KELAS : X IPA 2
Saat ini dunia digemparkan dengan kasus penyebaran virus covid-19. Di belahan
bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja,
namanya menjadi trending topik di berbagai media baik cetak, elektronik, maupun intenet.
Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret
2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Hal tersebut membuat beberapa negara
menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran
virus corona yang semakin menyebar luas. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar atau dikenal dengan nama PSBB untuk menekan
penyebaran virus covid-19. Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua
kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini mereda. Mulai
dari bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH), belajar dari rumah, dan beribadah
dari rumah.
Jika ada sisi positif tentu ada juga sisi negatifnya. pembelajaran daring mengharuskan
siswa memiliki handphone android sebagai fasilitas belajar online. Tentunya tidak semua
orang tua mampu membelikan anaknya handphone android. Akibatnya, siswa yang tidak
memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan
dan membuat proses belajar menjadi terhambat. Mau tidak mau, pihak sekolah ikut mencari
solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone
melakukan pembelajaran secara berkelompok, Mulai belajar melalui videocall yang
dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga
mengabsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan
dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit. Permasalahan yang terjadi bukan
hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota internet yang
membutuhkan biaya cukup tinggi bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan
pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan
banyak diantara orangtua siswa yang tidak mampu untuk membelinya. Ada juga siswa yang
tinggal di pelosok desa dan tidak terjangkau oleh intenet. Hal ini pun menjadi permasalahan
yang sangat serius bagi siswa saat pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Selain dari segi ketersediaan internet, ramai diberbagai media sosial yang
menceritakan pengalaman orangtua siswa selama mendampingi anak-anaknya belajar, baik
positif maupun negatif. Seperti misalnya ada orangtua yang sering marah-marah karena
mendapat anaknya yang sulit diatur untuk belajar ataupun tidak mengumpulkan tugas
sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah
secara tatap muka. Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa mendidik
anak itu ternyata tidak mudah, Orang tua harus bisa menjadi guru bagi anak-anak di rumah.
Diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar untuk bisa menjadi guru. Untuk mengatasi
masalah orang tua yang kesulitan dalam mendidik anaknya, Kemendikbud membuat
beberapa tayangan pembelajaran seperti di stasiun TVRI. Jadi, anak-anak bisa belajar melalui
tayangan tersebut dan orang tua yang mengarahkan anaknya. Meskipun tidak begitu efektif,
setidaknya bisa membantu orang tua dalam mendidik anak daripada harus menjelaskan
sendiri.
Untuk mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh, berikut ini adalah beberapa peran
penting orang tua dalam mendidik anak belajar di rumah :
Itulah berbagai peranan penting yang perlu dilakukan oleh orang tua selama pembelajaran
daring dari rumah. Jangan lupa selalu beri asupan yang bergizi agar kebutuhan nutrisi anak
tetap terjaga dan jaga imun anak, jangan biarkan mereka stress atau bosan belajar di rumah,
terus beri semangat dan motivasi belajar. Semoga pandemi cepat berakhir dan kita bisa
kembali sekolah secara tatap muka.