Anda di halaman 1dari 22

KIAT – KIAT MENGHADAPI TANTANGAN 

Bagaimana kami menghadapi anak didik kami di era digital ini ? Menurut saya ada 4 hal yang harus
diperhatikan :
1. REVOLUSI PEMBELAJARAN
Diperlukan revolusi pembelajaran untuk menghadapi anak didik di era digital ini. Guru harus mengubah
cara dan gaya mengajarnya. Para Guru harus mulai melek IT dan memakai sarana pendukung digital
untuk membantu pengajaran. Banyak sarana digital yang dapat dipakai dikelas misalnya penggunaaan
multi media seperti e book. Guru juga bisa memakai berbagai macam media sosial yang sangat dekat
dengan siswa seperti  facebook, twitter, instagram, you tube, blog  dan lain sebagainya.
Penggunaan media sosial yang sangat digandrungi anak didik, tentu akan akan sangat menarik minat
mereka. Misalnya Guru bisa memberi pertanyaan lewat twitter, lalu siswa menjawab
dengan mereply  pertanyaan tersebut. Atau guru juga bisa memberikan rangkuman materi melalui
ringkasan tweet dan para siswa bisa meretweet sebanyak-banyaknya untuk membaca ulang materi
tersebut.
Untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan menulis, guru juga bisa menggunakan sarana blog yang
sedang marak di jagad internet. Para peserta didik juga bisa sekaligus diminta untuk membuat video
blogging sehingga mereka akan terpacu untuk kreatif .
Masih banyak sarana berbasis digital yang bisa kita pakai di kelas untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa.
 
2. MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU.
Guru harus meningkatkan pengetahuannya di bidang teknologi dan informasi. Untuk mengikuti
perkembangan era digital salah satu caranya bisa dimulai dengan membuat portal belajar dalam website.
Sehingga para siswa bahkan orangtua bisa senantiasa update pelajaran melalui website tersebut.
Selain itu masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru, salah satunya
yaitu dengan terus menambah spesialisasi diri setiap tahunnya. Setiap tahun guru diwajibkan belajar hal
yang baru. Misalnya, di tahun ini belum bisa menulis di blog, maka harus belajar agar bisa menjadi
penulis blog. Bisa bergabung dengan komunitas guru nge – blogatau blogger guru yang sudah banyak
beredar.
Utuk meningkatkan skill teknologi digitalnya, para guru juga bisa mengikuti pelatihan digital learning yang
banyak diadakan. Dalam pelatihan ini para guru bisa menambah wawasan teknologinya sehingga
melebihi wawasan para muridnya. Untuk memacu dan memicu kreatifitasnya para guru bisa mengikuti
berbagai lomba yang diadakan sekolah atau luar sekolah agar terus bersemangat dan terus belajar yang
hal baru.
Banyak juga para guru yang serius meningkatkan kompetensinya dengan melanjutkan study S2,
mengikuti berbagai seminar atau studi banding bahkan sampai keluar negeri. Jika guru terus belajar
menimba ilmu, maka Ia tidak akan tertinggal oleh murid – muridnya.
 
3. SARANA PENDUKUNG
Jika sekolah ingin menjadikan digital sebagai basisnya tentu saja harus menyediakan perangkat
pendukungnya. Ruang multimedia mutlak diperlukan, laboratorium komputer lengkap dan bahasa juga
harus ada sebagai sarana siswa.
Untuk meningkatkan kreatifitas dan jiwa seni anak didik, sekolah juga bisa membuat radio online. Dimana
radio tersebut bisa sebagai sarana aktualisasi diri para siswa juga bisa sebagai sarana komunikasi guru, 
sekolah, orangtua dan berbagai pihak lainnya.
Anak didik di era ini juga lekat dengan kekuatan visualnya. Mereka terbiasa berinteraksi dengan layar
komputer, internet dan you tube sehingga alat bantu visual dikelas akan memperbaiki proses belajar
sampai 400 % [3] maka dari itu diperlukan ruang film atau teater mini untuk membantu proses kegiatan
belajar mengajar.
Kesemua sarana tersebut tentu harus pula di dukung dengan fasilitas internet super cepat sehingga
memudahkan akses para guru dan siswa dalam menggunakannya. Sekolah bisa melibatkan pihak
sponsor untuk menekan biaya pemasangannya.
 
4. KOLABORASI
Yang terakhir tentu saja kita membutuhkan kolaborasi dari semua pihak untuk menghadapi tantangan di
era digital ini. Sekolah dan Guru tidak bisa bekerja “sendirian” untuk mendidik generasi bangsa yang
berkarakter. Kami butuh bantuan dari semua pihak. Orang tua sebagai  pihak paling penting dan sentral
utama pendidikan adalah partner  kami dalam dunia pendidikan.
Apalagi di era serba digital ini, controlling dari orang tua dalam penggunaan gadget sehat mutlak
diperlukan karena orang tualah yang bersama anak- anak selama 24 jam. Belum lagi  penanggulangan
bahaya – bahaya yang mulai muncul di era digital ini seperti maraknya game online, cyber
crime dan pornografi.
Sekolah juga bisa mengundang beberapa pakar IT atau Yayasan terkait dibidangnya sebagai sarana
pemantau perkembangan penanggulangan bahaya yang bisa senantiasa mengintai anak didik kita.
Seperti mengundang Yayasan Kita dan Buah Hati yang sangat concern dengan bahaya pornografi pada
anak. Sehingga kami para guru dan orang tua dapat mengerti cara pencegahan bahaya pornografi lewat
internet.
Kami sangat membutuhkan sinergisitas dari seluruh lingkungan sekolah terkait. Mengembalikan anak –
anak untuk dekat dengan masjid merupakan salah satu contoh bersinerginya peran lingkungan sekolah
untuk mewujudkan generasi unggulan berakhlak mulia di era digital ini.

Perubahan yang terjadi pada peserta didik meliputi cara berfikir (the ways of thinking), cara
belajar (the ways of learning) dan cara bersikap (the ways of behave). Sejak terjadi pergeseran
paradigm dalam dunia pendidikan dari yang semula berorientasi pada guru  menjadi
berorientasi pada siswa.

Makalah Pembelajaran Terpadu Tantangan Guru di Era


Global
4/20/2014

0 Comments
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan
kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil
di lapangan masih jauh dari yang diharapkan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas
guru. Persoalan ini masih ditambah dengan adanya berbagai tantangan ke depan yang masih
kompleks di era global. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai
wawasan dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam
meningkatkan profesionalisme guru.

Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan
tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan semangat
keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia. Namun demikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak
tantangan yang dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional di masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.Tugas yang sangat mulia
yang diemban oleh seorang guru agar dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan mengharuskan
seorang guru mengembangkan pengalaman dan pengetahuan di era globalisasi seperti sekarang ini,
demi meningkatnya kualitas ilmu pengetahuan yang diterima oleh peserta didik.Guru dituntut untuk
selalu mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi teknologi.
Karena hal tersebut sangat berpengaruh bagi anak didik kita. Guru harus mampu menghadapi
tantangan yang beranekaragam. Tantangan demi tantangan harus dihadapi dengan berbagai teknik
atau cara tersendiri, sesuai dengan model tantangannya seperti apa. 

Di zaman yang sudah berkembang seperti sekarang ini, guru harus mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya.Diantara tantangan-tantangan bagi guru yang akan menjadi sebuah fenomenal dan
akan muncul di era mendatang. Beberapa hal yang harus dipersiapkan agar guru siap dan mampu
menghadapinya dengan baik dan benar menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian Globalisasi?.


2.      Bagaimana Gambaran guru di era global?.
3.      Apa tantangan yang harus dihadapi oleh para guru di era global?.
4.      Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan dalam menghadapi tantangan guru di era
global?.

C.     Prosedur Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam makalah ini menggunakan prosedur atau metode mengumpulkan data
tertulis dari sumber-sumber buku dan website sebagai sumber data dan informasi.

D.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian Globalisasi.


2.      Menjelaskan gambaran guru di era global.
3.      Menjelaskan tantangan yang harus dihadapi oleh para guru di era global.
4.      Menjelaskan upaya untuk mengatasi hambatan dalam menghadapi tantangan guru di era
global.

E.     Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan menambah wawasan dan pengetahuan
mengenaiberbagai tantangan dan upaya yang dilakukan oleh guru dalam  menghadapi hambatan 
tersebut di era global. 
F.     Sistematika Penulisan

Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, tujuan penulisan,
manfaat, dan sistematika penulisan. Kedua, isi atau kajian teori (pembahasan). Ketiga, penutup
yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Globalisasi

  Kata "globalisasi" berasal dari kata “global”. Secara harfiah, kata “global” berarti sedunia atau
sejagat, menyeluruh (mujmal), universal. Kata tersebut selanjutnya menjadi istilah yang merujuk
kepada suatu kedaan di mana suatu negara dengan negara lain sudah menyatu. Batas-batas
teritorial, kultural, dan sebagainya sudah bukan merupakan hambatan lagi untuk melakukan
penyatuan tersebut. Dengan demikian secara harfiah, globalisasi berarti menyatunya berbagai
negara yang ada di globe ini menjadi satu entitas. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah. Menurut Azyumardi Azra & Jamhari, globalisasi adalah "perubahan-perubahan struktural
dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang mempengaruhi fundamen-fundamen dasar
pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-organisasi sosial, dan pandangan-pandangan
dunia".7
Situasi ini tercipta berkat adanya dukungan teknologi canggih di bidang komunikasi seperti radio,
televisi, telepon, faxsimile, internet, dan sebagainya. Melalui berbagai peralatan tersebut berbagai
peristiwa atau kejadian yang terjadi di belahan dunia yang lain dapat dengan mudah diketahui
bahkan diakses secara cepat. Semakin banyak manusia menggunakan peralatan tersebut semakin
banyak informasi yang dapat diketahui. Term Globalisasi dipergunakan pertama kali oleh Theodore
Levitte pada tahun 1985. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada
yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa,
sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang
ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang
kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Sebagai sebuah konsep globalisasi yang pada awalnya lahir dan bermula dari bidang ekonomi dan
teknologi, dalam perkembangannya kemudian merasuk hampir keseluruh sendi-sendi kehidupan,
mulai dari politik, sosial, budaya, gaya hidup dan lain sebaginya. Sebagai bagian dari masyarakat
dunia, sebagai individu maupun bangsa, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan berbagai
pengaruh positif maupun negatif yang dibawa oleh globalisasi yang nota bene berasal dari Barat.
Berimbas pada semakin kuatnya penetrasi budaya dan nilai-nilai Barat ke seluruh sendi kehidupan
masyarakat di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali bidang pendidikan di Indonesia. 

Paradigma baru tersebut kemudian dirumuskan dalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam arah
baru pengembangan pendidikan nasional, secara garis besar mencakup hal-hal sebagai berikut: 

a. Kesetaraan perlakuan sektor pendidikan dengan sektor lainnya,


b. Pendidikan berorientasi rekonstruksi sosial,
c. Pendidikan dalam rangka pem-berdayaan bangsa,
d. Pemberdayaan infrastruktur sosial untuk kemajuan pendidikan nasional,
e. Pembentukan kemandirian dan keberdayaan untuk mencapai keunggulan,
f.  Penciptaan iklim yang kondusif untuk tumbuhnya toleransi dan konsensus dalam kemajemukan,
g. Perencanaan terpadu secara horizontal (antar sektor) dan vertikal (antar jenjang),
h. Pendidikan berorientasi peserta didik,
i.  Pendidikan multikultural,
j. Pendidikan dengan perspektif global.

B.     Gambaran Guru di Era Global

Untuk memberikan gambaran tentang tantangan guru yang prfeesional di masa depan, perlu
melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan peran pendidikan. Menurut
Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu: (1) masyarakat
teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani.

a.      Masyarakat Teknologi

Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek teknologi dan
menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara berfikir dan bertindak
bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama sekali berlainan dengan kehidupan
sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan
cepat, sehingga seolah-olah dunia menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa,
negara-negara, bahkan pribadi-pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia,
tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam mengiringi kemajuan
teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping penguasaan teknologi itu sendiri.

Dalam maysarakat seperti itu, peran pendidikan dan guru sangat penting dan strategis, terutama
dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat dan peserta
didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi. Selain itu,
tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar
penguasaana teknologi tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya
penghayatan terhadap etika. Pendidikan dan guru dapat menumbuhkan pemahaman etika yang
benar, agar kehidupan manusia tidak terancam oleh karena kemajuan teknologi itu sendiri.
Manakala pendidikan mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk menguasai teknologi,
maka tentu tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri untuk lebih dulu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi terkini
kepada peserta didiknya.

Penguasaan terhadap IPTEK memang harus diiringi dengan pemahaman etika yang benar agar
moral bangsa kita tetap terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi lagi perlanggaran2 etika yang
terkait dengan teknologi. 

Karena IPTEK adalah sesuatu yang sangat cepat dalam perkembangannya, banyak perubahan-
perubahan yang muncul ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berada di tengah-tengah
masyarakat seperti sekarang ini. Banyak orang-orang yang semakin pintar membuat sesuatu yang
baru sehingga dapat mengalahkan apa-apa yang muncul pada sebelum-sebelumnya.

b.      Masyarakat Terbuka

Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah tanpa
sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa hambatan, yang
pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat terbuka, antara bangsa satu
dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi
budaya bangsa lain. Hal itu mengancam kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya
kemungkinan penguasaan atau dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang
memilikimodal terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin. Untuk itu, dalam
masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan kapasitasnya agar menjadi
manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan berprestasi, sehingga tidak menjadi
korban dan tertindas oleh zaman yang penuh dengan persaingan.

Setiap manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan mengembangkan diri
atau bahkan melalui kapasitasnya memberikan sumbangan kepada masyarakat lainnya, baik
masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi sebaliknya, bila kapasitas sumber daya manusia
itu tidak dikembangkan, maka akan menjadi manusia dan masyarakat yang lemah dan tidak
berdaya, yang pada akhirnya akan menjadi boneka atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih
kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah penting untuk
meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa, agar tidak menjadi bangsa
pelayan yang dapat diperintah bangsa lain. Sangat ironis bila bangsa kita yang besar ini tidak
mampu bersaing dengan bangsa2 lain, yang hanya mengandalkan kuantitas tanpa kualitas, yang
mngandalkan banyak sikil ketimbang skill ..tentu sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mengirimkan
tenaga2 ahli/profesional ke luar negeri dan bukan mengirimkan PRT/tenaga kasar/buruh ke luar
negeri yang hanya bisa menjadi budak bagi bangsa2 lain.

c.       Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan sesuatu sesuai dengankapasitasnya.
Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam suatu masyarakat yang saling hormat-
menghormati, bukan atas dasar asal-usul atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan
individual, memiliki toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun
masyrakatnya, serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama. 

Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang
mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan masyarakat yang
turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis
yang diyakini kebenarannya.

Masyarakat madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya
terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci terwujudnya masyarakat
madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas
dengna kepribadian yang sesuai dengan budaya serta kesadaran individu hidup berdampingna untuk
mencapai tujuan bersama.

Globalisasi dinilai berpengaruh terhadap hamper semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk
aspek budaya.  Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke
seluruh dunia, sehingga menjadi budaya dunia (world culture), telah terlihat sejak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke
berbagai tempat di dunia ini.  Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi
pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Setidaknya semenjak
awal tahun 2003 teknologi dan informasi (IT) sebagai ikon globalisasi berkembang sangat pesat
(tidak ketinggalan) di Indonesia hingga membuat pemerintah jadi kerepotan dan mengambil sikap
reaktif mengubah kurikulum pendidikan untuk disesuaikan dengan tuntutan globalisasi. 

Secara garis besar globalisasi berimplikasi pada profesionalitas guru yaitu Guru dalam Perspektif
Globalisasi. Guru di era global adalah guru dengan profesionalitas tinggi mempunyai tugas yang
tidak akan semakin ringan, maka harus berkualitas. Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini
pernah menyatakan dalam makalahnya,9 bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki
kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu
bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan karya-
karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian dan profesionalitasnya.
Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang
lain. Dalam kehidupan bermasyarakat di era ini guru di satu sisi diharapkan lebih bermoral dan
berakhlak daripada masyarakat umum, tetapi di sisi lain muncul problem baru sebagai tantangan
manakala guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan
informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, Koran, dan internet, karena guru memiliki gaji dan
tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi
mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan glibal, sehingga sangat
sulit dibayangkan guru dapat tampil lebih professional dan memiliki tanggungjawab moral profesi
sebagai konsekuensi etisnya di era global ini. Pemerintah pun berupaya mengatasi problem tersebut
dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dengan mengadakan sertifikasi guru. Perhatian
pemerintah tersebut diharapkan dapat memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan
khsusunya guru, diimplementasikannya dengan sertifikasai guru dan meningkatkan kesejahteraanya.
Dengan demikian, kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk
menyelamatkan profesinya, lebih-lebih di era global seperti sekarang.

C. Tantangan yang harus Dihadapi oleh Para Guru di Era Global

1.      Tantangan Bagi Seorang Guru

Dalam pendahuluan adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya masalah internal guru. Selain
dihadapkan pada persoalan internal, guru juga mempunyai tantangan eksternal yang harus
dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi, Ph.d. dalam bukunya Menuju Masyarakat Belajar, guru
mempunyai dua persoalan eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang
kedua, tantangan masyarakat global.Persoalan etika dan moral anak bangsa, sesungguhnya bukan
hanya permasalah guru. Namun, jika yang dibidiknya adalah moral pelajar, maka tidak ada alasan
guru tidak dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus “membina”
para murid dari segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi,
seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia ajarkan dipraktekan oleh para muridnya dalam
kehidupan.Disamping itu, yang terpenting seorang guru harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku
para siswa agar lebih baik dan mampu menciptakan pelajar yang etis-moralis. Guru adalah orang
yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar juga kemorosotannya. Dengan demikian,
tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling urgen adalah
pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi para guru,
keterbatasan kontroling guru pada murid kerap membuatnya kecolongan. Sehingga tidak sedikit
murid didikannya yang trebawa arus perilaku amoral diluar pengetahuannya.Persoalan pertama ini,
memang selalu menjadi persoalan utama yang harus diperbaiki dan diperbaikai oleh para guru.
Tantangan etika moral siswa adalah tantangan guru dari masa kemasa, mungkin karena pendidikan
dipandang sebagai proses memanusiakan manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru
harus lebih sibuk dan teliti dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral siswa kearah
perbaikan.

2.      Tantangan Bagi Guru Di Era Globalisasi

Disamping masalah besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi permasalahan lainnya yaitu
tantangan masyarakat global. Di era globalisasi, guru sangat dituntut meningkatkan
profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping profesionalitas, guru juga harus
menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan
kualitas tinggi. Dari segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap
masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup.Kendala tersebut harus
dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak heran jika pemerintah mengadakan sertifikasi guru,
agar profesionalitas guru terwujud. Perhatian pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia
pendidikan khsusunya guru, di implementasikannya dengan sertifikasai guru dan meningkatkan
kesejahteraanya dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan demikian, kulaitias mutu
pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan profesinya.Menanggapi
persoalan tersebut, dalam peningkatan kualiatas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan tiga
intelejensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan
pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal lain yang harus diperhatikan guru
adalah dimensi spiritual siswa.

Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi era globalisasi dan tidak ketinggalan zaman
apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar harus terdidik
dengan baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan murid bisa bertahan di antara tarik-ulur
pengaruh demoralisasi diera globalisasi dengan prinsip spiritualnya.Disamping itu, untuk
mempertahankan profesinya, guru juga harus memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik
dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja dan
komitmen tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian, tantangan guru di era glbalisasi tidak akan
menggusurnya pada posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas.

Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan
kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi
real di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas
guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di
era global ini. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai wawasan
dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan
profesionalisme guru.

Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan
tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan semangat
keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia. Namun emikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan
yang dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di
masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi oleh profesi
keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di mata masyarakat seperti yang
dikemukakan oleh Dedi Supriadi sebagai berikut: (1) kekurangjelasan tentang definisi profesi
keguruan (2) desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru (3) sulitnya standar mutu guru
dikendalikan dan dijaga (4) PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara
sistematis dan langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru (5) perubahan yang
terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran (role expectation) yang
seharusnya dimainkan oleh guru.

Masyarakat dunia saat ini masuk ke dalam pergaulan era globalisasi. Tidak terkecuali saya, anda,
guru, siswa, dosen, mahasiswa, pebisnis, instansi pemerintahan, pendidikan dan siapa saja. Suka
atau tidak arus globalisasi adalah arus yang irreversible (tak dapat ditolak).

Hadirnya berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak tawaran
dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja
kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar
lebih menarik, visual, dan interaktif. Bagaimana dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan?
Apakah siap menghadapi tantangan ini?Sebagian besar guru merasa ragu dan tidak akrab dengan
teknologi informasi semacam internet. Bahkan ada yang menganggap hanya mengganggu
kosentrasi belajar siswanya. Benar! Jika siswa lebih dahulu menguasai teknologi informasi
ketimbang gurunya. Dan yang dilakukan siswa di warnet biasanya aktifitas bermain game online. 

Berdasarkan paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa dan
bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada masa yang akan
datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya. Pendidikan pada dasarnya tidak
terlepas dari peran penting guru sebagai tulang punggung dan penopang utama dalam proses
penyelenggaraan pendidikan. 

Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat dibedakan
menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal adalah tantangan yang
dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia, diantaranya penguatan nilai kesatuan dan
pembinaan moral bangsa, pengembangan nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan
fenomena rendahnya mutu pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru
profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era global.

a.      Tantangan Internal

Penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa

Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai
dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu
terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat,
menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya
benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling menghormati antara
sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan
sebagai bangsa.

Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata bagi
guru adalah bagaimana seorang guru memilikikepribadian yang kuat dan matang untuk dapat
menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa
kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti bahwa seseorang
merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan
Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang
kuat dan dapat mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.

b.      Tantangan Eksternal

Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global,
yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang
untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional.

Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampung dengan ciri
perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan manusia
yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan, diperlukan mutu
individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat
dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam
bidangnya. 

Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi
adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan
dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian
para sisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa
Indonesia.

1) Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi

Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan hak
setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga kewajiban yang sama bagi
masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Dalam pengertian ini, guru sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana
membantu dan mengembangkan diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan
produktif dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti ‘bebek’ yang hanya
menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan
berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional. 

Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai
perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah memberikan
kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan proses pendidikan yang
bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk potensi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam berbagai bentuk untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan.

Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata
dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih memberdayakan sekolah
dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai prestasi sesuai kemampuannya. Guru
memiliki peran strategis dalam rangka mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu,
tantangan bagi guru dalam wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi
pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai prestasi yang
diharapkan.

2)  Fenomena Rendahnya Mutu Pendidikan


Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara menunjukkan
bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan bahkan secara nilai rata-rata
di bawah peringkat negara ASEAN lainnya. Walaupun demikian, secara individual ada beberapa
diantara peserta didik mampu menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional,
seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses
pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru.
Proses pendidikan dalam masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengan peserta
didik sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis
dan terbuka. 

Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya dan
guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata lain, guru dituntut
untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya
dan bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima
seorang yang profesional dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21
adalah bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang
mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar
kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang
berlaku dan disepakati bersama.

Di era yang sangat modern ini tentunya sangat banyak sekali tuntutan guru yang mesti dipenuhi,
semua untuk kemajuan pendidikan. Berikut adalah tuntutan dan tantangan khusus yang mesti
dilakukan dan dihadapi guru:

1. Tuntutan pada diri seorang guru adalah bagaimana setiap guru wajib memenuhi persyaratan
menjadi seorang  guru profesional. Persyaratan pertama, persyaratan akademik yaitu seorang guru
harus memiliki kualifikasi akademik  minimal strata-1 (S1)

2. Selanjutnya guru yang memenuhi persyaratan pertama tersebut mereka wajib mengikuti
sertifikasi profesi, agar memiliki ke-empat kompetensi guru.

3. Kompetensi profesional menuntut guru harus selalu meng-update pengetahuan yang dimiliki.
Ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Pada masa lalu perkembangan ilmu pengetahuan
mungkin memerlukan waktu ratusan tahun, tetapi kini orde perkembangan itu hanyalah tahunan.
Oleh karena itu guru yang tak pernah meng-update pengetahuannya tentu akan ketinggalan
informasi. Disamping pemutakiran pengetahuan, pemahaman terhadap materi bidang keahlian
menjadi sangat mutlak diperlukan. Bagaimana guru bisa percaya diri sendiri di depan kelas
manakala yang bersangkutan merasa tidak menguasai bahan yang diajarkan.

4. Pemenuhan kebutuhan pembelajaran oleh setiap siswa

5. Guru berkewajiban untuk memenuhi hak setiap siswa untuk belajar, dan juga untuk memberikan
kesempatan siswa untuk menghadapi tingkat pembelajaran yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
kecerdasan siswa.

6. Pembelajaran dipakai adalah kolaboratif

7. Pelatihan berbasis sekolah ( Lesson Study)

8. Perubahan  kearah perbaikan dalam sekolah tentu saja tergantung pada sekolah itu sendiri.
Pemenuhan ke-butuhan pembelajaran oleh setiap siswa.

9. Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dengan demikain para guru mampu menjadikan
dirinya menjadi pejabat yang paling mulia karena dalam setiap perannya senantiasa dalam ibadah
kepada Allah SWT. Guru profesioanal selalu menjadi agen- agen keteladanan dimanapun merelka
berada.  Kualitas diri ini wajib dimiliki oleh guru profesioanal sehingga indikator yang tampak adalah
bahwa seorang guru itu penampilannya meyakinkan dengan aura kewibawaan karena perilakunya
menjadi teladan bagi kehidupan di masyarakat.

10. Kompetensi sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 
Kompetensi ini harus terus dibina agar senantiasa mewarnai dakam ke-hidupannya.  Dengan
demikian seorang guru adalah selalu tanggap dengan persoalan kemasyarakatan yang muncul baik
di sekolah maupun di masyarakat

D.    Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Menghadapi Tantangan Guru di Era Global

Menghadapi tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Dalam konteks ini
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:

1. Kemampuan antisipasi

Kemampuan antisipasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik untuk
mengantisipasi dan mencegah terjadinya masalah baik dalam proses pembelajaran maupun masalah
yang mungkin timbul diluar pembelajaran. Misalnya kemampuan antisipasi dapat dilakukan dengan
cara guru mempersiapkan sarana prasarana dan segala sesuatunya agar tidak terjadi kendala dalam
proses KBM.

2. Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah

Seorang pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya untuk dapat mengenali
dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik itu yang berkaitan dengan
akademi maupun non akademi. Tidak hanya berhenti pada mengenali masalah saja, namun juga
dilakukan follow up pemilihan solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan melaksanakan solusi
tersebut sehingga masalah peserta didik dapat teratasi.
3. Kemampuan mengakomodasi

Seorang guru harus mampu mengakomodasi perbedaan yang terdapat pada peserta didiknya.
Perbedaan disini dapat berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu lain. Guru dapat
mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam kaitannya dengan pembelajaran seperti
menyediakan kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila mampu.

4. Kemampuan melakukan reorientasi

Sikap terhadap suatu hal. Guru perlu menentukan acuan-acuan apa saja yang akan dicapai Sebagai
pendidik, guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau kembali suatu wawasan dan
menetukan dan membuat peserta didiknya yakin dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut.

5. Kompetensi Generic (Generic Competences)

Kemampuan generik merupakan kemmapuan yang harus dimiliki seorang pendidik yang didalamnya
mencakup strategi kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan kemampuan kunci-kunci,
kemampuan inti (core skill), kemampuan essensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik
antara lain meliputi : keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecah masalah, inisiatif dan
usaha (initiative dan enterprise),merencanakan dan mengorganisasi, menegemen diri, keterampilan
belajar dan keterampilan teknologi (Gibb dalam Rahman, 2008).

6. Keterampilan mengatur diri (managing self skills),

Mendorong diri sendiri untuk mau mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan
kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan
pribadi agar lebih sempurna. Bagaimana seseorang guru bisa menjadi seorang guru yang
professional dan berbudi luhur kalau ia tidak dapat mendorong, mengatur, mengendalikan, dan
mengembangkan semua sumber daya pribadinya. Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi
seorang guru adalah sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan segala tugasnya dengan
baik.

7. Keterampilan berkomunikasi (communicating skills),

Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina
hubungan yang sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan perkantoran, di kebun
atau dimana saja. Sebagian besar masalah yang timbul dalam kehidupan sosial adalah masalah
komunikasi. Jika keterampilan komunikasi dimiliki maka akan sangat besar membantu
meminimalisasi potensi konflik sekaligus membuka peluang sukses

8. Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)

Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengelola peserta didiknya sekaligus
tugas keguruanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mengelola orang dengan mengenali
emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan
keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang
disebut Stephen Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum
dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
Dari segi tugas,guru berfungsi memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat,
dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta
pendidik.

9. Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and


change).

Kemampuan mobilisasi perkembangan dan perubahan yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan
kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran
agar pembelajaran bermakna dan melahirkan pendidikan yang berkualitas. Guru bertanggung jawab
untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris
masa depan dan guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada masyarakat.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semangat kompetitif juga meruapakan hal
penting bagi guru-guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat membawa atau
mengantarkan peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki
era global yang melek ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sangat kompetitif.

Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:

1.      Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni

2.      Memiliki kepribadian yang kuat dan baik

3.      Memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK

Setidaknya ada empat prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu:

1. kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum,

2. kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan

3. kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri

4. kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan konsep
yang utuh (perlu adanya pembelajaran terpadu)

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi menjelaskan   bahwa globalisasi
adalah perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang
mempengaruhi fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-
organisasi sosial, dan pandangan-pandangan dunia termasuk dari segi pendidikan. Gambaran
masyarakat di era global diantaranya terdapat tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu: (1)
masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani. Adapun tantangan yang
harus dihadappi oleh seorang guru di era globalisasi yaitu tantangan internal dan ekternal.
Tantangan internal yaitu Penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa Indonesia.
Sedangkan tantangan eksternal yaitu bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta
didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan
kompetitif. Profesionalitas, guru harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu,
kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi.Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru guna menghadapi era global yaitu: kemampuan antisipasi,kemampuan mengenali dan
mengatasi masalah, kemampuan mengakomodasi, kemampuan melakukan reorientasi, kompetensi
generic (generic competences), keterampilan mengatur diri (managing self skills), kemampuan
mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks), kemampuan mobilisasi
pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).Di era global karakteristik guru
harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mumpuni,memiliki kepribadian yang kuat dan baikmemiliki keterampilan membangkitkan minat
peserta didik dalam bidang IPTEK

B.     Saran

Berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru professional di era global ini sudah
sepantasnya seorang guru tekun mencari referensi untuk meningkatkan kompetensinya agar selalu
mampu mengikuti perkembangan zaman yang selalu berubah. Tugas guru tetap menjadi pendidik,
pembimbing dan transformer perkembangan pendidikan di Indonesia. 

Era digital juga berdampak besar dalam perkembangan dunia pendidikan, teknologi yang ada mampu membangun
sebuah pembelajaran yang kreatif dan juga menyenangkan. Namun sayangnya ada banyak guru yang tidak
mengambil kesempatan ini, bukan mereka tidak mau menggunakannya, bisa jadi karena mereka gaptek alias gagap
teknologi atau memang mereka tidak bisa keluar dari zona nyaman. Berikut ini adalah 6 Ciri Guru Gak Kreatif di
Zaman Digital, apakah anda termasuk di dalamnya.
Guru Copy Paste
Adakah diantara anda yang tidak pernah copy paste instrumen pembelajaran seperti RPP? Saya yakin sebagian besar
kita adalah pelaku guru yang senang dengan copy paste. Ternyata laptop yang kita miliki belum sepenuhnya
membuat kita menjadi sosok guru kreatif, yang mampu menghasilkan karya instrumen pembelajaran sendiri.
Ketidak kreatifan ini adalah karena kemalasan kita untuk befikir dan mengetikan jari-jemari di atas keyboard. Atau
alasan yang paling masuk akal sekaligus alasan paling klasik adalah karena “Saya sangat sibuk mengar tidak ada
waktu untuk mengerjakannya”.
Ngeluh Di Media Sosial
Yuk kita cek di media sosial yang kita miliki, seperti facebook, instragram atau twitter, berapa persen status yang
kita tulis mampu menginspirasi orang lain. Atau jangan-jangan status yang kiti tulis justru menggambarkan
kelemahan kita pada teman-teman di media sosial. Ya, mengeluh di media sosial menujukan bahwa anda adalah
guru yang lemah, guru yang tidak mampu menyelesaikan persoalannya sendiri. Mengeluh dimedia sosial sama
sekali tidak akan menyelesaikan persoalan yang anda hadapi.

Ingatlah saat anda menuliskan setiap kata dalam media sosial apalagi keluhan tentang masalah-masalah kehidupan
anda, maka murid-murid anda akan mengatakan “Guruku saja suka nulis status galau dan mengeluh di media
sosial, masa aku gak boleh”  Selain itu mereka akan menilai  anda guru yang lemah, bagaimana mau membantu
masalah murid-muridnya gurunya saja sering mengeluh.
Suka Search Download yang Gratisan
Coba deh di cek di google, banyak sekali kata kunci yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran guru,
misalnya kata kunci “download rpp gratis, dowload silabus gratis, dowload contoh soal gratis”  serta dengan
puluhan kata kunci lain. Bagi para pencari dolar di internet, ini adalah peluang yang besar untuk menghasilkan
pundi-pundi uang. Maka akhirnya mereka menciptakan blog ada website dengan menyediakan konten-konten
tersebut, dengan tujuan mendatangkan ribuan pengunjung setiap harinya.
Hentikan mulai sekarang ! mulailah dengan jadi guru kreatif, jadilah produsen digital bukan konsumen digital.
Berbagilah kebaikan dengan orang lain melalui konten positif di internet, berbagilah karya terbaik perangkat
pembelajaran yang anda buat sendiri, bukalah selebar-lebarnya untuk membuka ruang diskusi agar mereka mau
sama-sama belajar menjadi guru kreatif dengan karya pembelajaran sendiri.
Handphone hanya untuk Selfie
Hem… Tidak ada bedanya dong anda dengan yang orang yang tidak berstatus guru, jika handphone yang anda
miliki hanya anda gunakan setiap harinya untuk selfie-selfie. Coba deh cek handphone anda berapa aplikasi yang
anda miliki bisa mendukung kegiatan pembelajaran yang anda lakukan. Jangan-jangan anda punya hanphone hanya
untuk gaya-gayaan dan bermain media sosial.

Harusnya hanphone seorang guru mencerminkan keguruan anda, jika anda guru sejarah misalkan, berapa aplikasi
tentang sejarah yang di handphone anda. Sudah pernahkan anda meng edukasi atau mengajak belajar murid-murid
anda dengan handphone. Saya meyakini hanya sebagain kecil guru yang memanfaatkan handphone sebagai alat
yang mendukung pembelajaran.
Gak bisa nyalin LCD dan gak bisa buat PPT
Pembelajar dengan menggunakan layar LCD di era digital bukanlah sesuatu yang aneh lagi, terutama buat guru-guru
yang mengajar diperkotaan. Tapi yakinkah anda bahwa semua guru di kota sudah bisa menggunakannya, menurut
saya hanya sebagian kecil yang terbiasa menggunakannya. Bagaimana mungkin bisa mengajar dengan teknologi ini,
nyalain saja tidak bisa.

LCD biasanya memiliki kaitan erat dengan Presentasi Power Point (PPT), sebuah media presentasi untuk
menyajikan bahan pembelajaran yang menarik, baik berupa foto, video, gambar atau suara. Tapi yakinkah anda
bahwa semua guru sudah mampu menggunakannya? Atau jangan-jangan anda adalah salah satunya yang tidak bisa
membuatnya. Jika ia maka segera bertobatlah dan bangunlah dari tidur nyenyak, segera bangkit dan lawan guru
gaptek. Karena memang sudah seharusnya teknologi membuat pembelajaran yang anda lakukan menjadi lebih
menarik.
Penyebar Berita Hoak
Hati-hati, era digital menjadikan segalanya begitu cepat, termasuk informasi yang kita peroleh. Masih ada diantara
kita sebagai guru  yang terlibat dalam barisan penyebar “berita hoak”  dengan mudanya kita menshare sebuah
informasi yang tidak jelas tanpa terlebih dahulu kebenaran berita tersebut. Guru kreatif dia akan mencari kebenaran
terlebih dahulu dengan membandingkan dengan berbagai informasi yang ada, sehingga informasi validitasnya bisa
dipertanggung jawabkan.
Sayang sekali jika kecanggihan dan kemajuan era digital ini tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadikan
sebuah pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna. Keluarlah dari zona nyaman dan mulailah dengan
hidup baru sebagai guru pembelajar, guru yang cerdas memanfaatkan fasilitas yang ada sebagai bagian dari usaha
kita untuk mencerdaskan anak bangsa.

Mulailah upgrade diri anda, updatelah status yang mencerminkan bahwa anda adalah guru, gunakan teknologi yang
anda miliki secara bijak, berbagilah kebaikan lewat dunia digital. Mulai sekarang jadilah produsen digital,
berbagilah inspirasi untuk banyak orang, ketikan jari-jemari anda di atas keyboard, gunakan handphone kamera
untuk merekam peristiwa penuh makna.

Berikut ini menurut pandangan saya, membuat Brand sekolah lebih kreatif :

1. Masalah dan Kebutuhan dan jadilah sekolah solusi


Sebelum menentukan Brand Sekolah langkah pertama yang kita lakukan adalah melakukan Analisis SWOT, saya
yakin sahabat sudah sangat paham dengan hal ini. lihatlah apa masalah yang sangat urgen didalam masyarakat saat
ini, baik di sekolah, pemerintahan, keluarga atau di lingkungan tempat tinggal kita. Contohnya adalah dalam
Pemerintahan banyaknya kasus korupsi, perbuatan amoral para pejabat dan lain sebagainya, di sekolah, keluarga dan
masyarakat contohnya banyak aksi tawuran, seks bebas, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), lemahnya
keteladan orang tua dan lain sebagainya, inilah yang kemudian melahirkan Sekolah Akhlak. Sekolah yang akan kita
buat juga harus dibutuhkan oleh banyak masyarakat serta harus mampu menjadi solusi pada maslah-masalah yang
ada sehingga sekolah bukan hanya sekedar ada tapi keberadaanya bisa menjadi solusi cerdas.

2. Tentukan kualitas lulusan yang ingin dihasilkan :


Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan proses aktivitas di dalam kegiatan belajar, budaya sekolah dan Brand
sekolah itu sendiri. Contoh kualitas lulusan yang ingin di capai Sekolah Akhlak hanya berfokus kepada 4 hal yaitu :
Berakhlak Mulia, Rajin Sholat, Penghafal Qur’an dan Berwawasan Global. Contoh lain mungkin sekolah yang anda
buat ingin menghasilkan lulusan yang menghasilkan pemimpin yang berwawasan global, lulusan yang menguasai
bahasa dan lain sebagainya.

3. Buat Nama Brand yang menarik dan mudah di ingat usahakan dengan dua kata :
Setelah sahabat menentukan kuaitas lulusan yang di inginkan, langkah selanjutnya adalah membuat Brand Sekolah,
gunakanlah kalimat yang populer tapi belum banyak digunakan oleh sekolah lain serta mencerminkan kualitas
lulusan yang di nginkan serta sesuai denga budaya sekolah dalam kehidupan sehari-hari. contoh Brand Sekolah
sebagai berikut : Sekolah Kreatif (sudah banyak yang pake), creative school (sudah banyak yang pake juga) Sekolah
Akhlak (Ini Brand sekolah saya, coba anda ketik di google), Sekolah Alam (Memiliki jaringan luas) Sekolah
Tangguh, Sekolah Cerdas, Sekolah Hebat, Sekolah Inspiratif, Sekolah Unggulan,Sekolah Hijau dan lain-lain kalimat
yang populis atau mungkin kalimat yang unik, silakan saja dibuat.

4. Membuat Tim Perancang Implementasi Brand Sekolah kedalam Program :


Setelah menentukan point di atas langkah berikutnya adalah membuat Tim Perancang Implementasi dari Brand
Sekolah yang bisa direalisasikan dalam bentuk program nyata. Contohnya adalah membuat budaya sekolah yang
memiliki kesamaan atau kesesuai dengan Brand sekolah. Contohnya jika anda membuat Brand Sekolah Hijau, maka
budaya yang bisa dilaukan setiap hari adalah dengan membiasakan siswa secara bergiliran untuk melakukan
perawatan terhadap tanaman yang ada di sekolah. atau jika sekolah anda punya Brand Sekolah Penghafal Al-Qur’an,
maka setiap harinya sekolah tersebut harus melakuan pembinaan hafalan qur’an seperti dengan menyetel murotal
Qur’an setiap pagi, siswa setoran hafalan setiap pagi dan lain sebagainya.

5. Kepala Sekolah dan Tim Pendidik yang lain jadilah teladan utama dalam merealisasikan Brand Sekolah :
Saya sangat yakin sebuah Brand Sekolah hanya akan bisa berhasil dilaksankan jika ada keteladan dari pihak-pihak
terkait dalam lingkungan sekolah terutama kepala sekolah dan guru. Contoh jika sekolah anda Brandnya adalah
Sekolah Kreatif, maka yang pertama harus memilki kreativitas dalam segala hal adalah kepala sekoalhnya, misalnya
melakukan pembelajaran kreatif, membuat kegiatan kreatif, membuat bahan ajar kreatif dan sebagainya.
6. Kampanyekan lewat Media Sosial (Blog, Twitter, FB dan lain sebagainya)
Cara kreatif yang bisa dilakukan untuk mengkampanyekan Brand Sekolah adalah lewat Media Sosial, karena
medsos kini merupakan media yang bisa di akses oleh seluruh manusia, caranya adalah dengan membuat tulisan,
poster, video, kegiatan dan lain sebagainya.

7 Tips Menjadi Kepala Sekolah Inspiratif:


1. Berakhlak Mulia : Menurut saya ini adalah syarat utama untuk menjadi kepala sekolah inspiratif, karena akhlak
merupakan wujud nyata seseorang dalam menjalani hidupnya. Akhlak mulia ini tentu ditunjukan dengan keteladan
yang benar-benar real, seperti menjaga Sholat lima waktunya, menyediakan waktu membaca Al-Qur’an,
melaksanakan ibadah yang lainnya, berkata dengan bahasa penuh hikmah dan juga selalu menjaga kehormatan
dirinya.
2. Cerdas :Syarat yang kedua untuk menjadi kepala sekolah inspiratif adalah menjadi sosok yang cerdas, Cerdas
bukan berarti lulus dengan predikat Cumlaude, tapi kepala sekolah yang cerdas adalah mampu memanage
sekolahnya dan masyarakat sekolah secara baik. Kepala Sekolah yang cerdas mampu mengeluarkan solusi-solusi
terbaik dalam menghadapi berbagai permasalahan yang di hadapi sekolahnya. Kecerdasan ini tentu harus di kuatkan
dengan kemauan dirinya untuk berdiskusi dengan orang lain yang sudah pengalaman serta raji-rajinlah membaca,
baik membaca buku maupun membaca artikel di internet.
3. Memiliki Pandangan Kedepan : Jangan jadi kepala sekolah kalau anda hanya punya kemampuan melanjutkan
program yang ada, menjadi kepala sekolah Inspiratif harus memilki pandangan jauh kedepan, bagaimana
membangun sekolah ini menghasilkan lulusan berkualitas. Oleh sebab itu kepala sekolah Inspiratif, harus memilki
cara pandang yang luas dan terbuka dalam menghadapi berbagai perkembangan zaman. Sangat penting memilki cara
pandang kedepan, karena sekolah harus terus begerak menjadi sekolah pilihan masyarat. Tetu untuk mewujudkan itu
semua kepala sekolah pun harus berani dan mampu mengubah persepsi guru-gurunya agar mau maju dan tidak takut
dengan perubahan yang akan terjadi.
4. Memilki jiwa Kreatif : Menjadi kepala sekolah inspiratif tidak akan terwujud apabila sang kepala sekolah tidak
punya kreativitas dalam mengelola sekolahnya. Kepala Sekolah yang kreatif adalah kepala sekolah yang mampu
membangun citra atau Brand sekolah di mata masyarakat dikenal dengan kualitas keunggulannya. Kreativitas tentu
lahir dari orang-orang yang memilki semangat juang yang tinggi untuk melahirkan karya-karya baru, tanpa harus
menjadi bebek atau menjadi pelanjut kepala sekolah sebelumnya.
5. Tegas dan Disiplin : Ciri seorang Leader adalah memilki ketegasan dalam bersikap dan memiliki displin yang
tinggi dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sekolah tanpa pemimpin yang tegas hanya akan
melahirkan guru-guru dan siswa yang apa adanya, belajar semaunya datang juga semaunya. Ketegasan dan
kedisplinan seorang kepala sekolah inspiratif mutlak diperlukan.
6. Humanis : Kita tida mungkin mampu menjadi kepala sekolah Inspiratif, tanpa mampu memanusiakan guru
sebagai sahabat dan rekan terbaik kita, guru bukanlah bawahan kepala sekolah tapi guru adalah rekan dalam
mendidik. Begitupun siswa adalah sahabat terbaik bagi kepala sekolah, jadi muliakan bereka dengan sikap humanis
kita.
7. Memilki Integritas : sebuah bahasa yang sedang populis di negeri kita, saya pikir bukan hanya para pemimpin
negara atau pimpinan partai politik atau anggota dewan yang harus punya integritas, tapi kepala sekolah juga harus
memilki integritas. Kepala sekolah inspiratif adalah kepala sekolah yang mampu menjadikan keteladan Nabi
Muhammad SAW, dengan sifat yang muliah yaitu Sidik, Tabligh, Amanah, dan Fatonah.

STRATEGI E-LEARNING
            Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan
dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan
partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa;
meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan
menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit
untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan
jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas,
dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang
ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan
sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan;
memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan
mahasiswa.
            Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan
dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-
tenaga ahli (experts).Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik
menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3
dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
1.      Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya
adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih
untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang
sesungguhnya.

2.      Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk
dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu
melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap
secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan
maya” ke daerah-daerah wisata.

3.      Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang


subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan
dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses
masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan
masukan dari mahasiswa.

4.      Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai
subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus
yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari
suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang
telah terjadi atas materi tersebut.

5.      Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek
yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara
melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang
cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara
menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan
dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas
yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri
untuk mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai