Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL, BAGUSKAH?

Oleh : Dadang Heru Dini,S.Si

Sejarah perkembangan teknologi tidak dapat di bendung lagi. Suka tidak


suka zaman telah berubah. Semua ada di ujung jari. Biaya listrik, biaya
telekomunikasi, jual-beli barang, cukup memainkan jari. Semua umur mengalami
hal yang sama. Tidak ketinggalan Kakek Nenek walupun umur sudah uzur di
paksa untuk memahami teknologi. Semua bidang kehidupan telah memainkan
perannya dalam Teknologi yang serba digital ini. Tidak ketinggalan di bidang
pendidikan. Penulis masih ingat, 20 tahun yang lalu ketika penulis masih SMA,
Mesin ketik jadi idola, Irama mesin saat di gunakan merupakan kenangan yang
tak terlupakan. Sekarang, Kemana Mesin Tik tersebut? Pada saat itu tidak ada
guru yang memberikan tugas harus menggunakan ketikan. Semua tugas di tulis
tangan, tidak pernah ada yang sama semua terjamin hasil tulisan sendiri.
Kemudian, diperkenalkanlah komputer, dengan adanya aplikasi yang lengkap
pada komputer, tentu tidak mungkin lagi menggunakan mesin ketik. Semuanya
sudah zaman komputer. Selang beberapa lama, hadirlah laptop. Keberadaan
laptop membuat komputer agak di tinggalkan, karena terdapat kemudahan, yakni
dapat di bawa kemana-mana. Penulis berkeyakinan dalam waktu beberapa tahun
ke depan Laptop juga akan di tinggalkan, semuanya akan menggunakan android
atau ponsel.
Ibarat teknologi, pembelajaran juga mengalami hal yang sama, Guru
yang mengajar sekarang, adalah produk beberapa tahun lalu, sebelum zaman
digital. Masih dikenang Bapak atau Ibu Guru menjelaskan dengan kapur dan
papan tulis warna hitam. Sekarang semuanya di tinggalkan. Bukan cara mengajar
yang tidak bagus, menurut Asep Saefuddin (2003), menyatakan bahwa pada
jenjang dan jalur pendidikan lain di mana proses belajarnya relatif masih
konvensional (tatap muka), yang sesungguhnya sudah tidak lagi mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan untuk masyarakat yang semakin kompleks,
memerlukan inovasi dan media yang mampu menanggulanginya. Berdasarkan
jumlah penduduk, semakin besar jumlah penduduk tentu permasalahan semakin
banyak, di dukung oleh kemajuan teknologi, pembelajaran menggunakan cara-
cara tradisional tidak menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar.

Perubahan ini tentu ada manfaat dan ada kerugian jika tidak mampu
mengelola dengan baik. Manfaat yang dapat penulis ambil dari Kemajuan
teknologi dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut; Pertama. Jika di
sekolah telah di sediakan jaringan internet dan sarana prasarana TIK, siswa tidak
perlu membawa buku, dan alat tulis. Ini dapat mengurangi beban Orang tua untuk
pembelian alat tulis dan buku paket. Siswa cukup mengakses pelajaran
berdasarkan jadwal yang telah di buat Guru. Ini jelas menekan biaya operasional
orang tua dan sekolah. Siswa cukup datang dengan pakaian seragam yang rapi.
Tak perlu menyandang tas. Timbul pertanyaan, dengan pembangunan yang tidak
merata apakah semua sekolah dalam waktu singkat dapat memenuhi semua sarana
dan Prasarana untuk melaksanakan pendidikan Digital ini. Ini Persoalan utama
yang harus di selesaikan Pemerintah.

Kedua, Penggunaan Waktu Lebih efisien, Waktu untuk bermain bisa di


minimalisir. Semakin maju zaman, bisa saja nanti Siswa tidak perlu datang Ke
sekolah, Cukup di rumah dan buka Aplikasi jaringan Belajar. Guru tidak perlu
membacakan soal, soalnya ada di Ujung jari, siswa tinggal akses. Akan tetapi
dengan berkembangnya permainan digital, ini akan menghabiskan waktu belajar.
Peran orang tua sangat di perlukan untuk mengatur waktu anak dalam belajar dan
bermain

Ketiga, Internet merupakan sebuah media, jadi guru hanya memberikan


tugas-tugas itu pun tidak harus bicara, guru tidak perlu menyiapkan media.
Dengan teknologi digital semua jenis media Pembelajaran dapat di peroleh
dengan sangat mudah. Baik media yang bergambar, ataupun media yang bergerak,
Aplikasi berbagai Ilmu dapat langsung terlihat. Siswa cenderung lebih
memperhatikan Video dari pada Gambar yang tidak bergerak. Media Video
termasuk media pembelajaran Audio Visual artinya Siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat. Baru-baru ini telah di luncurkan aplikasi Quiper Video,
dengan melakukan sejumlah pembayaran, siswa memperoleh pembelajaran yang
di inginkan, kapan dan dimanapun berada, yang penting ada akses internet.

Keempat, Silaturrahmi antara guru dan Siswa lebih meningkat. Dengan


adanya Situs media Sosial, Guru dan Siswa dapat melakukan diskusi yang tidak
terbatas. Kemajuan Teknologi membuat apa yang dikerjakan seseorang dapat di
lihat langsung oleh orang lain. Guru dapat menyaksikan apakah siswa melakukan
apa yang di minta guru atau tidak. Siswa mengerjakan tugas atau tidak itu dapat
langsung di perhatikan guru. Guru juga dapat mengakses permasalahan yang di
hadapi Siswa .

Kelima, Guru tidak lagi sumber utama Pembelajaran. Pembelajaran


konvensional meletakkan guru sebagai sumber utama dalam belajar. Dengan
adanya berbagai sumber dari internet, siswa tidak lagi mengandalkan guru, dapat
memperoleh ilmu dari internet sendiri, sekalipun itu tidak termasuk dalam
kurikulum SMA. Guru juga harus mempersiapkan diri, mungkin saja siswa jauh
lebih mengetahui suatu persoalan di bandingkan gurunya. Penulis mengharapkan
guru juga tidak boleh ketinggalan jauh di bandingkan siswanya

Rata-rata siswa SMA Negeri 1 Kandis sangat senang dengan kemajuan


teknologi ini. Namun di balik semua ada bahaya yang mengancam. Jika siswa
tidak dapat menggunakan dengan bijak zaman digital ini, Siswa akan mengalami “
Matang Semu”, Penulis mengutip istilah Ayah Edy dalam bukunya Mendidik
Anak di Era digital. Di balik Manfaat era digital ini terdapat berbagai Ancaman.
Pertama, Kurang Peduli dengan Lingkungan sekitarnya. Tidak bisa di pungkiri,
semua manusia zaman sekarang sibuk dengan Androidnya, ponsel Cerdasnya,
walaupun bahaya mengancam jiwanya. Penulis sering melihat ibu-ibu rumah
tangga tak peduli dengan anaknya yang asyik bermain, akhirnya kecebur ke
kolam, Seorang Mahasiswa tertabrak Mobil karena menyebrang tak lagi lihat kiri
kanan. Orang tua tak sempat lagi bicara dengan anaknya. Siswa SD bertanya
kepada Orang tua masalah pekerjaan rumah. Orang tua malah nyuruh anaknya
cari sendiri pakai mbah “Google”. Ayo kembalikan kepedulian terhadap
lingkungan masing-masing. Seorang anak yang bertanya pada orang tua, itu kunci
bahwa anak butuh perhatian. Dulu tidak pernah kedengaran, bayi kecebur di
kolam di samping orang tuanya. Kedua, Tidak menghargai waktu. Bermain di
dunia maya ini memang mengasyikkan, sampai lupa makan, sampai lupa istirahat
juga lupa kewajiban yang harus di laksanakan manusia untuk Jasmani dan rohani.
Sangat banyak situs yang membuat tangan-tangan kecil balita, sampai remaja dan
orang tua tak terlepas dari dunia maya. Terlalu banyak yang membuat mata tidak
beranjak dari dunia maya ini. Orang yang sehat adalah orang yang melaksanakan
kebutuhan Jasmani dan rohani. Game, ya momok buruk itu bernama game, Game
yang rasanya nyata padahal permainan semu, jika gagal dapat di ulang lagi, Game
di buat agar penggunanya tidak merasa Bosan, Programmer yang handal adalah
programmer yang berhasil membuat program tanpa akhir. Bahkan penggunanya
tidak menyadari dia telah melewati hari demi hari, tempat demi tempat untuk
menyelesaikan Game yang ada di dunia maya tersebut.

Ketiga, Mengurangi Daya pikir. Pada tahun 1993, guru memberikan


pertanyaan tentang yang telah di pelajari minggu lalu, untuk menjawabnya siswa
harus belajar, harus membaca buku sebelum hari itu, namun pada saat sekarang
jika ada guru yang bertanya, siswa kembali mengakses Bahan Pelajaran terus
kemudian baru menjawab sesuai situs yang di akses masing-masing, jadi tidak
berdasarkan daya pikir masing –masing. Siswa copy paste jawaban dari internet.
Guru juga tidak bisa menyalahkan karena hampir semua jawaban sama, karena
mereka kebetulan mengakses situs yang sama. Keempat, Kecanduan Digital
Menyebabkan Prilaku yang menyimpang. Dengan mudahnya mengakses situs-
situs Porno, kehidupan Glamor para artis ibukota, akan di tiru oleh para siswa.
Siswa itu cenderung melakukan apa yang di lihatnya. Prilaku yang menyimpang
yang sering di lakukan siswa adalah Sex bebas, Penyalahgunaan Narkoba,
Tawuran dan lain sebagainya

Para pendidik tidak bisa menyalahkan zaman yang terlanjur maju,


padahal siswa-siswi di negara ini belum siap sebetulnya untuk menerima
kemajuan zaman tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, solusi untuk
menghadapi ini harus ada kerjasama antara orang tua dan guru. Pendidikan yang
terbaik di dunia adalah di negara Finlandia (Ayah Edy). Para Balita sampai
Remaja tidak diperkenankan menggunakan ponsel Pribadi di sekolah. Solusinya,
Perangkat digital di sediakan sekolah dengan program yang telah di tetapkan,
siswa tidak dapat mengakses program selain program pembelajaran. Penulis
Pernah membaca, pemerintah Indonesia telah memiliki program E-Sabak. Akan
tetapi program tersebut kelihatan terhenti, Saran penulis ini bagus untuk di
terapkan. Untuk Orang Tua perlu mengenali “Musuh Digital”, Siswa boleh
dibekali dengan Peralatan digital di rumah, Orang tua harus mengenali apa saja
yang ada di dalam Peralatan digital tersebut, artinya orang tua juga harus lebih
memahami isi Perangkat tersebut. Selain peranan orang tua dan guru juga sangat
penting bantuan pemerintah untuk mengatasi ini. Di SMA Negeri 1 Kandis,
Kabupaten Siak, tempat penulis bertugas, Pemerintah dalam Praktek tertulisnya
sangat membantu kerja guru untuk membatasi siswa menggunakan ponsel.
Artinya, Bupati Siak dalam Edarannnya tidak membolehkan siswa untuk
membawa ponsel jenis apapun, namun sanksinya tidak di Jelaskan. Jika Ponselnya
tertangkap Guru, di tahan di sekolah, beberapa hari kemudian dengan Bantuan
“Orang Kuat” Ponsel tersebut dapat kembali ke Siswa tersebut. Ini telah
berulangkali terjadi. Sehingga siswa pun tidak merasa jera untuk membawa
Ponsel, Karena mereka sudah punya “Orang Kuat”. Untuk itu melalui tulisan ini
penulis ingin menyampaikan kalau pemerintah berkomitmen jangan setengah
setengah. Jika terjadi lagi, di mana harga diri penulis sebagai Guru.

Kesimpulannya, Pembelajaran menggunakan Teknologi Informasi


Digital sangat membantu dalam pendidikan, dan sangat bagus untuk di gunakan
disekolah jika Orang tua, Guru dan Sekolah Mampu menjadi Digital Parent bagi
siswa.
Daftar Pustaka

Asep Saepudin, 2003, Penerapan Teknologi Informasi dalam Penddikan


Masyarakat, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003
Ayah Edy, 2014, Mendidik Anak di Era Digital
https://id.techinasia.com/kemendikbud-umumkan-program-esabak-perangkat-
tablet-pengganti-buku-pelajaran-siswa-in

https://ardyprasetyo.wordpress.com/2008/04/12/pemanfaatan-internet-sebagai-
media-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai