahirkan anak bangsa yang memiliki kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial yang tinggi.
Dengan adanya PJJ di masa pandemi ini, sangat mendorong saya untuk lebih
meningkatkan lagi pemahaman terkait pemanfaatan dan penggunaan IT guna mendukung
proses pembelajaran. Terutama dalam memberikan materi serta melakukan penilaian. Dalam
proses pembelajaran, kita biasa menggunakan WhatsApp, Telegram, ataupun Instagram.
Namun dengan banyaknya pelatihan/webinar melalui daring, kita bisa memanfaatkan
berbagai aplikasi lainnya, seperti Microsoft Sway, Google Classroom, Padlet, dan lain
sebagainya. Serta berbagai aplikasi penilaian terutama dalam penilaian daring, seperti
Mentimeter, Padlet, dan Quizizz, microsoft form, google form, dan lainnya. Atau dengan
aplikasi yang lebih interaktif, sehingga dapat melihat langsung kondisi peserta didik, kita
dapat menggunakan Zoom cloud meeting, Google Meet, Microsoft Teams. Dengan berbagai
aplikasi tersebut, sangat memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran dan penilaian
secara daring dengan tampilan menarik yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dan
semangat dalam mengerjakan soal-soal yang tersedia dengan baik dan penuh rasa tanggung
jawab. Dengan demikian, kelancaran belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran akan
terwujud walaupun di tengah Pandemi Covid-19 saat ini.
Pemanfaatan IT pada era globalisasi sekarang ini, menuntut guru untuk lebih
meningkatkan kemampuan pemanfaatan IT guna menunjang pembelajaran. Hal tersebut tak
lepas dari berbagai hambatan/kendala yang dihadapi dalam penerapannya, yang sebagian
besar datangnya dari siswa. Mulai dari kuota internet, jaringan tidak mendukung, serta
penggunaan aplikasi yang memang harus didukung oleh memori handphone mereka.
Misalnya dalam melakukan pembelajaran dan penilaian, saya menggunakan Google
Classroom melalui akun Google Suite for Education, kebanyakan siswa menggunakan
handphone, hanya beberapa siswa yang menggunakan laptop/komputer.
Bagi siswa yang menggunakan laptop/komputer, mereka akan dipermudah dalam
proses pembelajaran, dapat berkolaborasi pada saat itu juga, dalam penilaian pun mereka
tidak ada kendala. Namun, bagi siswa yang menggunakan handphone, mereka akan sedikit
terkendala pada saat pembelajaran yang berkolaborasi dengan menggunakan google
dokumen dan google slide dalam menyelesaikan suatu kasus/masalah yang disediakan oleh
guru. Mereka akan kesulitan dalam menuliskan hasil analisis mereka, karena dalam
penulisannya, mereka harus mendownload aplikasi google dokumen atau google slide
terlebih dahulu di Play store. Beberapa siswa terkendala karena memori handphone yang
mereka miliki tidak cukup ruang untuk mendownload aplikasi tersebut. Alternatif lain yang
dilakukan, mereka akan mengirimkan lampiran penugasan berupa word, pdf, ataupun foto
tugas yang mereka tulis di buku, dan akan mereka serahkan melalui classroom, berbagai
alternatif dilakukan oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, terutama dalam
penilaian. Ini sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu pelajar mandiri, dimana mereka
bertanggung jawab atas proses dan hasil kerjanya, menumbuhkan kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi. Sebagai seorang guru, sebaiknya kita selalu menghargai dan
mengapresiasi rasa tanggung jawab mereka. Selalu memberikan semangat dan motivasi agar
selalu rajin belajar untuk meraih cita-cita demi masa depan mereka nanti.
Pembelajaran lainnya dengan menggunakan Padlet. Di sini antara guru dan siswa
dapat melakukan pembelajaran secara kolaboratif, refleksi, berbagi link dan gambar dalam
sebuah lokasi. Padlet bisa dikatakan sebagai papan tulis digita yang berfungsi sebagai sarana
pembelajaran kolaboratif yang mampu mengakomodir pembelajaran virtual. Padlet bisa
dijadikan sebagai sarana dalam berdiskusi antara guru dan siswa, siswa dan siswa atau
diskusi dengan kelompok secara kolaboratif, berkomunikasi berupa pesan dan teks, serta
sebagai fitur yang mampu menjembatani siswa yang mengalami masalah dalam
menyampaikan pendapatnya secara lisan yakni dengan bertutur secara tulisan, karena tidak
semua siswa berani mengemukakan pendapatnya secara lisan, misalnya dalam menanggapi
suatu kasus yang disajikan berupa gambar dan video.
Salah satu aplikasi lain yang saya gunakan untuk media pembelajaran adalah microsoft
sway. Aplikasi ini mudah dibuat dan dapat diakses dengan baik oleh perangkat apapun
sehingga sangat bagus digunakan oleh para guru.Cara menggunakan Sway ini cukup mudah.
Seorang guru hanya memasukkan tulisan, gambar, video, link, atau apapun yang diinginkan,
maka aplikasi tersebut akan mengatur tampilannya secara apik. Setelah selesai membuat satu
materi, kemudian guru tinggal membagikan linknya kepada peserta didik. Setelah itu, peserta
didik dapat belajar dengan cara meng-klik link yang dibagikan oleh guru. Selanjutnya materi
siap dipelajari dengan baik.Mengenai masalah kuota internet, hal itu tergantung konten yang
dibuat oleh guru. Jika guru menyertakan video berdurasi panjang atau jumlahnya banyak,
kuota yang digunakan menjadi besar. Sebaliknya, apabila tulisan, gambar, dan video pendek
yang digunakan, maka kuota data akan menjadi hemat.
Di tengah pandemi covid-19 saat ini, seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang lebih menarik agar tidak membosankan.
Maraknya berbagai aplikasi, sangat membantu dalam proses pembelajaran daring. Dalam
pembelajaran kali ini, siswa diintruksikan untuk membuat video pembelajaran sebagai
penilaian keterampilan dengan materi ‘Pengaruh positif dan negatif kemajuan Iptek bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara’, mereka sangat antusias dan kreatif.
Menggunakan berbagai aplikasi, siswa menyajikan video dalam bentuk Tik Tok, Snack
Video, Kinemaster, Viva video, film pendek yang mereka upload di youtube ataupun
instagram, bahkan ada yang membuat komik dalam presentasinya. Kreativitas siswa dalam
memanfaatkan aplikasi yang kekinian, ternyata sangatlah menarik. Pembelajaran menjadi
sangat menyenangkan, siswa menjadi lebih kritis dalam pembelajaran. Hal ini bisa dijadikan
salah satu alternatif penilaian yang menarik, tanpa harus membebani siswa hanya dengan
tugasmelulu.
Pembelajaran daring di masa pandemi saat ini dapat berjalan secara efektif apabila
ada interaksi antara guru dan siswa. Namun terkadang ada beberapa siswa yang tidak
merespon dengan berbagai alasan. Ada yang bangun kesiangan, susah sinyal, kuota internet
habis dan lainnya. Padahal sekolah sudah memberikan alternatif untuk belajar di sekolah
menggunakan komputer di lab TIK dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, atau
meminjam Tab yang tersedia, tentunya dengan prosedur yang berlaku. Di masa pandemi ini,
harus ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua siswa. Pada saat sekolah tatap
muka, siswa menjadi tanggung jawab sekolah dari awal masuk sampai jam pulang sekolah.
Sedangkan BDR saat pandemi ini, harus ada kerjasama yang baik antara guru, walikelas, dan
orang tua siswa. Didalam pembelajaran, pemantauan bisa dilakukan oleh guru melalui
kegiatan pembelajaran daring, namun di rumah kegiatan atau aktivitas mereka bisa dipantau
oleh orang tua. Lalu apa saja yang harus dilakukan orang tua? 1) Meningkatakan kerjasama
dengan guru, walikelas, dan pihak sekolah; 2) Lebih sabar, telaten, dan meredam emosi saat
membersamai anak belajar; 3) Menyempatkan waktu dalam mendampingi anak belajar
dengan suasana menyenangkan; 4) Mengawasi dan memantau belajar anak; 5) Berusaha
untuk memenuhi kebutuhan belajar anak semampunya; 6) Menyamakan pandangan dengan
anak akan pentingnya belajar demi masa depan; serta 7) Memotivasi anak untuk serius
mencapai keberhasilan belajar dan cita-citanya.
Tanamkan di dalam diri kita untuk selalu berpikir positif, optimis, sabar, dan ikhlas
dalam menjalankan profesi. Tetap mengajar dengan hati, selalu mengembangkan diri jangan
menutupi diri untuk selalu belajar memanfaatkan IT. Terutama ditengah pandemi Covid-19
saat ini, dengan adanya pembelajaran jarak jauh yang menuntut kita untuk selalu
menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan kreatif dengan memanfaatkan berbagai
macam aplikasi yang ada. Sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang itu-
itu saja. Kunci keberhasilan PJJ ini adalah guru mampu mengajar dengan optimis dan
sepenuh hati. Yakinlah sampai kapanpun, jika kita mampu adaptif, guru takkan tergantikan
oleh teknologi. Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir, pembelajaran tatap muka di
sekolah dapat berlangsung kembali.

Anda mungkin juga menyukai