Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

A. Sejarah revolusi pembelajaran


Istilah memasuki industri 4.0 ramai dibicarakan oleh masyarakat di Indonesia
mulai tahun 2019 higga sekarang tahun 2020 padahal Bob Gordon dari Universitas
Northwestern, seperti dikutip Paul Krugman (2013), mencatat, sebelumnya telah terjadi
tiga revolusi industri. Pertama, ditemukannya mesin uap dan kereta api (1750-1830).
Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak (1870-1900). Ketiga,
penemuan komputer, internet, dan telepon genggam (1960-sampai sekarang). Revolusi ini
memberikan pengaruh yang besar terhadap segala lini kehidupan manusia, tak terkecuali
termasuk pendidikan. Pendidikan kalau kita kaji dari waktu kewaktu juga terus
mengalami perkembangan mulai dari kurikulum cara belajar siswa aktif, Kurikulum
Berbasis kompetensi, Kurikulum Tingkat satuan pendidikan, Kurikulum 2013 yang
menitik beratkan pada 4 penilaian yaitu aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan
prilaku. Sarana dan prasarana belajar juga terus mengalami perkembangan mulai dari
penggunaan kapur tilis dan blackboard, kemudian berkembang penggunaan whiteboard
dan spidol, setelah itu muncul penggunaan OHP, kemudian bersamaan dengan perangkat
elekronik laptop muncul media LCD dan sekarang bersamaan dengan berkembangnya
gadjed muncul media belajar berupa internet dan pembelajaran daring. Pembelajaran
daringpun dikemas dengan berbagai model Pembelajaran mulai daring sebagai pengayaan
atau tambahan dalam pembelajaran (Model Adjunct) kemudian daring sebagai pengganti
sebagain proses kegiatan belajar mengajar atau sering kita kenal dengan model blended
learning dan yang terakhir model daring penuh yang menggantikan seluruh kegiatan
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh
inipun ada yang model sinkron dan asinkron yaitu langsung mendapatkan tanggapan atau
tidak langsung mendapatkan tanggapan. Model sinkron misalnya dengan denggunakan
media zoom meeting, skype, meet google dll. Pembelajaran model asinkron biasanya
menggunakan LMS sekolah, googleclassroom, edmodo, schoology dll. Di bulan maret
tahun 2020 hingga sekarang suluruh sekolah di indonesia dituntut untuk menggunakan
pembelajaran daring karena sedang terjadi wabah covid-19.
B. Pembelajaran Abad 21 Tuntutan Dan Tantangan
Dengan adanya perubahan kebiasaan pembelajaran dari tatap muka menjadi
full daring online tentunya akan memberikan dampak baik untuk guru dan peserta didik.
Bagi guru yang sudah terbiasa dengan penggunaan pembelajaran menggunakan media
digital tentunya semakin tertantang untuk memperdalam pengetahuannya dibidang itu,
namun disisi lain bagu guru yang tidak terbiasa menyelenggarakan pembelajaran dengan
media digital akan menjadi kendala tersendiri karena beliau harus banyak belajar
sedangkan penyelenggaraan pembelajaran dituntut untuk segera dilaksanakan karena
siswa harus segera mendapatkan pembelajaran secara daring. Termasuk saya sendiri
belajar screen record awalnya hanya untuk mengisi konten youtube sekarang screen
record dapat kita gunakan sebagai kegiatan mengajar peserta didik kita.
Siswa yang sudah terbiasa untuk menggunakan gadjed dan internet tentunya
semakin termotivasi pembelajaran dilakukan denga sistem daring penuh karena mereka
bisa melakukan eksplorasi skill yang selama ini tidak bisa mereka tunjukkan, misal guru
meminta siswa menjelaskan materi siswa yang terbiasa menggunakan internet tidak akan
puas memberikan tugas dengan menterorkan teks sederhana bahkan mereka rela untuk
membuatkan vidio tutorial bahkan vidio pendukung yang mereka cari dari youtub sebagai
pelengkap tugasnya, akan tetapi berbeda bagi siswa yang belum famliar dengan internet
ditambah ia berada di wilayah terpencil yang tidak terjangkau dari sinyal, hanya berupa
teks sederhana dengan editan yang berantakan saja mereka mengumpulkan hingga
terlambat waktu. Akan tetapi kita sebagai guru harus bisa mengakomodir peserta didik
kita dengan memahami latar belakang mereka sehingga kita tidak menjadi guru yang
statis/ kaku. Setiap permasalah siswa tidak bisa kita lihat dari sudut pandang yang sama
karena pada dasarnya setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, yang penting
menjadi guru mampu mengarahkan setiap permasalahan siswa menuju solusi yang lebih
baik, karena tidak mungkin guru mampu menjadikan siswanya memiki tingakat
kecerdasan yang sama, sehingga guru setidaknya mampu mengarahkan seluruh siswa
mampu mencapai target kompetensi yang sudah direncanakan dalam pembelajaran.
C. Bagiamana Seharusnya Menanggapi Pembelajaran Abad 21
Setiap manusia ingin berkembang kata soichiro honda, akan tetapi menurut
saya berkembang itu bukan hanya sebuah keinginan bahkan perkembangan itu harus
berlangsung dengan cepat. Siapapun yang tidak ingin berkembang dan beradaptasi maka
mereka akan ditinggalkan oleh zaman/ ketinggalan zaman, sehingga kita sebagai
pendidik sebagai penentu kompetensi generasi bangsa haruslah mampu memproyeksikan
kebutuhan kompetensi yang diperlukan peserta didik kita setelah lulus, sehingga tugas
kita untuk mempersiapkan peserta didik yang kompeten mampu bersaing didunia kerja
tentunya tidak mungkin akan kita jalani dengan konsep pembelajaran lama. Sehingga
guru harus mampu melihat kedepan dan cepat beradaptasi dengan keadaan. Pada era baru
ini kita kenal pembelajaran abad 21yaitu menyelenggarakan pembelajaran untuk
mempersiapkan keterampilan abad 21 yang penting dikuasai peserta didik untuk menjadi
warga negara dan insan yang kreatif produktif di abad 21. Beberapa keterampilan penting
abad 21 relevan menjadi orientasi pembelajaran di Indonesia sebagai berikut;.
1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).
2. Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation).
3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding).
4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and
communication skill).
5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and ICT
literacy)
6. Karir dan kehidupan (life and career skill)
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut tentunya pengetahuan guru yang
didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentunya tidak cukup dan
perlu di upgrade dengan pengetahuan terkini. Peran guru yang awalnya menjadi techer
center menjadi tidak sesuai lagi karena informasi sekarang dapat didapatkan siswi siswi
kita melalui perangkat digital sehingga model pembelajaran yang lebih tepat adalah
stundent center yaitu menyelenggaran pembelajaran dengan menempatkan guru sebagai
fasilitator dan pusat pembelajaran pada peserta didik, dimana peserta didik dan guru
sama-sama aktif. Guru memberikan kesempatan peserta didik mengkontruksi
pengetahuannya sendiri melalui kesempatan mengakses “big data” namun tetap dalam
pengawan dan pembimbingan. Peserta didik perlu diberi kesempatan berkreasi menjadi
produsen pengetahuan dan berbagi pengetahuan melalui beragam media sosial seperti
web blog, episode program di internet (podcasting), google drive, snapchat, video
streaming, audio streaming, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai