Dosen
Kelas
:A
: 2013200302
Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Dengan adanya tugas
penulisan makalah ini maka penulis mendapatkan hal-hal positif yang salah satunya
adalah mengetahui lebih lanjut mengenai PENGANTAR HUKUM PERPAJAKAN.
Penulis menyadari didalam pembuatan atau penyelesaian makalah ini tak terlepas dari
bantuan pihak-pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, terutama kepada dosen pengajar yaitu Bapak Dr. Oyok Abuyamin Bin H.
Abas Z, S.H., M.H., M.Si yang telah berkenan mengajari dan membimbing kami para
mahasiswa/i.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisan. Namun dengan demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan serta sarana yang ada
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Semoga saja dengan
diselesaikannya makalah ini maka dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca.
Terima kasih.
Bandung, 20 Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah
Manfaat Makalah
BAB IV PENUTUP
Penutup
16
Daftar Pustaka
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, pemungutan pajak di Indonesia harus berdasarkan Undang-Undang, tidak
boleh dilakukan dengan sewenangwenang. Dasar pemungutan pajak ditetapkan dalam
Pasal 23 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1946 yang berbunyi .Segala Pajak untuk
keperluan negara berdasarkan Undang-Undang.
Alinea keenam memori penjelasan menyatakan bahwa .Oleh karena penetapan
belanja mengenai hak Rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan
yang menempatkan beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan lain-lainnya, harus
ditetapkan dengan Undang-Undang yaitu dengan persetujuan DPR. Tanggung jawab atas
kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan
berada pada masyarakat wajib pajak sendiri. Pemungutan pajak merupakan perwujudan
dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.
Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan tersebut, sudah sepantasnya apabila
masyarakat dan aparat perpajakan mengerti peraturan perundang-undangan perpajakan,
sehingga masyarakat Wajib Pajak mengerti dan sadar serta patuh melaksanakan
kewajiban perpajakannya, aparat pajak mampu membina, meneliti dan mengawasi
pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Aparatur pajak sebagai pembina, peneliti dan pengawas dan penerap sanksi perpajakan
dituntut lebih mengerti dan memahami serta menguasai Hukum Pajak, agar dalam
pelaksanaan tugasnya berjalan dengan baik, menjamin kepastian hukum kepada para
Wajib Pajak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
Dapat memahami dengan jelas mengenai hukum perpajakan, apa saja asas-asas
hukum perpajakan, bagaimana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata
cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan pungutan paksa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap wajib
pajak. Pajak merupakan iuran wajib kepada negara berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapat balas jasa kembali secara langsung. Kenapa pajak merupakan pungutan
wajib atau pungutan paksa, dan apabila wajib pajak tidak membayar pajak maka akan
mendapatkan sanksi pidana?. Hal tersebut dikarenakan kelangsungan hidup negara
memerlukan biaya, biaya yang sangat besar. Biaya hidup negara diantaranya adalah untuk
kelangsungan alat-alat negara, lembaga negara dan gaji pegawai negeri yang semuanya
itu harus dibiayai dari penghasilan negara. Sedangkan penghasilan negara berasal dari
masyarakat melalui pungutan pajak dan/atau hasil kekayaan alam yang terkandung di
dalam negara. Penghasilan tersebut untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya
juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan dan
kesejahteraan rakyat. Jadi nyata disini bahwa kepentingan masyarakat dibiayai dengan
pajak.
Adapun yang dimaksud Hukum Pajak adalah himpunan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah dan wajib-wajib pajak dan antara lain mengatur
siapa-siapa dalam hal apa dikenakan pajak (obyek pajak), timbulnya kewajiban pajak,
cara pemungutannya dan cara penagihannya. Dalam Pasal 23 UUD 45 ditegaskan bahwa
segala pemungutan pajak untuk keperluan negara harus ditetapkan dengan undangundang, artinya pajak dipungut oleh pemerintah terhadap wajib pajak berdasarkan
hukum. Jadi pajak tidak boleh dipungut atau dikenakan secara sewenang-wenang oleh
pemerintah terhadap subyek pajak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hukum Perpajakan
Hukum pajak, yang disebut juga hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peratiranperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang
dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan antara
negara dengan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar
pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak). (R. Santoso Brotodihardho, 1993:1).
Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan kata
lain, hukum pajak menerangkan: siapa-siapa pemerintah, hak-hak pemerintah, obyekobyek apa yang dikenakan pajak, timbul dan hapusnya hutang pajak, cara penagihan,
cara mengajuka keberatan-keberatan dan sebagainya. (Rochmat Soemitro,1979:2425)
Kedudukan hukum pajak diatur dalam hukum publik yakni mengatur hubunganhubungan pemerintah dengan rakyat. Hukum pajak dibedakan atas hukum pajak
materil dan hukum pajak formil, yakni:
1)
pajak, dan siapa-siapa yang dikecualikan dengan pajak dan berapa harus membayar.
2)
pajak materil menjadi kenyataan. Hukum formil memuat tata cara penyelenggaraan
dan ketetapan utang pajak, wewenang fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap
para WP mengenai perbuatan, kewajiban membayar bayar, penagihan pajak, dan
prosedur mengajukan keberatan atau banding.
Selain itu hukum pajak juga memuat hubungan-hubungan dengan hukum lainnya
yakni hukum pidana dan hukum perdata. Hubungan hukum perdata dengan hukm
7
pajak yakni mengatur hubungan antar orang-orang pribadi. Hukum pajak mencari
dasar kemungkinan pemugnutannya atas kejadian-kejadian atau perbuatan-perbuatan
hukum yang bergerak di lingkungan hukum perdata, seperti pendapatan, kekayaan,
perjanjian, penyerahan dan pemindahan hak warisan. Pengaruh hukum pajak terhadap
hukum perdata sangat besar. Melainkan suatu ajaran disuatu hukum yang
menyatakan bahwa lex specialis derogate lex generale, yaitu hukum yang khusus
menyimpangkan hukum yang umum. (Santoso Brotodihardjo, 1993:11-12).
Sedangkan hubungan hukum pajak dengan hukum pidana merupakan bagian dari
hukum publik. Hukum pidana mengatur hukum antara pemerintah dengan
masyarakatnya sehubungan dengan masalah tindak pidana. Ketentuan pidana dan
penyidikan dalam UU Perpajakn yang hubungannya diatur oleh ketetuan KUHP pasal
38, 39, 39a, dan 44 UU. No.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
pajak menjadi UU hak itu berarti pungutan pajak sudah disetujui oleh rakyat. (Rochmat
Soemitro, 1990:8).
Akan tetapi terjadi reformasi (pembaharuan) dasar hukum pemungutan pajak di
Indonesia pada tahun 1983, yajini dasar hukumnya adalah:
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 tahun 2007,
UU No. 16 tahun 2009 tebtang penetapan peraturan pemerintah pegganti UU No. 5
tahun 2008, tentang perubahan keempat atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP
menjadi UU.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh 1984),
(PDRD).
Undang-undang No. 19 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
(PDRD).
Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang penagihan pajan dengan surat paksa
10
tahun2008 ialah:
1. Tarif Pajak Penghasilan WP Orang Pribadi
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi: wajib pajak orang
pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan penghasilan kena pajak
Tarif pajak
= Rp. 2.500.000,00
= Rp. 30.000.000,00
= Rp. 62.500.000,00
11
30 % x Rp. 100.000.000,00
= Rp. 30.000.000,00 +
Rp. 125.000.000,00
Tarif PPh WP orang pribadi dapat dirubah dengan peraturan pemerintah. Tarif
tertinggi sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 (1) huruf a UU PPh dapat di
2. Tarif pajak Penghasilan WP Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 28%
Tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal Pasal 17 (1) huruf b UU PPh menjadi
25% yang mulai berlaku pada sejak tahun 2010, (Pasal 17 (2a) UU No. 36 tahun
2008)
Tarif PPh WP Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka dapat
memperoleh tarif 5% lebih rendah wajib pajak Badan Dalam Negeri yang
berbentuk perseroan terbuka
yang disetor di Bursa Efek Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah
Pasal 17 (2b) UU No. 36 tahun 2008.
3. Penghasilan Kena Pajak Dibulatkan Ke Bawah Dalam Ribuan Rupiah Penuh.
Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jumlah penghasilan kena dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh. Contoh:
Penghasilan kena pajak sebesar Rp. 5.050.900,00 dibulatkan menjadi Rp. 5.050.000,00.
Pajak Penghasilan Terutang Dalam Bagian Tahun Pajak
Besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang
12
terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dalam Pasal 16 ayat (4)
dihitung sebanyak jumlah dari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi tahun
pajak dibagi 360 dikalikan dengan pajak yang terutang 1 tahun pajak (Pasal 17 (6)
= Rp. 2.500.000,00
= Rp. 30.000.000,00
= Rp. 62.500.000,00
30 % x Rp. 100.000.000,00
= Rp. 25.248.000,00 +
Rp. 120.248.000,00
Tidak melebihi tarif pajak tertinggi Pasal 17 (1) UU PPh, Dengan peraturan
pemenrintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarik pajak tertinggi
13
BAB IV
PENUTUP
Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
14
Hukum pajak, yang disebut juga hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peratiranperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara,
sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubunganhubungan antara negara dengan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang
berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak). (R.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Soemitro, Rochmat. 1892. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco
2. Soemitro, Rochmat. 1991
3. Soemitro, Rochmat. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus. Bandung:Eresco
16
17