Anda di halaman 1dari 14

Apa yang memotivasi Anda menjadi Guru Penggerak?

Apa yang Anda lakukan dalam mewujudkan


motivasi tersebut?

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di tengah perkembangan zaman yang semakin pada era
virtual / digital saat ini, peningkatan kompetensi guru harus terus diupayakan guna menghadirkan
pembelajaran yang berkualitas. Dalam hal ini guru memiliki pern utama dalam mencapai tujuan
pendidikan. Untuk itu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yakni kompetensi
profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial, harus mampu diimplementasikan dalam lingkungan
sekolah.akan tetapi, tidak semua guru dapat menjalankan semua kompetensi secara proporsional.
kompetensi tersebut yang mestinya harus dikuasai namun berbanding terbalik dengan kondisi
nyatanya. Tidak sedikit guru fokus mengajar atau menyampaikan materi pembelajaran namun
mengabaikan kompetensi lainnya seperti kepribadian dan sosial. Sehingga guru terkesan bersikap
acuh terhadap perkembangan peserta didik. Untuk itu, dibutuhkan elemen-elemen penggerak dalam
pendidikan untuk mendorong guru sebagai peran utama untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.Hal inilah yang menjadi motivasi mendasar kamiuntuk mengikuti program Guru Penggerak
dengan harapan dapat menjadi penggerak untuk diri sendiri, terlebih lagi penggerak bagiguru-guru
yang lainnya dalam meningkatkan kompetensi diri.

Dari situ sudah bisa dilihat bahwa Motivasimenjadi guru penggerak daapat kami uraikan seperti hal
dibawah ini :

1. Agar dapat menggali potensi diri untuk dapat berbagi praktik baik dalam lingkungan terdekat,
yaitu lingkungan sekolah;

2.Dapat mengembangkan kemampuan dalam melakukan kepemimpinan dalam pembelajaran


disekolah

3.Supaya menjadi bagian perubahan pendidikan ke arah lebih baik

4.Bisa meningkatkan kualitas diri sehingga dapat menjadi pribadi maupun guru yang bermanfaat
bagi sekolah serta lingkungan terdekat

5.Mendapatkan wadah atau tempat untuk belajar berkaitan dengan memerdekakan pembelajaran;

6. Mengetahui berbagai kekuatan maupun kelemahan yang terjadi di lapangan

7. Pengembangan diri dan memperoleh pengalaman baru berkaitan dengan kegiatan guru
penggerak.

Dengan demikian, untuk meningkatkan kompetensi guru , terlebih dahulu guru harus mampu
beradaptasi dengan perubahan dan pengetahuan baru. maka guru juga mampu mengantar peserta
didik yang berkompeten sesuai minat dan bakat dari peserta didik tersebut, kalau dulu proses
pembelajaran di kelas lebih banyak didominasi oleh guru (Teacher Centered), sehingga proses
pembelajaran di kelas menjadi membosankan dan kurang menarik. Dengan adanya bekal
pengetahuan / kompetensi dari para guru maka proses pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik
dan membangkitkan antusiasme peserta didik dalam belajar karena proses pembelajaran tidak lagi
terpusat pada guru. Jika kegiatan pembelajaran telah terpusat pada peserta didik maka keterampilan
abad 21 (berfikir kritis, mampu memecahkan masalah, kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan
kemampuan untuk bekerjasama) bisa tercapai.
2. Apa kelebihan yang mendukung peran Anda sebagai Guru Penggerak? Jelaskan alasannya dan
berikan contohnya!

Sebagai seorang pendidik, saya selalu berupaya umengembangkan keprofesionalan secara


kontinu/berkelanjutan, seperti mengikuti pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi guru,
mengikuti seminar, serta mengikuti Bimbingan dan Teknis yang berhubungan dengan bidang
keilmuan saya. Hal ini saya lakukan sebagai salah satu cara untuk memenuhi standar kompetensi
guru sesuai dengan tuntutan profesi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Karena sejatinya meningkatkan kompetensi guru menjadi bagian penting yang harus dilakukan
secara terus menerus berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan dalam dunia pendidikan.
Upaya yang saya lakukan ini selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi saya sendiri sebagai
guru, namun juga yang paling utama adalah untuk bekal saya dalam mendidik agar menghasilkan
perubahan yang nyata terhadap perilaku peserta didik seperti perubahan sikap (attitude) dalam
penanamam pendidikan karakter dan keterampilan (skill) peserta didik.

Selain upaya tersebut di atas, sebagai guru milenial saya cukup menguasai Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang selalu terus berkembang pesat. Hal ini penting, karena hampir di semua bidang
telah dan bahkan wajib menggunakan teknologi, dan tentunya juga di bidang pendidikan. Internet of
Things (IOT) sudah menjadi suatu yang lumrah dan wajar dalam pendidikan. Karenanya saya sebagai
guru harus cakap digital dengan perkembangan tersebut, jika saya tidak ingin ketinggalan dengan
adanya perekembangan zaman dengan cara belajar secara terus menerus baik dengan mengikuti
pelatihan ditas maupun belajar dari video youtobe. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat
diperlukan untuk menghadapi pendidikan keterampilan abad ke 21 dan pendidikan Era Revolusi
Industri 4.0.

Kelebihan lain saya sebagai guru adalah saya cukup menguasai karakteristik peserta didik. Hal ini
saya lakukan dengan cara menelusuri berbagai hal dari peserta didik, seperti dari aspek nilai agama
dan moral, sosial emosional , kognitif, bahasa, seni, dan fisik ( nialai agama dan budi pekerti, Jati diri,
Literasi dan STEAM ). Dengan demikian saya selalu berupaya menyesuaikan perencanaan
pembelajaran yang tepat untuk kami terapkan kepeserta didik agar suasana pembelajaran lebih
hidup dan menyenangkan . dari situ saya juga memberikan keteladanan yang baik terhadap peserta
didik seperti halnya dalam hal kedisiplinan saya memberikan contoh dengan datang tepat waktu
saat datang kesekolah.

3. Berikan contoh perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya yang memberikan
dampak nyata berdasarkan inisiatif Anda sendiri. Apa yang mendorong Anda melakukan hal
tersebut? (Jawaban Anda harus mencakup waktu kejadian, dampak atas inisiatif Anda, upaya yang
Anda lakukan agar inisiatif tersebut terlaksana, peran Anda dan pihak lain yang terlibat bila ada)

Pada awal tahun 2020 semenjak munculnya virus Covid 19 saya pernah menerapkan Pembelajaran
Berbasis digital karena tidak mungkinya pembelajaran secara tatap muka dengan berbekal status
peserta didik disekolah saya yang rata rata menengah keatas jadi mereka bisa memfasilitasi peserta
didik dengan smartphone akhirnya kami mulai dari pembelajaran menggunakan video call dan
memberikan contoh tugas dengan mengirimkan link you tobe. lama kelamaan akhirnya ada
perubahan metode pembelajaran dengan cara belajar dengan zoom meeting dari situ sudah terlihat
mulai dari kita hanya bisa belajar beberapa orang saja dengan perubahan itu kita bisa berlajar secara
tatap maya / virtual dengan seluruh peserta didik. dengan menggunakan zooom meeting itu
akhirnya kami bisa menggunakan beberapa model permainan anak meskipun tidak bertemu secara
langsung . dari zoom meeting kita bisa share ke peserta didik dengan menggunakan power point
animasi dari situ anak bisa bermain langsung pada layar zoom meeting tersebut seperti halnya
bermain maze, memasangkan gambar dan kata serta lain - lainya. awalnya kegiatan itu mengalami
pro kontra dengan rang tua karena basic mereka banyak yang pekerja jadi akan lebih susah
mendampinginya, dan setelah kami kasih penjelasan dan solusi yang terbaik akhirnya mereka
semangat mengikuti pembeljaran virtual .

Dengam menggunakan pembelajaran zoom meeting manfaat bagi saya ( guru ):

- Guru bisa berinteraksi yang lebih intens dengan semua peserta didik meskipun secara virtual

- Guru lebih berperan sebagai fasilitator , peserta didik sebagai center dalam pembelajaran

Sedangkan Manfaat bagi peserta didik :

-Meningkatkan motivasi belajar peserta didik;

-Meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik melalui pembelajaran virtual

-Membuat peserta didik lebih aktif

-Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan teknologi baru

Dan Manfaat bagi sekolah :

Fasilitas sekolah akan lebih berguna dengan adanya pembelajaran dengan zoom meeting

Mendukung kegiatan pembelajaran yang produktif di sekolah.


2. Permasalahan, tantangan, situasi yang kompleks adalah kondisi umum yang
ditemui dalam menjalankan pekerjaan. Berikan contoh pengalaman Anda dalam
menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat menjalankan
tugas Anda.

1. Kapan waktu kejadiannya? Permasalahan, tantangan, atau kompleksitas apa yang Anda
hadapi saat itu? Gambarkan secara jelas!

Pada pertengahan bulan Maret 2020, Indonesia dinyatakan darurat pandemic Corona Virus
Disease 19 (Covid-19), yang mengharuskan semua orang tetap berada di rumah saja (stay at
home), kecuali dalam keadaan-keadaan penting dan dilakukan seperlunya. Kebijakan tersebut
juga berimbas terhadap aktifitas di dunia pendidikan, dimana aktifitas pembelajaran juga
harus dilakukan di rumah saja dengan cara belajar dalam jaringan (Belajar dari rumah
masing-masing). Sontak saja, semua guru dan peserta didik kaget dengan kebijakan yang mau
tak mau harus diindahkan demi memutuskan rantai penyebaran covid-19. Bagaimana tidak,
dengan sistem pembelajaran “Dalam Jaringan (daring)” tentunya ‘menuntut’ peserta didik
dan guru harus memiliki fasilitas seperti telephon Genggam Pintar (Smartphone berbasis
android) atau Personal Computer (laptop) dan quota internet untuk bisa terhubung antara
peserta didik dan guru.

Kepala Sekolah dan guru membuat kesepakatan (melalui diskusi dalam WhatsApp
Group/WAG) untuk berkomitmen melaksanakan ‘pembelajaran daring’. Semua guru wajib
menyampaikan ke peserta didik melalui ‘WAG Mata Pelajaran’ akan kebijakan
‘pembelajaran daring’ tersebut, dan menyampaikan jadwal pembelajarannya masing-masing.

Kegiatan pembelajaran ‘daring’pun dimulai. Sebelum melaksanakan pembelajaran ‘daring’,


masing-masing guru membuat “WhatsApp Group Mata Pelajaran (WAG Mapel)”, agar
mudah terhubung antara guru dan komunitas peserta didik dalam 1 rombel/kelas. Seketika
muncul permasalahan-permasalahan yang cukup kompleks, di antaranya:

1. Tidak semua peserta didik dan guru memiliki smartphone;

2. Ada yang memiliki smartphone, tapi tidak/kurang mampu untuk membeli quota internet;

3. Posisi/lokasi yang sulit dari jangkauan internet;

4. Tidak semua guru dan peserta didik mampu/mahir menggunakan aplikasi yang mendukung
untuk kegiatan pembelajaran di smartphone, seperti zoom, google classroom, dll.

5. Setiap akhir pekan, guru diwajibkan membuat dan mengirim laporan keterlaksanaan
pembelajaran ‘daring’ ke Dinas Pendidikan Provinsi melalui suatu link yang harus diakses
oleh masing-masing guru. Namun tidak semua guru mahir dan mampu
mengakses link tersebut.

6. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (Mendikbud RI), materi atau tugas yang
diberikan tidak wajib bertujuan pencapaian kompetensi peserta didik, tapi cukup
menghubungankan materi pelajaran dengan Covid-19. Akibatnya guru bingung mencari ide
kegiatan pembelajaran.
2. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk memahami situasi tersebut secara
komprehensif? Peluang dan kesempatan apa saja yang Anda identifikasi dalam situasi
tersebut untuk membantu Anda menghadapinya?

Pada awal permulaan kegiatan Pembelajaran Daring, saya dan peserta didik sepakat melaui
“WAG Mapel Agribisnis Tanaman Hias (kemudian disingkat WAG-ATH)”.

Saya memulai dengan tugas pertama, yaitu membuat poster tentang “hubungan antara
Tanaman Hias dan Covid-19”. Saya memberi batasan waktu kepada peserta didik untuk
menyelesaikan tugas tersebut, kemudian mengirimkan kembali ke WA pribadi saya dalam
bentuk foto/JPEG.

Sepekan kemudian, saya melanjutkan ke pertemuan ke-2 pembelajaran daring. Lagi, saya
memberi tugas kepada peserta didik berupa membuat ringkasan materi pelajaran dan
mengirimkannya kembali ke WA pribadi saya dalam bentuk JPEG. Tugas kedua tidak lagi
berhubungan dengan covid-19.

Dari permulaan pembelajaran daring dan kemudian dilanjutkan dengan pembelajarn ke-dua,
diwarnai berbagai masalah yang dapat saya simpulkan sebagai berikut :

1. Banyak peserta didik yang sulit memahami dan kurang mengerti dengan instruksi tugas;

2. Banyak peserta didik yang terlambat dan bahkan tidak mengirimkan kembali foto
tugasnya, karena beberapa alasan, seperti : baru punya quota internet sehingga terlambat
mendapatkan informasi tugas; susahnya mencari jangkauan internet, dan lain-lainnya.

3. Adanya peserta didik yang masa bodo dan tidak peduli dengan kegiatan pembelajaran,
walaupun mereka memiliki quota internet. Keadaan ini dapat dipantau dari keaktifannya di
WAG;

4. Yang mengirimkan hasil kerjanya hanya peserta didik yang sama;

5. peserta didik memberanikan diri mengeluarkan uneg-unegnya yang mulai bosan dengan
banyaknya tugas ringkasan dari guru-guru

Keadaan ini membuat saya memutar otak untuk mencari solusi yang tepat, agar pembelajaran
tetap terlaksana dan peserta didik tidak terlalu jenuh dengan tuntutan tugas dari guru. Saya
juga selalu meminta pendapat peserta didik akan solusi terbaik agar kegiatan pembelajaran
daring terlaksana tanpa kejenuhan.

Saya mengusulkan pembelajaran melalui video, Youtube, webbex, dan Zoom. Hampir semua
peserta didik menolak, dengan alasan terlalu banyak menghabiskan quota internet, dan ada
aplikasi yang tidak didukung oleh smartphone yang mereka miliki.
3. Pertimbangan-pertimbangan atau alternatif apa saja yang Anda hadirkan dalam membuat
keputusan? Informasi apa lagi yang Anda gunakan untuk memperkuat keputusan Anda?

Saya mencoba beberapa solusi lain dan trik untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang cukup kompleks tersebut dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan, di antaranya :

1. Saya membuat alternative lain sebagai wadah pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak saja dilakukan di WAG-ATH, tetapi juga di “Google


Classroom” dan melalui Aplikasi Perpesanan Facebook (MG-ATH ATH yang disingkat
dengan MG-ATH). Semua peserta didik boleh memilih salah satu atau semua dari aplikasi
tersebut. Hal ini saya lakukan untuk mengantisipasi peserta didik yang tidak memiliki quota
internet, karena melalui Masenger bisa tanpa quota internet.

2. 3 hari sebelum pelaksanaan pembelajaran, saya mengirimkan ringkasan materi pelajaran


dalam format JPEG dan Pdf, untuk dipelajari oleh peserta didik. Kemudian saya
menginstruksikan untuk membuat dan mengajukan pertanyaan di dalam MG-ATH pada saat
jadwal mapel jika ada yang kurang jelas/sulit dimengerti dari materi yang saya kirim. Hal ini
saya lakukan agar peserta didik tidak jenuh dengan tugas membuat ringkasan materi.

3. Teknik lain yang saya pilih, adalah diskusi tentang materi pelajaran di dalam MG-ATH,
yang dilanjutkan dengan tanya jawab yang dituliskan di dalam MG-ATH. Yang mengajukan
pertanyaan dan yang bisa memberikan tanggapan atas pertanyaan kawan-kawannya akan
mendapatkan “point rewards”. Kegiatan diskusi dan tanya jawab tetap mengacu pada etika
kegiatan diskusi nyata/tatap muka, yaitu dengan mengangkatkan tangannya ketika mau
bertanya atau menjawab pertanyaan dengan menggunakan “icon angkat tangan”. Kegiatan
diskusi ini bertujuan untuk memberi pemahamann kepada peserta didik terhadap materi yang
mereka peroleh di hari sebelumnya

4. Membuat progress keterlaksanaan kegiatan pembelajaran daring berupa urutan nama


peserta didik yang menyelesaikan tugasnya. Kemudian mengumumkan progress tersebut ke
dalam WAG-ATH dan MG-ATH. Hal ini saya lakukan untuk memotivasi peserta didik agar
aktif di kegiatan pembelajarn daring.

4. Tindakan apa yang kemudian Anda ambil dan bagaimana hasilnya?

Setiap tatap muka pembelajaraan daring tidak selalu berjalan mulus. Selalu ditemukan
masalah-masalah dan kendala yang sama dan masalah baru, namun pembelajaran daring tetap
harus terlaksana.

Ada beberapa hal yang saya lakukan, diantaranya :

1. Membuat WAG khusus (yang sifatnya sementara) bagi peserta didik (6 orang) yang selalu
aktif dengan WAG-ATH namun tidak pernah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga
tidak pernah mengirim tugas.
Dalam WAG ini, saya menanyakan alasan mereka mengapa tidak pernah aktif dalam
pembelajaran, kemudian mencari solusi dan membuat kesepakatan. Dengan solusi dan
kesepakatan yang diperoleh akhirnya mereka aktif di pembelajaran, dan WAG khusus
dibubarkan.

2. Untuk peserta didik yang tidak pernah aktif sama sekali di WAG-ATH dan di MG-ATH (3
orang)

Saya meminta peserta didik lain yang berdekatan rumah dengan mereka untuk
menyampaikan pesan saya agar menemui saya satu persatu pada saat jadwal piket saya di
sekolah. Lalu saya meminta alasan mereka mengapa tidak pernah aktif sama sekali di
kegiatan pembelajaran daring.

3. Memberikan opsi khusus bagi peserta didik yang sama sekali tidak mampu untuk
mengikuti pembelajaran daring, seperti tidak memiliki smartphone, tidak mampu membeli
quota internet, dan jauh dari jangkauan internet.

Opsi tersebut berupa : pemberian “tugas langsung”; atau “meminjam smartphone”


kawannya/orang lain.

Setelah mengalami banyak masalah dan kendala, kemudian menerapkan berbagai solusi dan
tindakan, akhirnya kegiatan pembelajaran daring berjalan lebih lancar dari biasanya, dan
sedikit lebih menarik dari awal-awal pertemuan.

Dari progress keterlaksanaan juga terlihat pada setiap pertemuan terjadi kemajuan
penambahan jumlah peserta didik yang mengirimkan tugasnya, dan yang aktif dalam diskusi.

IV. Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru. Ceritakan
pengalaman Anda saat mendapatkan masukan atau umpan balik terkait kemampuan
Anda.

1. Kapan waktu kejadiannya? Masukan atau umpan balik apa yang secara spesifik Anda
dapatkan? Apa yang Anda rasakan saat menerima masukan atau umpan balik tersebut?

Pada bulan April 2018 oleh kepala sekolah saya diusulkan (lebih pas diperintahkan) sebagai
utusan peserta Calon Guru Berprestasi dan Berdedikasi tahun 2018 tingkat Provinsi Jambi.
Menurut Kepala Sekolah saya memenuhi kriteria untuk diusulkan sebagai calon guru
berprestasi serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Awalnya saya menolak tantangan
tersebut, karena berbagai alasan. Bertepatan pada saat itu saya sedang membantu 2 orang
teman untuk mempersiapkan bahan usulan fungsional pertama kali sebagai guru, dan
waktunya juga mepet. Selain itu saya juga punya balita 2 tahun yang sedang aktif dan perlu
perhatian ekstra. Saya menyampaikan alasan-alasan tersebut kepada kepala sekolah. Namun
kepala sekolah meyakinkan saya bahwa saya mampu mempersiapkan semuanya dan mampu
mengatasai kendala-kendala yang ada. Karena keyakinan dan motivasi dari kepala sekolah,
akhirnya saya menerima tantangan tersebut.

Berdasarkan surat edaran dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, proses seleksi akan
dilaksanakan bulan Mei 2018. Itu artinya saya punya waktu sekitar 1 bulan untuk
mempersiapkan segala dokumen yang mendukung kegiatan tersebut. Dengan
bismillahhirrohmanirrohim, saya memulai dengan mempelajari Petunjuk Teknis Seleksi Guru
Berprestasi dan Berdedikasi tahun 2018. Satu persatu dokumen kelengkapan portofolio saya
kumpulkan. Namun karena banyaknya unsur penilaian dan itu harus saya siapkan, seperti
video kegiatan pembelajaran, Karya Tulis berupa Penelitian Tindakan Kelas, dan unsur-unsur
lainnya yang saya belum punya sama sekali, saya merasa waktu sebulan tidak memungkinkan
saya menyelesaikan itu semua ditambah dengan kondisi saya yang sedang membantu 2 orang
teman mempersiapkan bahan usulan jabatan fungsional guru.

2. Bagaimana cara Anda menyikapi masukan dan umpan balik tersebut untuk
pengembangan diri Anda?

Saya mencoba memperhitungkan kemungkinan saya mampu menyelesaikan semua dokumen


keperluan seleksi, sekaligus saya mampu membantu teman saya, serta anak balita saya tetap
mendapatkan perhatian ekstra dari saya. saya menyimpulkan bahwa saya merasa tak akan
sanggup melewati dan menyelesaikan semua dalam waktu sekitar 1 bulan.

Dengan sangat terpaksa dan berharap pengertian dari kepala sekolah, saya menyatakan tidak
siap untuk ikut mengikuti seleksi calon guru berprestasi dan berdedikasi tahun 2018. Saya
melihat kekecewaan di wajah kepala sekolah. Namun pada saat itu, saya berjanji dan
meyakinkan kepada kepala sekolah bahwa tahun depan (2019) saya siap untuk ikut seleksi.
Pernyataan saya tersebut ternyata tidak mampu mengobati kekecewaan kepala sekolah.
Dalam hati saya berjanji dan bertekad bahwa tahun depan saya harus mampu mengobati
kekecewaannya. Kembali saya focus menyelesaikan bahan-bahan kelengkapan usulan jabatan
fungsional guru pertama kali untuk 2 orang teman saya.

Sesuai dengan janji dan tekad saya semula, saya mulai mengumpulkan semua dokumen yang
sekira diperlukan untuk seleksi guru berprestasi. Berbekal Petunjuk Teknis tahun 2018, satu
persatu unsur penilaian saya persiapkan. Saya mulai melakukan Best Practice dan Penelitian
Tindakan Kelas, kemudian menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Selain itu saya
juga mempersiapkan scenario untuk video kegiatan pembelajaran. Bukti fisik untuk dokumen
portofolio pun sudah terkumpul.
3. Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri Anda,
Hal berbeda apa yang Anda lakukan untuk mendukung proses pengembangan diri Anda?
Adakah cara-cara di luar kebiasaan yang Anda lakukan dimana hal tersebut membuat Anda
kurang nyaman namun mendukung proses pembelajaran Anda?

Ada banyak pembelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama persiapan tersebut.
Saya menjadi tertantang untuk melakukan penelitian ilmiah yang sebenarnya agak susah bagi
saya, walaupun sebelumnya sudah pernah saya lakukan. Saya yang tidak pernah membuat
video pembelajaran, menjadi mengerti bagaimana proses pembuatan video documenter yang
sebenarnya. Akhirnya persiapan bisa dikatakan rampung 50%, tinggal menyesuaikan dengan
Petunjuk Juknis 2019.

Awal tahun 2019, Petunjuk Juknis (Juknis) Seleksi Guru Berprestasi dan Berdedikasi tahun
2019 rilis. Saya pelajari Juknis tersebut, ternyata ada perbedaan dengan juknis tahun 2018,
namun tidak terlalu banyak. Best Practice yang sudah saya tulis, tidak bisa dipakai untuk
seleksi karena temanya berbeda dengan yang diminta antara tahun 2018 dan 2019. Tidak ada
kekecewaan dalam diri saya, saya tetap merasa puas karena telah mampu melakukan hal baru
bagi siswa saya. Kemudian saya membuat best practice lagi yang sesuai dengan tema yang
diminta didalam juknis 2019.

Bulan Mei 2019, kepala sekolah menyampaikan kepada saya bahwa ada Surat Edaran dari
Dinas Pendidikan Provinsi tentang seleksi Calon Guru Berprestasi dan Berdedikasi tahun
2019. Kepala sekolah menagih janji saya. Dengan penuh percaya diri, saya menyatakan siap
untuk ikut berkompetisi. Dan tak lupa kepala sekolah menyemangati saya dengan
mengatakan bahwa saya akan menjadi pemenang. Tentu saja statemennya ini menjadi
tantangan besar bagi saya. Saya harus mewujudkan harapannya.

Saya terus bekerja keras mempersiapkan segala kebutuhan lomba/seleksi. Dibantu oleh teman
sejawat, serta dukungan dan bantuan keluarga, akhirnya semuanya menjadi rampung sebelum
hari “H”.

Kegiatan seleksi dilaksanakan 28 Juni sampai dengan 1 Juli 2019. Dengan penuh percaya
diri, saya berangkat dengan membawa segala dokumen yang diminta sesuai juknis 2019,
tanpa pernah bertanya dan berkoordinasi dengan orang-orang yang pernah ikut seleksi
sebelumhya. Saya merasa inilah kesalahan terbesar saya, terlalu percaya diri, sehingga lupa
bahwa saya sebenarnya butuh informasi dari orang yang bepengalaman sebelum saya.

Sesampainya di hotel tempat pelaksanaan kegiatan seleksi, saya melihat semua peserta
membawa bekal lomba yang tidak sedikit. Mereka membawa banyak dokumen yang mereka
masukkan ke dalam sebuah box besar (container plastic) yang berukuran sekitar 80cm x
50cm x 50cm. Sementara dokumen yang saya miliki hanya saya masukkan dalam sebuah tas
jinjing (tote bag). Seketika nyali saya merasa ciut, kepercayaan diri saya hilang, dalam hati
saya berkata saya tidak mungkin menang. Saya kembali ke kamar hotel. Dalam kamar hotel,
saya merenung menyadari kesalahan saya yang terlalu percaya diri. Saya pelajari kembali
juknis 2019, saya baca dengan teliti, saya cek kembali kelengkapan dokumen saya. Saya
merasa dokumen saya telah sesuai dengan juknis.

Waktu seleksi dimulai. Proses seleksi diawali dengan seleksi administrasi dan kelengkapan-
kelengkapan dokumen. Sampai pada giliran saya, satu persatu dokumen saya dicek sampai
selesai. Alhamdulillah, semua persyaratan dan dokumen saya terpenuhi dan saya dinyatakan
bisa melanjutkan ke seleksi berikutnya. Kepercayaan dalam diri saya kembali pulih.

Selama proses seleksi, banyak pengalaman dan pelajaran yang saya peroleh. Dan tentunya
banyak tantangan yang harus saya lalui yang membuat kepercayaan diri saya hilang timbul.
Saya melihat peserta seleksi adalah orang-orang hebat, guru-guru yang pengalamannya
belum mampu saya tandingi. Saya mendengar cerita-cerita mereka, pengalaman-pengalaman
mereka yang telah mengikuti berbagai event baik lokal maupun nasional, sedangkan saya
belum punya pengalaman seperti mereka. Tidak ada yang bisa saya ceritakan tentang
pengalaman saya pada mereka. Lagi-lagi nyali saya kembali ciut, namun saya kuatkan hati
saya, saya akan terus berjuang.

Tahap demi tahap seleksi sudahpun terlewati, dukungan keluarga dari jarak jauh terus
memotivasi. Walaupun proses seleksi ini berat bagi saya tapi saya mampu melewatinya.
Akhir dari seleksi, kepercayaan dalam diri saya mulai bangkit lagi, saya merasa bisa masuk
ke dalam nominasi. Namun pada saat itu (30 Juni 2019), saya dihadapkan pada sebuah
dilema. Besoknya tanggal 1 Juli adalah hari pengumuman hasil seleksi (pemenang), dan
bertepatan dengan hari di mana saya harus mendampingi suami saya pada upacara kenaikan
pangkatnya, dan juga anak kedua saya melaksanakan wisuda Tahfiz Alquran. 3 event yang
harus saya hadiri di hari yang sama. Suami saya memberi kekuatan dan menyarankan saya
agar tetap menyelesaikan tahap seleksi sampai pada pengumuman. Akhirnya sesuai saran
suami, saya memutuskan tetap berada di Jambi utnuk mengikuti pengumuman, dan tidak ikut
menghadiri wisuda tahfiz anak saya, dan juga tidak ikut menghadiri upacara kenaikan
pangkat suami saya.
1 Juli 2019, semua peserta berkumpul di ruang aula hotel. Menit demi menit menunggu
keputusan dan pengumuman. Semua peserta bersuka ria di dalam aula sambil berkaraoke,
bercengkrama, dan segala macam aktifitas di dalamnya sambil menunggu keputusan dewan
juri. Setelah cukup lama menunggu, pengumumanpun di mulai. Dan ternyata, keyakinan saya
terbukti, nama saya disebutkan oleh panitia sebagai Juara Ke-2 Guru SMK Berprestasi dan
Berdedikasi tahun 2019 tingkat Provinsi Jambi. Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke
hadirat Allah SWT, atas karunianya.

4. Bagaimana aplikasi hasil proses

Saya kembali ke sekolah, ucapan selamat saya terima dari kawan-kawan dan juga dari kepala
sekolah. Dan kembali kepala sekolah menyampaikan kekayikannnya bahwa saya memiliki
kemampun berkompetisi. Kepala sekolah kembali menyemangati saya, bahwa saya berada
pada posisi kedua (juara 2) karena yang juara 1 pendidikannya sudah tingkat magister (S2)
sedangkan saya hanya sarjana (S1). Walaupun bagi saya kata-kata kepala sekolah tersebut
tidak sepenuhnya benar, namun saya tetap berterimakasih atas usahanya memotivasi saya.

Ada beberapa teman sejawat yang bertanya tentang pengalaman saya mengikuti seleksi guru
berprestasi dan berdedikasi. Saya tak segan bercerita mulai dari persiapan sampai saya
dinyatakan sebagai pemenang kedua. Tak lupa saya ceritakan pembelajaran dan pengalaman-
pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses tersebut. Namun sayang sekali tak
satupun dari mereka yang tertarik untuk mengikuti jejak saya. Mereka merasa pesimis, dan
meyakini diri tak mampu untuk ikut seleksi guru berprestasi dan berdedikasi.

Setelah mengalami banyak pembelajaran dan pengalaman baru selama proses seleksi guru
berprestasi dan berdedikasi, membuat saya bertekad untuk tidak pernah berhenti belajar dan
berkarya. Pengalaman yang saya dapatkan saya terapkan di kegiatan saya mengajar, dan tak
berhenti saya memotivasi siswa saya untuk terus belajar dan berkarya dan menumbuhkan
jiwa kompetisi dalam diri mereka. Kepada teman-teman sejawatpun terutama pada guru
junior selalu saya beri motivasi untuk terus belajar dan berkarya, karena suatu saat pasti
berguna.

V. Ceritakan pengalaman Anda melakukan pengembangan terhadap orang lain


(contohnya dengan guru, rekan sejawat lainnya, komunitas, tokoh masyarakat,
maupun lainnya), misalnya dalam kegiatan perlombaan, riset ilmiah, mempersiapkan
orang lain pada tugas dan tanggung jawab baru, atau lainnya.
1. Kapan waktu kejadiannya? Siapa yang Anda kembangkan? Apa yang memotivasi Anda
melakukan pengembangan tersebut?

Pada bulan Oktober tahun 2018 saya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Instruktur
Nasional untuk kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (PKB Guru ATPH) tahun 2018 di P4TK
Pertanian (Vedca) Cianjur. Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan selama 16 hari kerja,
dilanjutkan dengan Uji Kompetensi selama 3 hari kerja. Pendidikan dan Pelatihan tersebut
dilaksanakan dalam rangka membekali calon-calon Instruktur Nasional dalam memfasilitasi
pelaksanaan PKB Guru ATPH di masing-masing provinsi. Saya diikutsertakan dalam diklat
tersebut berdasarkan hasil seleksi secara nasional calon Instruktur Nasional untuk kegiatan
PKB Guru Produktif ATPH Provinsi Jambi. Diklat selesai dilaksanakan pada tanggal 17
Oktober 2018, dan saya dinyatakan Kompeten sebagai Instruktur Nasional PKB Guru ATPH.

Kegiatan diklat PKB Guru ATPH Provinsi Jambi diselenggarakan oleh P4TK Pertanian
(Vedca) Cianjur pada tanggal 1 sampai dengan 16 November tahun 2018, dengan sasaran
adalah guru-guru produktif ATPH di SMK Provinsi Jambi, yang bertempat di sekolah saya
yaitu SMK-SPP Negeri 3 Kerinci (Tempat Uji Kompetensi/TUK). Guru sasaran berjumlah 18
orang dari 8 Kabupaten (8 SMK) dalam Provinsi Jambi. Peran saya dalam kegiatan PKB
Guru ATPH Provinsi Jambi tersebut adalah sebagai Instruktur yang akan memfasilitasi
kegiatan PKB. Kegiatan diklat PKB juga didampingi oleh seorang Widyaiswara dan 1 orang
assessor dari P4TK Pertanian (Vedca) Cianjur.

2. Hal apa yang menjadi fokus pengembangan? Ceritakan pula cara Anda membangun
kesepakatan guna mencapai hasil pengembangan yang diharapkan.

Kegiatan diklat PKB Guru ATPH bertujuan untuk memfasilitasi guru dalam rangka
meningkatkan satndar kompetensinya meliputi: standar kompetensi pedagogic, kepribadian,
social, dan kompetensi professional guru SMK paket keahlian Agribisnis Tanaman Pangan
dan Hortikultura secara bertahap dan berkelanjutan. Melalui kegiatan PKB diharapkan
terjadinya peningkatan performa guru dalam melaksanakan tugasnya. Namun yang menjadi
focus utama kegiatan PKB adalah pada keberhasilan peserta didik. Proses PKB harus
dimulai dari guru sendiri hingga mencapai perubahan pada dirinya yang tentunya nanti akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanannya kepada peserta didik.
Pembiayaan selama kegiatan bersumber dari dana APBN tahun 2018. Diklat PKB tahap I
dilaksanakan untuk 2 klaster kompetensi profesional, sampai semua peserta dinyatakan
“kompeten” pada 2 klaster tersebut.

Kepada peserta diminta komitmennya untuk serius mengikuti kegiatan diklat sampai
berakhirnya assasment (penilaian/Uji Kompetensi Keahlian). Karena proses penilaian
sifatnya menyeluruh, yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian
keterampilan. Untuk penilaian sikap, kepada peserta dijelaskan bahwa pembentukan sikap
guru (disiplin, tanggung jawab, teliti, kerjasama, dll) akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap peserta didik. Karena itu sikap guru lah yang pertama kali dinilai. Untuk
penilaian pengetahuan, peserta terlebih dahulu dibekali dengan kegiatan pembelajaran di
kelas dengan cara mempelajari modul pembelajaran yang difasilitasi oleh instruktur dan
widyaiswara. Sedangkan penilaian keterampilan dibekali dengan kegiatan praktik dan unjuk
kerja sesuai dengan klaster kompetensi.

3. Dukungan apa saja yang Anda berikan bagi orang tersebut? Hambatan apa yang Anda
temui dan bagaimana cara Anda mengatasinya? Upaya-upaya apa saja yang Anda lakukan
untuk mempertahankan motivasi orang tersebut?

Di awal kegiatan diklat PKB, saya menyampaikan kepada peserta bahwa peserta akan
mendapatkan 3 jenis sertifikat jika mengikuti sampai akhir. Pertama adalah sertifikat telah
mengikuti diklat PKB yang dikeluarkan oleh P4TK (Vedca) Pertanian Cianjur, dan 2
sertifikat lainnya adalah Sertifikat Kompetensi masing-masing klaster yang dikeluarkan oleh
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Jika tiada halangan, sesuai dengan perencanaan
P4TK Pertanian Cianjur kegiatan diklat PKB akan terus berlanjut hingga peserta
mendapatkan 5 sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh BNSP, maka secara otomatis
peserta akan mendapatkan 1 sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh BNSP yang berlogo
Burung Garuda.

Selama kegiatan diklat PKB, peserta dan instruktur dan juga widyaiswara, tidak saja focus
pada materi untuk pencapaian kompetensi, tetapi lebih banyak berbagi (sharing) pengalaman
dan permasalahan dalam menghadapi berbagai karakter peserta didik di sekolah masing-
masing. Bahkan ada yang berbagi pengalaman dan permasalahan dalam berinteraksi dan
bekerjasama dengan teman sejawat, atasan, dan dengan tenaga kependidikan di sekolahnya.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka bersama-sama antara instruktur,
widyaiswara dan peserta berdiskusi dan saling bertukar pendapat, sehingga menemukan
pengalaman unik masing-masing yang bisa diadopsi untuk dibawa ke sekolah masing-masing
pula. Dengan berbekal teori ilmu pedagogic dan pengalaman, saya sebagai instruktur bersama
dengan iswara juga memfasilitasi peserta dengan menghubungkan pengalaman dan teori
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi peserta di sekolahnya. Kegiatan diklat PKB
berjalan lebih seru dan tidak monoton.

Selama kegiatan diklat PKB tentu saja ada kendala yang dihadapi. Yang paling dirasakan
oleh saya adalah pada saat menghadapi satu orang peserta (peserta pengganti) yang ternyata
berlatar belakang ilmu Ekonomi, bukan Pertanian (ATPH). Saya dan widyaiswara sedikit
kewalahan, ketika peserta tersebut sama sekali tidak mengerti apa yang kita bahas, dan juga
tidak mengerti tentang materi yang disampaikan, karena memang bukan bidang keilmuannya.
Selain itu, yang bersangkutan juga memiliki karakter yang tertutup dan pendiam, sehingga
sulit menemukan keunikannya. Untuk mengupayakan agar yang bersangkutan tetap bertahan
dan memegang komitmennya untuk menyelesaikan diklat sampai akhir, maka saya dan
widyaiswara lebih banyak memberikan perhatian khusus kepadanya, agar dia benar-benar
memahami apa yang sedang kita bahas dan pelajari. Alhamdulillah yang bersangkutan
mampu beradaptasi dan berbaur dengan peserta lainnya, sehingga mampu menyelesaikan
semua rangkaian kegiatan diklat dengan predikat Kompeten.

4. Bagaimana hasilnya

Pada 16 November 2018, kegiatan diklat PKB guru ATPH provinsi Jambi berakhir. Semua
peserta bersuka ria karena mereka semua dinyatakan Kompeten oleh assessor. Namun mereka
juga bersedih karena kegiatan diklat yang cukup seru dan memberikan banyak manfaat harus
berakhir.

Kegiatan diklat PKB yang dilaksanakan di sekolah saya ini (SMK-SPP Negeri 3 Kerinci),
ternyata berdampak positif bagi peserta didik dan guru di sekolah saya. Beberapa peserta
didik berkata kepada saya, mereka ingin belajar seperti cara belajar guru-guru tersebut
(peserta diklat PKB beserta instruktur dan widyaiswara). Mereka melihat ada keasyikan
tersendiri jika belajarnya seperti metode belajarnya guru-guru peserta PKB. Sedangkan bagi
guru di sekolah saya, ada yang merasa kecewa tidak bisa ikut serta dalam diklat dan berharap
suatu saat bisa menjadi peserta dalam diklat PKB.

Anda mungkin juga menyukai