Anda di halaman 1dari 10

Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5204 Difusi Inovasi Pendidikan)

Izin menanggapi:
Digital native merupakan istilah atau sebutan bagi generasi yang lahir pada masa
berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang banyak memanfaatkan
komputer, laptop, gadget, smartphone, dan internet (Marc Prensky, dalam Suciati, dkk, 2015).
Generasi ini akan cepat beradaptasi serta sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Mereka memanfaatkan berbagai aplikasi, fasilitas, dan perangkat lunak yang tersedia. Mereka
banyak memanfaatkan media sosial (fb, ig, path, messenger, twitter, blog), email, google dan
lainnya. Generasi milenial, generasi z, dan generasi alfa menjadi bagian dari digital native.
Anak-anak yang lahir sekitar tahun 2012 sampai sekarang merupakan generasi z dan
alfa. Anak-anak tersebut banyak duduk di Sekolah Dasar (SD). Mereka lahir ketika
perkembangan dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berlangsung cepat, dinamis,
dan kompleks. Mereka sejak kecil sudah mengenal, menggunakan, bahkan terbiasa dengan
berbagai perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan TIK.
Siswa yang sehari-hari belajar di sekolah berkaitan dengan TIK. TIK digunakan
untuk belajar oleh siswa sendiri maupun guru. Setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-
masing. Gaya belajar dapat diartikan sebagai cara paling mudah paling efektif untuk menyerap,
mengelola, menyimpan, dan menerapkan informasi (Maulidya, 2022). Gaya belajar mempunyai
kaitan dengan digital native. Gaya belajar tentu berkaitan dengan digital native. Semua gaya
belajar siswa yang meliputi; visual, kinestetik, dan auditori berkaitan langusng dengan TIK.
Siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditaorik dan kinestetik akan dipermudah dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berupa smartphone, video, film, animasi, lagu,
dan gambar.
Siswa yang mempunyai gaya belajar visual, akan dimudahkan dalam pembelajaran
yang berkaitan dengan apa yang dilihat. Sebagai contoh pembelajaran tentang visualisasi proses
gerhana dapat menggunakan animasi dan gambar di gadget, smartphone, maupun komputer.
Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori akan dimudahkan dalam pembelajaran yang
berkaitan dengan suara lagu, musik, pidato, atau bahkan penjelasan mengenai suatu tempat,
barang, dan pembuatan sesuatu. Sebagai contoh, siswa dengan gaya belajar ini akan lebih mudah
menghapal dengan nyanyian atau lagu. Dengan adanya TIK maka siswa dan guru terbantu dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, gaya belajar kinestetik juga dapat memanfaatkan TIK.
Mereka akan banyak praktek dan berkreasi memanfaatkan berbagai aplikasi dan perangkat yang
tersedia melalui media sosial.
Jika dikaitkan dengan teori dari bapak pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara,
proses pendidikan anak-anak harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Digital native
tidak dapat diberikan pendekatan seperti zaman dahulu tanpa TIK. Perkembangan TIK sudah
jauh meninggalkan zaman dahulu.
Pengalaman di kelas sendiri, anak-anak yang mempunyai gadget ditugaskan untuk
membawanya ke sekolah. Alasannya, semata-mata untuk membantu siswa belajar. Siswa
dibimbing untuk memanfaatkan gadget, smarthphone, atau handphone mencari sumber materi,
media belajar, membuat tugas dan berkreasi bersama teman yang lain. Kerjasama dengan teman
merupakan bentuk interaksi sosial melalui pembelajaran kooperatif. Menurut Vygotsky,
pembelajaran yang prosesnya terdapat interaksi sosial merupakan bentuk pembelajaran
kooperatif karena melibatkan orang lain.
Saya selaku guru kelas 5 lebih banyak menekankan pembelajaran kooperatif,
pengamatan, percobaan, direct learning serta memanfaatkan gadget dan TIK. Selain itu
dokumentasi kegiatan belajar diunggah di media sosial seperti; facebook, instagram, tiktok,
snackvideo, dan youtube. Pembelajaran yang menyisakan jejak tersebut ternyata membuat siswa
antusias. Bahkan, orang tua merasa senang, bangga dan selalu menginginkan eksistensi anaknya
dalam dokumentasi tersebut.
Meskipun banyak manfaat, tetapi selalu ada efek negatif yang terjadi. Selaku guru,
saya mencoba meminimalisasi hal tersebut melalui arahan, bimbingan, dan pemeriksaan gadget
siswa secara berkala. Sehingga manakala ada hal yang kurang baik dapat segera dicarikan solusi.
Kesimpulannya, digital native berkaitan dengan gaya belajar siswa. Siswa sekarang
sangat tertarik dengan perkembangan dunia TIK. Sehingga, saya mau tidak mau harus
memfasilitasi, mengarahkan, serta membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan
penggunaan media sosial. Selain itu, saya selaku guru mencoba memberikan contoh nyata atau
keteladana mengenai dalam media sosial, baik konten maupun penggunaan. Siswa sebagai
digital native harus memanfaatkan dunianya dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Bagaimanapun, “satu keteladanan lebih baik daripada seribu arahan atau perintah.”
Referensi:

Afif, Nur. 2019. ”Pengajaran dan Pembelajaran di Era Digital.”Jurnal Pendidikan Islam.” 2 (1)
2019.117-129. Diakses, 27 April 2023. https://media.neliti.com/media/publications/316585-
pengajaran-dan-pembelajaran-di-era-digit-dbd928e1.pdf

Maulidya, Cholifa. 2022. ”Gaya Belajar sebagai Upaya Memahami Potensi Keterampilan
Siswa.”Radar Jatim, 27 Juli 2022, dilihat 27 April 2023.
https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/radar-jatim/gaya-belajar-sebagai-upaya-memahami-
potensi-kekerampilan-siswa.html#:~:text=Gaya%20belajar%20adalah%20kombinasi
%20dari,masalah%20dengan%20rangsangan%20dan%20informasi.

Muzaki, Ferril Ilham. 2017. ”Membelajarkan Generasi Digital di SD”. um, Juli 2017, dilihat 27
April 2023. http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/07/Guru-SD-untuk-Digital-Native.pdf

Suciati, dkk. 2015. Difusi Inovasi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widyawinata, Rena. 2023. ”Perbedaan Digital Native vs Digital Immigrant: Arti dan
Karakteristik”.Glints.com, 8 Februari 2023, dilihat 27 April 2023.
https://glints.com/id/lowongan/digital-native-vs-digital-immigrant/#.ZEntknZBzrc.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5203 Desain dan Model Pembelajaran Interaktif)
Izin menanggapi:
Pembelajaran eksperimen merupakan proses pembelajaran melalui aktivitas secara
langsung bersama orang lain menggunakan berbagai bahan, alat, media, dan lingkungan tertentu
yang sudah disiapkan (Dasna, 2015). Ekperimen dapat dilakukan di dalam suatu ruangan kelas,
laboratorium ataupun di luar kelas seperti; taman, kebun, lapangan, halaman, sungai, danau,
sawah, gunung, ataupun di lingkungan masyarakat dan lainnya. Pembelajaran melalui
eksperimen mempunyai langkah-langkah metode ilmiah, misalnya; pengamatan, jawaban
sementara, percobaan, praktek, mengumpulkan data/ informasi, analisis data, dan penarikan
kesimpulan.
Jika dikaitkan dengan teori perkembangan anak dari Jean Piaget, anak usia SD sudah
masuk tahap operasional konkret. Oleh karena itu, pembelajaran eksperimen cocok diterapkan.
Pembelajaran eksperimen juga akan membantu membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan
pserta didik melalui keseimbangan antara pengalaman lama dan baru.
Pembelajaran dengan eksperimen memang mampu memberikan dampak positif bagi
siswa. Namun, pembelajaran eksperimen juga mempunyai keterbatasan, masalah atau
kekurangan dalam prakteknya. Saya sangat setuju bahwa pembelajaran eksperimen mempunyai
keterbatasan, kelemahan, kekurangan. Berikut beberapa kelemahan atau kekurangan dari
pembelajaran eksperimen:
1. lebih cocok untuk materi pelajaran sains dan teknologi;
2. membutuhkan bahan, alat dna media yang kadang-kadang mawahl dan sulit;
3. guru dan siswa harus ekstra fokus dan sabar;
4. hasil eksperimen banyak di luar keinginan atau tidak sesuai harapan;
5. membutuhkan waktu yang cukup menyita;
6. eksperimen tidak berjalan lancar karena harus kurang dipahami;
7. sulit menerapkan jika belum terlatih atau terbiasa
Selaku guru kelas 5, saya mempunyai pengalaman dalam pembelajaran eksperimen.
Pengalaman tersebut berdampak positif dan negatif. Dampak negatif tentu merupakan sebuah
masalah. Masalah-masalah yang muncul ketika pembelajaran diantaranya; tidak semua siswa
aktif karena tidak mempunyai tingkat pemahaman yang sama, jika guru kurang fokus dalam
membumbing, ekperimen menjadi ngawur, siswa selalu diselingi dengan banyak main
ketimbang belajar, tidak cukup waktu bahkan selalu lebih dari alokasi waktu, eksperimen
selalun lebih baik namun pelaporan hasil eksperimen mayoritas kesulitan, bahan dan alat
eksperimen sering tidak disiapkan atau dibawa karena lupa dan hal lain, serta sering malas
membereskan bahan dan alat selepas eksperimen.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil yaitu, saya setuju dengan peryataan bahwa
pembelajaran eksperimen mempunyai kelemahan, keterbatasan, atau kekurangan. Meskipun
demikian sebagai seorang guru tentu harus dicari solusi. Permasalahan harus
dimeminimalisasi.

Referensi:
Dasna, I Wayan. 2015. Modul 5: Model Pembelajaran berbasis Interaksi Sosial. dalam Dasna,
I Wayan, dkk. Desain dan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif. Jakarta: Universitas
Terbuka.

2021. ”Kelebihan, Kekurangan, dan Langkah-Langkah Metode Eksperimen”.


Blog.kejarcita.id, 17 Mei 2021, dilihat 27 April 2023. https://blog.kejarcita.id/kelebihan-
kekurangan-dan-langkah-langkah-metode-eksperimen/
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5202 Statistik Pendidikan)

Izin menangapi masalah 1:


Diketahui:
µ = 45
N = 50
𝛔 = 32
X = ˃ 55,6
Ditanyakan:
P = ( x ˃ 55,6 ) ?
Jawab:
x−µ
Z= σ
√n
55 ,6−45
Z= 32
√50
10 , 6
Z = 32
7 , 07
10 , 6
Z=
4 ,53
Z = 2, 339 kemudian dibulatkan menjadi 2,34
Nilai probabilitas tabel Z untuk 2,34 = 0, 4904
Jadi, karena X- nya harus ˃ 55,6, maka peluangnya:
P = 0,5 – 0,4904 = 0,0096, yang artinya peluangnya di bawah 5% jadi tidak memenuhi.
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5201 Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan Dasar)

Izin menanggapi:
Untuk merencanakan pendidikan diperlukan teknik perencanaan. Menurut Nurhasanah
(2019), untuk teknik perencanaan memerlukan unsur pendukung. Unsur pendukung tersebut
yaitu; mengetahui keadaan sekarang dan keinginan amsa depan serta merencanakan sesuatu
agar tujuan, cita-cita atau adanya progres.
Teknik-teknik digunakan dalam perencanaan pendidikan diantaranya:
1. Diagram Balok (Bar Chart)
Menurut Fattah (dalam Permana, 2015), diagram ini ditemukan oleh H. L. Gantt
(1917). Karena temuannya maka disebut Gantt Chart. Diagram balok dibuat sekumpulan
garis yang menunjukkan waktu mulai dan selesainya perencanaan tiap kegiatan. Ada dua
sumbu yang ada pada diagram ini yaitu koordinat horizontal dan vertikal. Sumbu vertikal
menunjukkan tugas, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Kelebihan diagram
balok adalah mudah dipahami dan digunakan. Namun mempunyai kelemahan juga yaitu;
tidak tergambarkan hubungan antar kegiatan, tidak teridentifikasi kegiatan skala prioritas,
proyek besar tidak cocok menggunakan teknik ini.
Berikut contoh diagram balok yang saya buat:
2. Diagram Milstone (Struktur Perincian Kerja)
Diagram milstone menunjukkan gambaran dari unsur-unsur fungsional suatu
program, keterhubungan, dan struktur berdasarkan urutan hierarkis dalam sebuah sistem.
Suatu sistem jika dikelompokkan atau dibagikan akan menjadi subsistem dan sub-sub
sistem lagi yang lebih kecil.
Berikut contoh dari diagram Milstone:

3. PERT dan CPM


Program Evaluation and Review Technique, merupakan singkatan dari PERT.
PERT adalah sebuah teknik untuk menilai dan meninjau kembali sebuah program. CPM
adalah singkatan dari Critical Path Method, yang artinya metode jalur kritis. PERT juga
dapat dipahami sebagai teknik manajemen dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan proyek-proyek satu kali jadi atau tidak berulang (nonrepetitive) Richard
(dalam Permana, 2015). PERT berfungsi memecahkan masalah yang sifatnya realistis dan
menjadi instrument dalam pembuatan suatu keputusan. Galack (dalam Permana, 2015).
PERT berusaha mengurangi penundaan kegiatan, gangguan untuk hasil-hasil
yang diperoleh, serta mengkoordinasikan berbagai bagian pekerjaan secara menyeluruh.
Teknik ini juga memungkinkan menghasilkan pekerjaan yang terkendali, teratur karena
jadwal dan anggaran telah ditentukan.
CPM dilakukan untuk perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang
menggunakan prinsip pembentukan jaringan. CPM dirancang untuk optimalisasi biaya
dalam penyelesaian proyek dengan biaya yang minim.
PERT dan CPM merupakan diagram network, karena adanya hubungan saling
ketergantungan dan pengaturan kegiatan proyek yang berurutan, dan logis sehingga
membentuk jaringan. Hubungan tersebut digambarkan melalui simbol-simbol kegiatan
dan kejadian. Langkah-langkah teknik PERT dan CPM yaitu: identifikasi aktivitas dan
titik tempuh, menetapkan urutan pekerjaan, membuat suatu jaringan data, membuat
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas, menetapkan suatu jalur kritis. Jalur kritis
tersebut yaitu (ES = Early Start, EF = Early Finish, LS = latest Star, LF = Latest Finish),
dan terakhir melakukan perubahan diagram PERT sesuai dengan progress proyek (Djoko
(dalam Permana, 2015).
Referensi

Nurhasanah, Nurhasanah. 2019. “Teknik dan Model Perencanaan Pendidikan.” INA-Rxiv.


August 30. dilihat 27 April 2023. doi:10.31227/osf.io/9udj2.

Permana, Johar, dkk. 2015. Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Team Asana. 2021. “Bagan PERT: Arti dan Cara Membuatnya (beserta contoh).” Team Asana.
14 Oktober 2021, dilihat 27 April 2023. https://asana.com/id/resources/pert-chart

Anda mungkin juga menyukai