Anda di halaman 1dari 14

JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.

2 No 2, November 2016

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21


(STUDI KASUS PADA PT GRAZINDO ASIA PERKASA
JAKARTA)

Oleh:
M. Setiadi Hartoko
Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 – 31904599

Email :tedi.hartoko@gmail.com

ABSTRAK

Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan
tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Metodelogi penulisan dengan
pengamatan langsung dan kepustakaan hingga wawancara. Perhitungan,
Penyetoran, pelaporan hingga pencatatan diselenggarakan sesuai UU Perpajakan
No. 36 Tahun 2008 dan untuk pencatatan sesuai dengan PSAK no 46.

Keywords : PPh Pasal 21, UU No 36 / 2008, Hitung – Setor - Lapor – Catat.

ABSTRACT

Tax is a compulsory contribution to a country owed by an individual or a coercive


body under the Act, By not reciprocating directly and used for the purposes of the
state for the greatest prosperity of the people. Research methodology with direct
observation and literature through interview. Calculation, Deposit, reporting
until recording is conducted in accordance with Taxation Law no. 36 of 2008 and
for listing in accordance with PSAK No. 46

Keywords : PPh Pasal 21, UU No 36 / 2008, Hitung – Setor - Lapor – Catat.

PENDAHULUAN langsung dan digunakan untuk


keperluan negara bagi sebesar-
Latar Belakang Masalah besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan suatu Pajak mempunyai peranan
kontribusi wajib kepada negara yang yang sangat penting dalam
terutang oleh orang pribadi atau kehidupan bernegara, khususnya di
badan yang bersifat memaksa dalam pelaksanaan pembangunan
berdasarkan Undang Undang, dengan karena pajak merupakan sumber
tidak mendapat timbal balik secara pendapatan negara untuk membiayai

34
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

semua pengeluaran termasuk yang terdiri dari berbagai sumber,


pengeluaran pembangunan. Agar antara lain:
negara dapat mengenakan pajak
kepada warganya atau kepada orang 1. Studi Kepustakaan (Library
pribadi atau badan lain yang bukan Research)
warganya, tetapi mempunyai
keterkaitan dengan negara tersebut, Yaitu dengan cara melakukan
tentu saja harus ada ketentuan- pengumpulan data-data dan
ketentuan yang mengaturnya. mempelajari berbagai bentuk bahan-
Untuk menciptakan sistem bahan tertulis seperti buku-buku
perpajakan, sebuah bangsa harus penunjang kajian, catatan-catatan,
membuat pilihan terkait distribusi media-media atau referensi lain yang
beban pajak – siapa yang akan berkaitan dengan jurnal ilmiah untuk
membayar pajak dan seberapa mendapatkan informasi mengenai
banyak mereka harus membayar – pajak penghasilan pasal 21.
dan bagaimana pajak yang telah
dipungut kemudian dibelanjakan. 2. Studi Lapangan (Field
Sistem perpajakan di Indonesia Research)
menganut sistem self assessment,
yakni dengan sistem tersebut Wajib Yaitu dengan cara mendatangi
Pajak diberikan kepercayaan untuk langsung perusahaan. Adapun
menghitung sendiri besarnya pajak kegiatan yang dilakukan adalah
yang terutang dalam suatu tahun sebagai berikut :
pajak. Laba usaha yang diterima oleh
badan usaha maupun perorangan 1. Pengamatan (Observation)
itulah yang akan dikenai Pajak 2. Wawancara (Interview)
Penghasilan (PPh). Namun, bagi
Wajib Pajak perorangan, sebelum
laba dikenakan pajak terlebih dahulu TINJAUAN PUSTAKA
dikurangkan dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) yang Pengertian Pajak
besarnya ditetapkan dan bergantung Pengertian pajak menurut
pada jumlah tanggungan beberapa ahli yang dikutip oleh
keluarganya. Wirawan B. Ilyas dan Richard
Berdasarkan uraian diatas, Burton (2013:6) dalam bukunya yang
maka dari itu penulis tertarik untuk berjudul Hukum Pajak: Teori,
mengambil judul “Pajak Analisis dan Perkembangannya,
Penghasilan Pasal 21” sebagai antara lain:
materi pembahasan pada Tugas
Akhir. 1. Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann,
pajak adalah prestasi yang
Metodologi Penulisan dipaksakan sepihak oleh terutang
Dalam jurnal ilmiah ini kepada penguasa (menurut norma-
penulis membutuhkan data-data yang norma yang ditetapkannya secara
berhubungan dengan kajian penulis umum), tanpa adanya kontra-
prestasi dan semata-mata

35
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

digunakan untuk menutup untuk membiayai berbagai


pengeluaran-pengeluaran umum. pengeluaran pemerintah (rutin dan
2. Menurut Prof. Dr. M. J. H. pembangunan) bagi kepentingan
Smeets, pajak adalah prestasi masyarakat umum.
kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan Fungsi Pajak
yang dapat dipaksakannya, tanpa Menurut Mardiasmo (2016:4)
adanya kontra-prestasi yang dapat dalam bukunya yang berjudul
ditunjukkan dalam hal yang Perpajakan, terdapat dua fungsi pajak
individual; maksudnya adalah yaitu:
untuk membiayai pengeluaran
pemerintahan. 1. Fungsi anggaran (budgetair)
3. Menurut Dr. Soeparman Pajak berfungsi sebagai salah satu
Soemahamdjaja, pajak adalah sumber dana bagi pemerintah
iuran wajib berupa uang atau untuk membiayai pengeluaran-
barang yang dipungut oleh pengeluarannya.
penguasa berdasarkan norma- 2. Fungsi mengatur (regulerend)
norma hukum, guna menutup Pajak berfungsi sebagai alat untuk
biaya produksi barang-barang dan mengatur atau melaksanakan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kebijaksanaan pemerintah dalam
kesejahteraan umum. bidang sosial dan ekonomi.
4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., Contoh:
pajak adalah iuran rakyat kepada a. Pajak yang tinggi dikenakan
kas negara berdasarkan undang- terhadap minuman keras untuk
undang (yang dapat dipaksakan) mengurangi konsumsi
dengan tiada mendapat jasa- minuman keras.
timbal (kontra-prestasi), yang b. Pajak yang tinggi dikenakan
langsung dapat ditunjukkan dan terhadap barang-barang mewah
yang digunakan untuk membayar untuk mengurangi gaya hidup
pengeluaran umum. konsumtif.

Dari empat pengertian pajak tersebut, Pengertian dan Kedudukan


dapat disimpulkan bahwa ada lima Hukum Pajak
unsur yang melekat dalam pengertian Menurut Prof. Dr. Rochmat
pajak, yaitu: Soemitro, S.H., yang dikutip oleh
Mardiasmo (2016:6) dalam bukunya
1. Pembayaran pajak harus yang berjudul Perpajakan, Hukum
berdasarkan undang-undang; Pajak mempunyai kedudukan
2. Sifatnya dapat dipaksakan; diantara hukum-hukum sebagai
3. Tidak ada kontra-prestasi berikut:
(imbalan) yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar pajak; 1. Hukum Perdata yaitu hukum yang
Pemungutan pajak dilakukan oleh mengatur hubungan antara satu
negara, oleh pemerintah pusat individu dengan individu lainnya.
maupun daerah (tidak boleh dipungut 2. Hukum Publik yaitu hukum yang
oleh swasta); dan Pajak digunakan mengatur hubungan antara

36
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

pemerintah dengan rakyatnya. Pembagian Hukum Pajak


Hukum publik ini terdiri dari: Menurut Nurdin Hidayat dan
Hukum Tata Negara, Hukum Tata Dedi Purwana (2017:19) dalam
Usaha (Hukum Administrasi), bukunya yang berjudul Perpajakan:
Hukum Pajak dan Hukum Pidana. Teori dan Prakti, Hukum pajak yang
mengatur hubungan antara
Dengan demikian dapat kita pemerintah selaku pemungut pajak
ketahui bahwa kedudukan hukum dengan rakyat sebagai wajib pajak,
pajak merupakan bagian dari hukum terbagi dalam 2 (dua) macam hukum
publik. Bila didefinisikan hukum pajak yaitu:
pajak adalah kumpulan peraturan
yang mengatur hubungan antara 1. Hukum Pajak Materiil yaitu
pemerintah dengan rakyat atau wajib hukum pajak yang mengatur
pajak. Pemerintah sebagai pemungut norma-norma tentang keadaan,
pajak dan wajib pajak atau rakyat perbuatan dan peristiwa sebagai
sebagai pembayar pajak. Hukum objek pajak terkait dengan siapa
pajak sering juga disebut dengan yang menjadi subjek, besar pajak
hukum fiskal. Dari kata fiskal dan atau tarif pajak, serta sesuatu
tersebut maka pihak pemerintah tentang timbul atau hapusnya
sebagai pemungut dan utang pajak. Contohnya UU Pajak
mengadministrasikan pajak disebut Penghasilan dan UU Pajak
sebagai aparat pajak atau fiskus. Pertambahan Nilai.
Hal-hal yang diatur dalam 2. Hukum Pajak Formil yaitu hukum
hukum pajak antara lain meliputi: pajak yang memuat tata cara
siapa subyek pajak atau wajib pajak, untuk mewujudkan hukum pajak
apa kewajiban wajib pajak, apa hak materiil menjadi. Contohnya
negara/ pemerintah, apa objek yang Ketentuan Umum dan Tata Cara
dikenakan pajak, berapa tarifnya, Perpajakan.
bagaimana cara penagihan pajaknya,
apa sanksi bila tidak memenuhi Cara Pemungutan Pajak
kewajiban dan lain-lain. Menurut Mardiasmo (2016:8),
Hukum pajak menganut pemungutan pajak dapat dilakukan
“paham imperatif“ yang artinya berdasarkan 3 (tiga) stelsel, yaitu
bahwa pelaksanaan pemungutan stelsel nyata, stelsel anggapan dan
pajak tidak dapat ditunda. Misalnya stelsel campuran. Berikut
terjadi pengajuan keberatan terhadap penjelasannya mengenai tiga stelsel
pajak yang telah ditetapkan oleh tersebut:
pemerintah, sebelum ada keputusan 1. Stelsel Nyata (riel stelsel)
dari Direktur Jenderal Pajak tentang Pengenaan pajak didasarkan pada
keberatan tersebut diterima, maka objek (penghasilan yang nyata),
wajib pajak yang mengajukan sehingga pemungutannya baru
keberatan terlebih dahulu membayar dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak sesuai dengan yang telah pajak, yakni setelah penghasilan
ditetapkan. yang sesungguhnya telah dapat
diketahui. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih

37
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

realistis. Kelemahannya adalah 1. Menurut golongannya


pajak baru dapat dikenakan pada a. Pajak Langsung, yaitu pajak
akhir periode (setelah penghasilan yang harus ditanggung sendiri
riil diketahui). oleh wajib pajak dan tidak
2. Stelsel Anggapan (fictive stelsel) dapat dibebankan atau
Pengenaan pajak didasarkan pada dilimpahkan kepada orang lain
suatu anggapan yang diatur oleh (contohnya PPh dan PBB).
Undang Undang. Misalnya, b. Pajak Tidak Langsung, yaitu
penghasilan suatu tahun dianggap pajak yang pada akhirnya dapat
sama dengan tahun sebelumnya dibebankan atau dilimpahkan
sehingga pada awal tahun pajak kepada orang lain (contohnya
telah dapat ditetapkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai/
pajak yang terutang untuk tahun PPN).
pajak berjalan. Kelebihan stelsel
ini adalah pajak yang dibayar 2. Menurut Sifatnya
selama tahun berjalan, tanpa harus a. Pajak subjektif, yaitu pajak
menunggu akhir tahun. yang berpangkal atau
Kelemahannya adalah pajak yang berdasarkan pada subjeknya
dibayar tidak berdasarkan pada (orangnya) yaitu
keadaan yang sesungguhnya. memperhatikan keadaan Wajib
3. Stelsel Campuran Pajak (contohnya Pajak
Stelsel ini merupakan kombinasi Penghasilan/ PPh).
antara stelsel nyata dan stelsel b. Pajak Objektif, yaitu pajak
anggapan. Pada awal tahun, yang berpangkal dan
besarnya pajak dihitung menitikberatkan pada objeknya
berdasarkan suatu anggapan, dan lebih tidak memperhatikan
kemudian pada akhirnya tahun subjeknya (contohnya Pajak
besarnya pajak disesuaikan Bumi dan Bangunan/ PBB,
dengan keadaan yang sebenarnya. Pajak kendaraan, dan Pajak
Apabila besarnya pajak menurut Penghasilan/ PPh).
kenyataan lebih besar daripada
pajak menurut anggapan, maka 3. Menurut Lembaga Pemungutnya
Wajib Pajak harus menambah a. Pajak Pusat/ Pajak Negara,
kekurangannya. Sebaliknya, yaitu pajak yang berwenang
apabila lebih kecil maka melakukan pemungutan adalah
kelebihannya dapat diminta pemerintah pusat. Dalam pajak
kembali. ini terdiri dari: Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak
Jenis Pajak Pertambahan Nilai (PPN, dan
Menurut Wahono (2013:6), Pajak Penjualan Atas Barang
pajak dapat dikelompokkan menurut Mewah (PPnBM), Bea
golongan, sifat dan lembaga Materai, Pajak Bumi dan
pemungutnya, yakni adalah sebagai Bangunan (PBB), Sektor
berikut: Perhutanan, Perkebunan, dan
Pertambangan

38
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang adalah wewenang untuk


dipungut oleh pemerintah menentukan besarnya pajak
daerah, dibagi menjadi dua terutang ada pada Wajib Pajak
(UU No 28 Tahun 2009) yaitu: sendiri; Wajib Pajak aktif, mulai
1) Pajak Provinsi, terdiri atas: dari menghitung, menyetor, dan
pajak kendaraan bermotor, melaporkan sendiri pajak yang
bea balik nama kendaraan terutang; fiskus tidak ikut campur
bermotor, pajak bahan dan hanya mengawasi.
bakar kendaraan bermotor, c. Withholding Tax System
pajak air permukaan dan Adalah suatu sistem pemungutan
pajak rokok. pajak yang memberi wewenang
2) Pajak Kabupaten/Kota, kepada pihak ketiga (bukan fiskus
terdiri atas: Pajak Hotel, dan bukan wajib pajak yang
Restoran, Hiburan, bersangkutan). Ciri-cirinya adalah
reklame, penerangan jalan, wewenang memotong atau
mineral bukan logam dan memungut pajak yang terutang
batuan, parker, air tanah, ada pada pihak ketiga, pihak
sarang burung wallet, PBB selain fiskus dan Wajib Pajak.
pedesaan dan perkotaan,
dan bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan Pajak Penghasilan
(BPHTB) Menurut Nurdin Hidayat dan
Dedi Purwana (2017:73), Undang-
Sistem Pemungutan Pajak Undang Pajak Penghasilan terbaru
Sistem pemungutan pajak diatur melalui Undang-Undang (UU)
menurut Mardiasmo (2016:9), Perpajakan No. 36 Tahun 2008.
terbagi menjadi tiga cara, yaitu: Dalam UU tersebut diatur pajak atas
penghasilan yang diterima atau
a. Official Assesment System diperoleh orang pribadi maupun
Adalah suatu sistem pemungutan badan. UU ini juga mengatur subjek
yang memberi wewenang kepada pajak, objek pajak serta cara
pemerintah (fiskus) untuk menghitung dan melunasi pajak yang
menentukan besarnya pajak yang terutang. Selain itu juga memberikan
terutang oleh wajib pajak. fasilitas kemudahan dan keringanan
Cirinya-cirinya adalah wewenang bagi Wajib Pajak dalam
untuk menentukan besarnya pajak melaksanakan kewajiban perpajakan.
terutang ada pada fiskus; Wajib UU Pajak Penghasilan (PPh) ini
Pajak bersifat pasif; utang pajak menganut asas materiil, artinya
timbul setelah dikeluarkan surat penentuan pajak yang terutang tidak
ketetapan pajak oleh fiskus. tergantung kepada Surat Ketetapan
b. Self Assesment System Pajak (SKP).
Adalah suatu sistem pemungutan Pajak penghasilan sebagaimana
pajak yang memberi wewenang telah diuraikan, dikenakan terhadap
kepada Wajib Pajak untuk subjek pajak atas penghasilan yang
menentukan sendiri besarnya diterima dalam tahun pajak. Adapun
pajak yang terutang. Ciri-cirinya

39
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

yang menjadi subjek dari pajak b. Dalam hal tertentu, yang tidak
penghasilan adalah: termasuk subjek pajak dari badan
a. orang pribadi; pemerintah yang harus memenuhi
b. warisan yang belum terbagi kriteria antara lain: (1) dibentuk
sebagai satu kesatuan yang berdasarkan peraturan perundang-
berhak; undangan yang berlaku; (2)
c. badan seperti PT, Firma, CV, dibiayai dengan dana yang
Perseroan, BUMN, BUMD bersumber dari APBN atau
dengan nama dan bentuk apapun; APBD; (3) penerimaan lembaga
dan dimasukkan dalam anggaran
d. Badan Usaha Tetap. Pemerintahan Pusat atau Daerah;
dan (4) pembukuannya diperiksa
Selanjutnya subjek pajak oleh aparat pengawasan
dibedakan menjadi: fungsional negara.
a. Subjek pajak dalam negeri yaitu c. Subjek pajak luar negeri yaitu (1)
(1) orang pribadi yang bertempat orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia atau berada di bertempat tinggal di Indonesia;
Indonesia lebih dari 183 hari (2) orang pribadi yang berada di
dalam jangka waktu 12 bulan; (2) Indonesia tidak lebih dari 183 hari
orang pribadi yang dalam suatu dalam jangka waktu 12 bulan; (3)
pajak berada di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan
mempunyai niat untuk bertempat tidak bertempat kedudukan di
tinggal di Indonesia; (3) warisan Indonesia, yang menjalankan
yang belum terbagi sebagai satu suatu usaha atau melakukan
kesatuan, menggantikan yang kegiatan melalui bentuk usaha
berhak; dan (4) badan yang tetap di Indonesia; (4) orang
didirikan atau bertempat pribadi yang tidak bertempat
kedudukan di Indonesia. tinggal di Indonesia; (5) orang
Pengertian badan adalah pribadi yang berada di Indonesia
sekumpulan orang dan atau modal tidak lebih dari 183 hari dalam
yang merupakan kesatuan, baik jangka waktu 12 bulan; dan (6)
yang melakukan usaha maupun badan yang tidak didirikan dan
tidak melakukan usaha, yang tidak bertempat kedudukan di
meliputi perseroan terbatas, Indonesia yang dapat menerima
perseroan komanditer, perseroan atau memperoleh penghasilan dari
lainnya, Badan Usaha Milik Indonesia bukan dari menjalankan
Negara atau Daerah dengan nama usaha atau melakukan kegaiatan
dan dalam bentuk apapun, firma, melalui bentuk usaha tetap di
kongsi, koperasi, dana pension, Indonesia.
persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, Pajak Penghasilan Pasal 21
organisasi sosial politik , atau “Pajak penghasilan pasal 21
organisasi yang sejenis, lembaga, adalah pajak atas penghasilan berupa
bentuk usaha tetap, dan bentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan
badan lainnya termasuk dan pembayaran lain yang diterima
reksadana. atau diperoleh Wajib Pajak orang

40
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

pribadi dalam negeri sehubungan berjudul Perpajakan Indonesia, cara


dengan pekerjaan atau jabatan, jasa perhitungan pajak penghasilan pasal
dan kegiatan usaha”. Supramoto dan 21 sama dengan menghitung pajak
Theresia Woro Damayanti (2015:76) penghasilan umum. Tetapi
Subjek pajak PPh pasal 21 pengurangan selain PTKP, juga
adalah setiap penerima penghasilan termasuk di dalamnya biaya jabatan,
yang dipotong PPh pasal 21 terdiri biaya pensiun dan iuran pensiun.
dari pegawai tetap, pegawai lepas, Selain itu tarif yang digunakan juga
penerima pensiun, penerima bervariasi.
honorarium dan penerima upah serta Tarif berdasarkan pasal 17 UU
orang pribadi lainnya yang menerima PPh, diterapkan atas Penghasilan
atau memperoleh penghasilan Kena Pajak dari:
sehubungan dengan pekerjaan, jasa a. Pegawai tetap;
dan kegiatan dari pemotong pajak. b. Penerima pension berkala;
Pegawai adalah setiap orang c. Pegawai tidak tetap yang
pribadi, yang melakukan pekerjaan penghasilannya dibayar secara
berdasarkan suatu perjanjian atau bulanan atau jumlah kumulatif
kesepakatan kerja baik tertulis prnghasilan yang diterima dalam
maupun tidak tertulis, termasuk yang 1 (satu) bulan kalender telah
melakukan pekerjaan dalam jabatan melebihi Rp3.000.000,00 (tiga
negeri atau badan usaha milik negara juta rupiah; dan
dan badan usaha milik daerah. d. Bukan pegawai yang menerima
Pegawai dapat dibedakan menjadi imbalan yang bersifat
dua, yaitu: berkesinambungan.
a. Pegawai tetap adalah orang
pribadi yang bekerja pada Perhitungan PPh Pasal 21 atas
pemberi kerja yang menerima penghasilan teratur dan tidak teratur
atau memperoleh gaji dalam bagi pegawai tetap, antara lain:
jumlah tertentu secara berkala,
termasuk di dalamnya adalah 5. Perhitungan PPh Pasal 21 atas
anggota dewan komisaris dan Penghasilan Teratur Bagi Pegawai
anggota dewan pengawas yang Tetap
secara teratur terus-menerus ikut Untuk menghitung PPh
mengelola kegiatan perusahaan Pasal 21 atas penghasilan pegawai
secara langsung. tetap, terlebih dahulu dihitung
b. Pegawai lepas adalah orang seluruh penghasilan bruto yang
pribadi yang bekerja pada diterima atau diperoleh selama
pemberi kerja yang hanya sebulan, meliputi seluruh gaji,
menerima imbalan apabila orang segala jenis tunjangan dan
pribadi yang bersangkutan pembayaran teratur lainnya,
bekerja. termasuk uang lembur (overtime)
dan pembayaran sejenisnya.
Perhitungan Pajak Penghasilan Untuk perusahaan yang masuk
Pasal 21 program BPJS Ketenagakerjaan,
Menurut Diaz Priantara Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
(2016:84) dalam bukunya yang (JKK), Premi Jaminan Kematian

41
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

(JK), Premi Jaminan Hari Tua tantiem, jasa produksi, dan


(JHT), dan Premi Jaminan sebagainya.
Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
yang dibayar oleh perusahaan Tarif pajak yang digunakan
merupakan penghasilan bagi sebagai tarif atas penghasilan yang
pegawai. Selanjutnya dihitung terutang pajak penghasilan pasal 21,
jumlah penghasilan neto sebulan yaitu tarif pajak sebagaimana diatur
yang diperoleh dengan cara dalam pasal 17 ayat 1 Undang-
mengurangi penghasilan bruto undang Perpajakan, kecuali
sebulan dengan biaya jabatan, ditetapkan lain dengan peraturan
serta iuran pension dan iuran pemerintah.
Jaminan Hari Tua yang dibayar Berikut ini adalah lapisan tarif
sendiri oleh pegawai yang perhitungan PPh Pasal 21, antara
bersangkutan melalui pemberi lain:
kerja kepada BPJS Tabel 2.4.2.1
Ketenagakerjaan. Tarif Pajak Secara Umum

6. Perhitungan PPh Pasal 21 atas


Penghasilan Tidak Teratur Bagi
Pegawai Tetap

Apabila kepada pegawai


tatap diberikan jasa produksi, Tarif pajak terhadap wajib
tantiem, gratifikasi, bonus, premi, pajak yang tidak memiliki Nomor
tunjangan hari raya, dan Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih
penghasilan lain semacam itu tinggi menjadi 20% dari tarif yang
yang sifatnya tidak tetap dan diterapkan atas wajib pajak yang
biasanya dibayarkan sekali memiliki NPWP.
setahun, maka PPh Pasal 21 Untuk menghitung Wajib Pajak
dihitung dan dipotong dengan Orang Pribadi sebagaimana diatur
cara sebagai berikut: dalam UU PPh pasal 17, yaitu
a. Dihitung PPh Pasal 21 atas digunakan rumus sebagai berikut:
penghasilan teratur yang
disetahunkan ditambah dengan
penghasilan tidak teratur
berupa tantiem, jasa produksi,
dan sebagainya.
b. Dihitung PPh Pasal 21 atas Penyetoran PPh Pasal 21
penghasilan teratur tanpa Ada beberapa ketentuan dalam
tantiem, jasa produksi, dan tata cara penyetoran PPh Pasal 21
sebagainya. yang dikutip dalam Buku Bijak oleh
c. Selisih antara PPh Pasal 21 Kementerian Keuangan Republik
menurut penghitungan huruf a Indonesia, antara lain:
dan b adalah PPh Pasal 21 atas
penghasilan teratur tanpa a. Pembayaran dan penyetoran PPh
dilakukan ke Kas Negara melalui:

42
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

1) layanan pada loket/ teller (over 3) dokumen elektronik, untuk


the counter); dan/atau pembayaran/penyetoran
2) layanan dengan menggunakan melalui internet banking; dan
sistem elektronik lainnya pada 4) teraan BPN pada SSP, untuk
Bank Persepsi atau Pos pembayaran melalui teller
Persepsi. Bank/Pos Persepsi dengan
Bank Persepsi adalah bank menggunakan SSP.
umum yang ditunjuk oleh d. SSP atau sarana administrasi lain
Menteri Keuangan untuk yang dipersamakan dengan SSP
menerima setoran penerimaan tersebut dinyatakan sah apabila
negara bukan dalam rangka telah divalidasi dengan Nomor
impor, meliputi penerimaan Transaksi Penerimaan Negara
pajak, cukai dalam negeri, dan (NTPN)
penerimaan bukan pajak. Pos
Persepsi adalah kantor pos Pajak penghasilan pasal 21
yang ditunjuk Menteri yang dipotong oleh pemotong,
Keuangan untuk menerima disetorkan dengan kode akun pajak
setoran penerimaan negara. 411125 dan kode jenis setoran 100,
b. Pembayaran dan penyetoran PPh dengan tanggal jatuh tempo
dilakukan dengan Surat Setoran penyetoran paling lama tanggal 10
Pajak (SSP) atau sarana (sepuluh) bulan berikutnya setelah
administrasi lain yang disamakan Masa Pajak berakhir. Dalam hal
dengan SSP, yaitu dilakukan tanggal jatuh tempo penyetoran atau
melalui sistem pembayaran secara batas akhir pelaporan PPh Pasal 21
elektronik dengan menggunakan bertepatan dengan hari libur
Kode Billing di teller bank/pos termasuk hari Sabtu atau hari libur
persepsi, anjungan tunai mandiri nasional, penyetoran dapat dilakukan
(ATM), internet banking, atau pada hari kerja berikutnya.
EDC. Menurut Pasal 9 Ayat 2a
e. Wajib Pajak yang melakukan apabila pembayaran pajak
pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Ayat
dengan sistem pembayaran pajak (1), yang dilakukan setelah tanggal
secara elektronik tersebut jatuh tempo pembayaran atas
diberikan Bukti Penerimaan penyetoran pajak dikenai sanksi
Negara (BPN) sebagai bukti administrasi berupa bunga sebesar
setoran. BPN diterbitkan dalam 2% (dua persen) per bulan dihitung
bentuk: dari tanggal jatuh tempo pembayaran
1) dokumen bukti pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
yang diterbitkan Bank/Pos dan bagian dari bulan dihitung penuh
Persepsi, untuk 1 (satu) bulan.
pembayaran/penyetoran
melalui teller dengan Kode Pelaporan PPh Pasal 21
Billing; Menurut Waluyo (2013:79),
2) struk bukti transaksi, untuk pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
pembayaran melalui ATM dan 21 hanya menggunakan Surat
EDC; Pemberitahuan (SPT) Masa PPh 21

43
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

yang diisi dengan benar, lengkap dan


jelas di mana jumlah pajak
penghasilan harus sesuai dengan
jumlah yang terutang di dalam Surat
Setoran Pajak (SSP) yang telah
disetor, kemudian SPT tersebut
8. Jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh
ditandatangani oleh Manajer
pemberi kerja
Keuangan dengan melampirkan SPT
yang telah di cap dinas terkait dan
SSP yang telah di cap oleh Bank
yang telah ditunjuk serta
melampirkan daftar bukti
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21.
Menteri Keuangan menentukan
tanggal jatuh tempo penyetoran pajak
yang terutang untuk masa pajak bagi
masing-masing jenis pajak paling
lambat tanggal 20 (dua puluh) hari
setelah akhir masa pajak.

Pencatatan PPh Pasal 21 PEMBAHASAN


Dalam buku yang dikutip oleh
Karianto Tampubolon (2017:56), Perhitungan pajak penghasilan
setelah melakukan perhitungan, pasal 21 yaitu dengan menerapkan
penyetoran dan pelaporan pajak tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU
PPh atas jumlah upah bruto yang di
penghasilan pasal 21, selanjutnya setahunkan setelah dikurangi PTKP,
perusahaan melakukan pencatatan dan PPh Pasal 21 yang harus
akuntansi atau jurnal. Junal dipotong adalah sebesar PPh Pasal
digunakan untuk mencatat transaksi- 21 hasil perhitungan tersebut dibagi
transaksi yang dilakukan oleh 12.
perusahaan. Ayat jurnal yang Berikut adalah Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut
dimaksud adalah sebagai berikut:
Peraturan Menteri Keuangan, antara
7. Jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh lain:
penerima penghasilan. Tabel 4.1.1
Tarif PTKP menurut PMK

44
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

Berikut ini contoh perhitungan Dari perhitungan di atas dapat


PPh Pasal 21 yang dilakukan pada dilihat bahwa Wajib Pajak memiliki
PT Grazindo Asia Perkasa dengan utang PPh Pasal 21 bulan Januari
menggunakan Tarif PTKP PMK 2016 dan harus melakukan
Nomor 122/PMK.010/2015, antara penyetoran dan pelaporan sesuai
lain: dengan cara penyetoran dan
pelaporan pajak penghasilan pasal
1. Perhitungan PPh Pasal 21 21.
Direktur PT GAP Dibawah ini adalah rekapan
Seorang Direktur di PT Grazindo penggajian PT Grazindo Asia
Asia Perkasa menerima gaji pada Perkasa bulan Januari 2016:
bulan Januari 2016 sebesar
Rp3.441.900,-. Adapun status Tabel 4.1.2
Rekapan Gaji Karyawan Januari 2016
Direktur adalah Tidak Kawin dan
tidak memiliki tanggungan
(TK/0).

Penyetoran Pajak Penghasilan


Pasal 21
2. Perhitungan PPh Pasal 21 Dalam penyetoran PPh Pasal
Sekretaris PT GAP 21 bulan Januari 2016, PT Grazindo
Seorang Sekretaris di PT Asia Perkasa sebagai pemotong
Grazindo Asia Perkasa menerima pajak juga sebagai penyetor pajak
gaji pada bulan Januari 2016 karyawan, yang artinya PPh Pasal 21
sebesar Rp4.774.900,-. Adapun ini ditanggung oleh perusahaan. Pada
status Direktur adalah Tidak saat hendak melakukan penyetoran
Kawin dan tidak memiliki pajak, perusahaan mengisi Surat
tanggungan (TK/0). Setoran Pajak (SSP) terlebih dahulu
secara online dengan menggunakan
online ebilling yang terdiri dari
rincian atas PPh Pasal 21. Adapun
data-data yang diperlukan untuk
mengisi SSP adalah sebagai berikut:

1. NPWP Wajib Pajak


NPWP diisi dengan NPWP PT
Grazindo Asia Perkasa, yaitu
02.429.479.5-412.000
2. Nama dan Alamat Wajib Pajak

45
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

Nama diisi dengan nama perusahaan undang Ketentuan Umum dan Tata
yaitu PT Grazindo Asia Perkasa dan Cara Perpajakan (KUP), WP
alamat diisi dengan alamat menggunakan Surat Pemberitahuan
perusahaan yang tercantum dalam (SPT) sebagai suatu sarana untuk
Surat Keterangan Terdaftar (SKT) melaporkan dan
3. Kode Akun Pajak dan Kode Jenis mempertanggungjawabkan
Setoran penghitungan jumlah pajak yang
Untuk PPh Pasal 21 menggunakan terutang.
kode jenis pajak 411121 dan kode PT Grazindo Asia Perkasa
jenis setoran 100 melakukan pelaporan pajak dengan
4. Masa dan Tahun Pembayaran melampirkan dokumen sebagai
Pajak berikut:
Untuk masa pajak yaitu bulan
Januari maka diisi 0101 dan tahun a. Bukti setoran pajak melalui kantor
pajak adalah2016 pos
5. Jumlah Setoran b. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Jumlah setoran diisi sesuai dengan Januari 2016
jumlah terutang pajak penghasilan
pasal 21 Pada saat dilaporkan,
6. ID Biliing dokumen-dokumen tersebut yakni
ID Billing diisi dengan kode yang telah ditandatangani oleh
billing yang telah didapatkan Manajer Keuangan, dan telah
melalui online billing melakukan proses verifikasi
perhitungan oleh bagian pajak.
Setelah membuat SSP, Pelaporan pajak disampaikan
perusahaan melakukan setoran ke ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
Bank atau Kantor Pos yang telah mana WP terdaftar dengan
ditunjuk dan dianggap sah setelah melampirkan SPT masa PPh 21 yaitu
mendapatkan validasi NTPN (Nomor formulir 1721 yang telah diisi
Transaksi Penerimaan Negara) dari dengan data-data perusahaan, dan
Bank atau Kantor Pos. gaji karyawan.
Dalam proses penyetoran PPh
Pasal 21, PT Grazindo Asia Perkasa Pencatatan Pajak Penghasilan
telah melakukan sesuai dengan Pasal 21
prosedur dan membayarkan PT Grazindo Asia Perkasa
kewajiban pajak terutangnya karena yang melakukan pemotongan serta
perusahaan telah menyetorkan penyetoran PPh pasal 21, maka
pajaknya di bawah tanggal 10 bulan terdapat dua jurnal yang harus
berikutnya. dilakukan perusahaan, yakni pada
saat penggajian dan pada saat
Pelaporan Pajak Penghasilan penyetoran pajak penghasilan pasal
Pasal 21 21.
Tahapan ketiga dalam Siklus PT Grazindo Asia Perkasa
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak menanggung pajak yang dipotong
(WP) adalah Pelaporan Pajak. dari gaji karyawan.
Sebagaimana diatur dalam Undang-

46
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol. 2 No 2, November 2016

Peraturan Terkini, Yogyakarta:


ANDI, 2014

Direktorat Jenderal Pajak, Buku


Bijak: Pedoman Pelaksanaan
Kewajiban Pajak Penghasilan
Wajib Pajak, Jakarta: DJP,
2015

PENUTUP Hidayat, Nurdin., dan Dedi Purwana,


Perpajakan: Teori dan Praktik,
Kesimpulan Jakarta: Rajawali Pers, 2017
Adapun kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat penulis Ilyas, Wirawan ,B., dan Richard
antara lain: Burton, Hukum Pajak: Teori,
Analisis dan
1. Perhitungan pajak penghasilan Perkembangannya, Jakarta:
pasal 21 di PT Grazindo Asia Salemba, 2013
Perkasa sudah sesuai dengan tarif
yang berlaku sesuai Peraturan Mardiasmo, Perpajakan, Edisi
Menteri Keuangan. Terbaru 2016, Yogyakarta:
2. Penyetoran pajak penghasilan ANDI, 2016
pasal 21 di PT Grazindo Asia
Perkasa telah mengikuti tata cara Priantara, Diaz, Perpajakan
yang diberlakukan dalam prosedur Indonesia (Pembahasan
penyetoran pajak penghasilan Lengkap & Terkini disertai CD
pasal 21. Praktikum) Edisi 3, Jakarta:
3. Pelaporan pajak penghasilan pasal Mitra Wacana Media, 2016
21 di PT Grazindo Asia Perkasa
dilakukan sesuai Peraturan Dirjen Supramono, dan Theresia Woro
Pajak Nomor PER-16/PJ/2016. Damayanti, Perpajakan
Pencatatan pajak penghasilan Indonesia, Yogyakarta: ANDI,
pasal 21 di PT Grazindo Asia 2016
Perkasa sesuai dengan jurnal yang
telah ditetapkan pada PSAK 46. Tampubolon, Karianto, Akuntansi
Perpajakan dan Cara
Menghadapi Pemeriksaan
Pajak, Jakarta: Indeks, 2017
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Perpajakan Indonesia,
Diana, Anastasia., dan Lilis
Jakarta: Salemba Empat, 2013
Setiawati, Perpajakan dan

47

Anda mungkin juga menyukai