Anda di halaman 1dari 3

“Gap pada pembelajaran online pada masa pandemic yang berakibat buruk”

Sekitar 25 juta anak sekolah dasar di Indonesia kini belajar di bawah ancaman
pandemi COVID-19. Seperti yang dilakukan oleh banyak negara, untuk mencegah TESIS
penularan virus corona di sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menerbitkan surat edaran bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur pelaksanaan
pendidikan pada masa darurat penyebaran coronavirus. Kebijakan “Belajar dari
Rumah” ini tepat untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah,
namun survei awal dan terbatas menunjukkan implementasinya masih beragam di
lapangan dan salah satunya yaitu dampak negatif dari pembelajaran online atau
pembelajaran jarak jauh (PJJ). Banyak kendala yang dihadapi oleh para pelajar
dalam sistem pembelajaran ini. Orang tua pun banyak yang mengeluhkan akan
sistem pembelajaran ini. Dan akhirnya akan berdampak pada kualitas para peserta
didik. Apalagi untuk peserta didik yang rumahnya didaerah plosok atau daerah
desa/pegunungan/Puncak, mereka akan lebih susah untuk mengakses Internet
akibatnya mereka akan ketinggalan informasi yang telah disampaikan atau
diintruksikan.

Hal itu disampaikan Nadiem dalam konferensi pers yang ditayangkan akun YouTube
ARGUMEN
Kemendikbud, Jumat (7/8/2020). Nadiem awalnya bercerita mengenai banyak siswa
hingga guru yang terbebani akibat PJJ ini. 1

"Orang tua pun tidak mudah mengikuti dan mendampingi anak belajar. Banyak yang
punya pekerjaan lainnya, banyak juga yang masih beradaptasi terhadap anak-
anaknya melakukan PJJ dari rumah. Dan untuk memotivasi anak, itu juga banyak
yang mengalami kesulitan dan memahami pembelajaran dan kurikulum yang bisa di
bilang itu lumayan rumit," ujar Nadiem

"Bagi siswa, banyak sekali yang mengalami kesulitan konsentrasi, dan rasa berat
sekali beban karena banyak sekali penugasan dari guru guna untuk menuntaskan
kurikulumnya, dan juga peningkatan rasa stres dan jenuh," sambung Nadiem.

Nadiem menjelaskan selama ini Kemendikbud telah melakukan sejumlah hal untuk
mendukung proses PJJ. Dukungan tersebut berupa penyediaan kuota gratis,
relaksasi BOS dan BOP yang bisa digunakan untuk kuota siswa.

"Kami juga merespons berbagai kritik mengenai berbagai macam daerah yang tidak
punya akses internet, dan kami meluncurkan belajar dari rumah di TVRI dan RRI,
dan tentunya mengoptimalkan rumah belajar, platform pembelajaran online dari
Kemendikbud beserta berbagai macam mitra lainnya," imbuh Nadiem.

Dia lantas memaparkan mengenai efek PJJ yang berkepanjangan. Menurut dia, efek
tersebut bisa sangat negatif dan permanen.

"Ada tiga dampak utama, satu ancaman putus sekolah, ada berbagai macam anak
yang terpaksa bekerja, dan karena kondisi sekolah PJJ tidak optimal, akhirnya
mereka putus sekolah. Kemudian akhirnya persepsi orang tua berubah dalam peran
sekolah dalam proses pembelajaran yang tidak optimal. Karenanya, ancaman putus
sekolah adalah dampak yang riil dan bisa berdampak seumur hidup bagi anak-anak
kita," tutur Nadiem.

Selain itu, kata Nadiem, PJJ yang berkepanjangan menyebabkan tidak optimalnya
sisi pencapaian siswa. Dia menyoroti dampak permanen dalam generasi Indonesia.

"Kedua adalah penurunan capaian belajar. Kita tahu bahwa PJJ itu tidak optimal
dalam sisi capaian pelajar. Dan kesenjangan kualitas antara yang punya akses ke
teknologi dan yang tidak itu jadi semakin besar. Dan kita berisiko punya generasi
dengan learning loss. Akan ada dampak permanen dalam generasi kita, terutama
bagi yang lebih muda jenjangnya," ujar Nadiem.

Terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan PJJ itu berpengaruh pada psikologi
anak. Banyak anak yang disebut merasa stres.

"Tentunya ada juga banyak riset yang menunjukkan peningkatan kekerasan pada
anak dan risiko psikososial. Dengan stres di dalam rumah, tidak bisa ketemu
temannya, dan lain-lain. Jadi dampak psikologis, dampak masa depan anak-anak
kita untuk tidak melakukan PJJ secara berkepanjangan ini riil," tutur dia.

Atas pertimbangan tersebut, pemerintah memutuskan membuka sekolah di daerah


zona kuning Corona. Namun pembukaan sekolah ini tentu memperhatikan protokol
kesehatan terkait COVID-19.

Menanggapi hal ini Psikolog RS Siloam Sriwijaya Palembang, Renny Permataria


ARGUMEN
S.psi juga menjelaskan dampak negatif mengenai penerapan belajar daring
terhadap psikis anak. 2

“Selama belajar di rumah, hal ini turut berpengaruh terhadap situasi emosional anak
khususnya untuk anak-anak yang masih menuju proses kematangan. Jika di sekolah
mereka bisa membentuk kepribadian dan bereksperesi, tapi sejak dirumah mereka
merasa terkekang dan sulit untuk berekspresi. Sehingga hal ini turut berpengaruh
terhadap emosional anak saat proses menuju kematangannya,” ujarnya.

Juga Dona Matthews, PhD., menjelaskan adanya dampak negatif terhadap sistem
ARGUMEN
pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilansir oleh
Psychology Today antara lain : 3

1. Konflik peran: Sebenarnya orang tua dan guru memiliki peran yang berbeda
dalam kehidupan anak. Ketika orang tua berperan aktif sebagai guru, maka tidak
jarang orang tua tidak bisa membedakan mana sikapnya sebagai orang tua atau
guru. Artinya bisa saja terjadi bias dalam proses belajar.
2. Menjadi sumber stres baru: Tidak bisa dipungkiri rasa bosan belajar di rumah
setiap hari pasti dirasakan baik oleh orang tua maupun anak. Karena itu jangan
ragu untuk menciptakan suasana baru dalam belajar, misalnya belajar di taman
agar anak dan orang tua kembali semangat melaksanakan homeschooling.
3. Membuat anak sulit bersosialisasi: Homeschooling membuat anak tdak punya
kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan ragam karakter orang.
Untuk mengatasinya, Matthews menyarankan mengikuti komunitas
homeschoolers. Selain anak bisa mengasah kemampuan interaksi sosialnya,
komunitas juga membuat anak merasa punya tema yang sama-sama belajar di
rumah seperti dirinya. Ini bisa mendukung pembentukan rasa percaya diri anak.
4. Kesiapan finansial untuk menyiapkan materi belajar dan alat belajar
sendiri: Perlu menyiapkan uang untuk membeli buku atau alat belajar setiap
bulannya. Tapi kini sudah banyak tersedia materi belajar yang bisa diunduh
secara gratis.
5. Anak menjadi monoton: Membuat anak selalu penasaran akan hal baru,
menurut Matthews adalah salah satu tantangan terbesar orang tua ketika
menerapkan model homeschooling. Karena semuanya dibuat sesuai keinginan
anak. Matthews menyarankan agar orang tua atau fasilitator harus menyiptakan
metode belajar yang membangkitkan rasa ingin tahu anak. “Orang tua harus
selalu lebih up date dari anak-anak untuk memancing keinginan anak
mengeksplorasi.”

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki dampak negatif dan positif, begitu
Penegasan
juga dengan sistem pembelajaran online. Indonesia sudah mulai menerapkan ulang
sedikit demi sedikit sistem pembelajaran online, hal ini dilakukan untuk pencegahan pendapat
penyebaran virus covid-19,dan memberikan keluasan kepada seluruh pelajar
diindonesia untuk menikmati pendidikan dimana saja yang mereka suka, tetapi hal
tersebut juga berdampak negatif, diantaranya banyak para pelajar salah
mempergunakan waktu belajar online seperti halnya banyak kita temukan waktu
belajar online membuka facebook, instagram dan lain-lain, menggunakan waktu
belajarnya ini dengan hal-hal yang bisa dibilang kurang penting, dan itu bisa
merugikan diri kita sendiri, kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran
tersebut, sehingga banyak peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu
pembelajaran tersebut dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak adanya bimbingan oleh
orang yang ahli maka banyak siswa yang melakukan pembelajaran tersebut tidak
maksimal, apalagi kalau masih ada mahasiswa yang Gap tek, makanya dengan itu
diperlukan bimbingan dan pengarahan oleh pendidik.

Anda mungkin juga menyukai