Anda di halaman 1dari 43

PERTEMUAN KE 2

Pengertian Pajak, Falsafah Pajak,


Definisi Hukum Pajak.
Kedudukan Hukum Pajak,
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
Perdata.
Sistematika hukum pajak.
Perlawanan terhadap pajak
Pengertian Pajak, Falsafah
Pajak,Definisi Hukum Pajak
 Pajak merupakan komponen penting bagi pembangunan
negara.
 Pajak digunakan untuk membiayai berbagai macam
pengeluaran publik.
 Pajak dibayarkan oleh rakyat kepada negara berdasarkan
undang-undang.
 Pajak menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lanjutan ………..
 Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
 Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
 Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Pengertian Pajak
adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
LANJUTAN ………..

 P. J. A. Adriani
 Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
FALSAFAH PAJAK
 Yang menjadi falsafah dan dasar hukum pajak di
indonesia adalah UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi
"Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang".
 Pajak falsafah adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan uu yg dapat di paksakan dengan tiada mendapat
Jasa timbal balik secara langsung yg dapat ditunjukkan dan
yg digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
 Falsafah berarti anggapan atau gagasan yang paling dasar
yang
dimiliki oleh orang atau masyarakat atau bisa disebut juga se
bagai pandangan hidup.
DEFINISI HUKUM PAJAK MENURUT
PARA AHLI
 Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan
yang mengatur hak dan kewajiban serta
hubungan antara wajib pajak dan pemerintah
selaku pemungut pajak.
 Namun, tafsir mengenai apa itu hukum pajak
sebenarnya beragam.
 Setidaknya, terdapat enam ahli yang pernah
mengungkapkan pendapatnya mengenai
hukum pajak, yakni:
LANJUTAN …….
 Rochmat Sumitro
 Suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak.
 Santoso Brotodihardjo
 Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang
atau badan-badan yang berkewajiban membayar pajak
LANJUTAN ……….

 Bohari
 Hukum fiskal atau hukum pajak merupakan
kumpulan dari peraturan yang dimana mengatur
hubungan rakyat selaku pembayaran pajak dan
pemerintah selaku pemungut dari pajak.
 Dr. Soeparman Soehamidjaja
 Hukum pajak merupakan hukum yang mengatur
masalah perpajakan, dimana pajak tersebut yang
akan meringankan biaya produksi barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
LANJUTAN ……….
 Erly Suandy
 Hukum fiskal atau hukum pajak merupakan peraturan
yang mengatur hubungan antara rakyat selaku wajib
pajak “pembayar pajak” dengan penguasa atau
pemerintah selaku pihak pemungut rakyat. Dan hukum
pajak ialah bagian dari hkm publik.
 Hartono Hadisoeprapto
 Hukum pajak merupakan serangkaian peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana pajak itu dipungut
serta atas keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa apa
pajak itu dikenakan dan berapa besarnya pajak yang harus
dipungut
LANJUTAN ………..

 Prof. Dr. P.J.A. Andriani


 Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara
(yang dapat dipaksakan) yang tergantung oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintah.
LANJUTAN …….
 Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock
Horace R.
 Pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalakan pemerintah.
 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum
Pajak yang tertinggi adalah Pasal 23 A Undang-Undang Dasar
1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan
undang-undang”.
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
 Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik.
 Hukum pajak di Indonesia menganut paham imperative,
artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat
ditunda.
 Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh
wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum
ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang
keberatan diterima, maka wajib pajak terlebih dahulu
harus membayar pajak sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
 Berikut ini adalah penjelasan kedudukan hukum
perpajakan:
Lanjutan ……
 Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu
individu dengan individu lainnya
 Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyatnya.
 Antara lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha
Negara (Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum
Pidana.
 Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa
kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik.
 Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak
Lanjutan ………
 Hukum pajak merupakan salah satu bagian penting untuk
mengatur kewajiban berpajak.
 Dalam mempelajari bidang hukum berlaku Lex Specialis
Derogat Lex Generalis.
 Hal ini berarti, peraturan khusus lebih diutamakan dari
pada peraturan umum.
 Jika sebuah ketentuan belum atau tidak diatur dalam
peraturan khusus maka akan berlaku ketentuan yang
diatur dalam peraturan umum.
 Hal ini berarti peraturan khusus adalah hukum pajak.
 Sedangkan peraturan umum adalah hukum publik atau
hukum lain yang telah ada sebelumnya
Lanjutan …………

 Dalam hukum pajak terdapat beberapa hal


yang diatur, yaitu:
 Siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak
 Objek apa saja yang menjadi objek pajak
 Kewajiban pajak terhadap pemerintah
 Timbul dan hapusnya utang pajak
 Cara penagihan pajak
 Cara mengajukan keberatan dan banding
HUBUNGAN HUKUM PAJAK
DENGAN HUKUM PERDATA
 Hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik yang mengatur hubungan antara
pemerintah (Fiskus) sebagai pemungut pajak
dengan masyarakatnya yaitu para Wajib Pajak.
 Hukum pajak menganut prinsip pemajakan
terjadi kalau terpenuhi 2 syarat yaitu syarat
objektif dan syarat subjektif.
 Baik syarat objektif maupun syarat subjektif
berkaitan erat dengan ketentuan hukum
perdata.
Lanjutan …..
 Persyaratan subjektif sebagaimana diatur dalam
Penjelasan Pasal 2 ayat (1) KUP 1984dan perubahannya
adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
 Dalam ketentuan UU PPh 1984 dan perubahannya yang
dimaksud subjek pajak adalah orang pribadi, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak, badan, dan bentuk usaha tetap.
 Dalam KUH Perdata diatur bahwa subjek hukum adalah
sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan
kewajiban.
Lanjutan …..

 Dan yang menjadi subjek hukum adalah


manusia/orang pribadi (natuurlijke persoon) dan
badan hukum (rechts persoon).
 Namun ada kekhususan yaitu dalam penetapan
Bentuk Usaha Tetap sebagai subjek pajak
tersendiri karena Bentuk usaha tetap dapat
berbentuk orang pribadi (natuurlijke persoon)
atau Badan hukum (rechts persoon) walaupun
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan
diperlakukan sebagai Wajib Pajak badan.
Lanjutan …….
 Syarat subjektif orang pribadi.
 Menurut Penjelasan Pasal 2 ayat 3 UU PPh 1984 beserta perubahannya
diatur subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada diIndonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (duabelas)
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia danmempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
 Jadi syarat subjektif orang pribadi adalah dia bertempat tinggal atau
berada.
 Dalam UU PPh 1984 tidak menguraikan definisi tempat tinggal secara
khusus, oleh karena itu perlu merujuk pengertian tempat tinggal
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 KUH Perdata adalah setiap orang
diangggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana ia menempatkan
pusat kediamannnya.
 Dalam hal tidak adanya tempat tinggal yang demikian, maka tempat
kediaman sewajarnya dianggap tempat tinggal.
Lanjutan …….
 Syarat subjektif badan
 Dalam penjelasan Pasal 2 ayat 3 UU PPh 1984 beserta
perubahannya disebutkannya pengertian badan adalah
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik,atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.
Lanjutan ………

 Syarat subjektif warisan yang belum dibagi


 Dalam Pasal 2 ayat 1 UU PPh 1984 beserta
perubahannya mengatur bahwa warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka
yang berhak yaitu ahli waris.
 Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai
subjek pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal
dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
Lanjutan …….
 Syarat Objektif
 Syarat objektif sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU
KUP beserta penjelasannya adalah persyaratan bagi subjek
pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan melakukan pemotongan/pemungutan sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.
 Lebih lanjut dlam Pasal 4 UU PPh 1984 beserta perubahannya
mengatur “Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, ”.
Lanjutan …..
 Berdasarkan Pasal 1457 KUH Perdata yang dimaksud
jual-beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak
yang satumengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu barang, dan pihak yanglain untuk membayar
harga yang dijanjikan.
 Menurut Pasal 1458 KUH Perdata yang diamksud Jual-
beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan
tentang barang tersebut besertaharganya, meskipun
barang itu belum diserahkan dan harganya belum
dibayar.
Lanjutan …….

 Salah satu bentuk penghasilan adalah (pasal 4


ayat 1 huruf d UU PPh 1984 beserta
perubahannya) keuntungan karena penjualan
atau karena pengalihan harta mislnya jual beli.
 Perbuatan hukum jual beli menjadi dasar
timbulnya penghasilan atau objek pajak yang
menjadi dasar berlakunya hukum pajak.
 Sifat hukum perdata yang terjadi antara penjual
dan pembeli menjadi dasar berlakunya hukum
pajak.
SISTIMATIKA HUKUM PAJAK
 Hukum pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak
materiil dan hukum pajak formal.
 Hukum Pajak Materiil
 Hukum pajak materiil adalah norma-norma yang menjelaskan
keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan
pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar pajaknya.
 Dengan kata lain hukum pajak materiil mengatur tentang timbulnya,
besarnya, terhapusnya utang pajak beserta hubungan hukum antara
pemerintah dengan Wajib Pajak.
 Contoh dari hukum pajak materiil adalah peraturan yang memuat
tentang kenaikan denda, sanksi atau hukuman, dan cara-cara
pembebasan dan pengembalian pajak, serta ketentuan yang
memberi hak tagihan utama kepada fiskus
Lanjutan ……….

 Apabila dalam undang-undang pajak khusus


memuat hal-hal yang bertentangan dengan
hukum formal, maka hal ini harus diatur kembali
dalam undang-undang pajak yang bersangkutan.
 Undang-undang yang memuat hukum pajak
material dan formal yaitu;
 Undang-undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana
yang telah diubah dengan Undang-undang No.12
tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Lanjutan …….

 Undang-undang No.18 Tahun 1997


sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
 Undang-undang No.21 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-undang No.20 Tahun 2000 tentang Bea
perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Lanjutan …….
 Hukum Pajak Formal
 Hukum pajak formal memuat ketentuan-ketentuan yang
mendukung ketentuan hukum pajak material, yang
diperlukan untuk melaksanakan/ merealisasikan
ketentuan hukum material.
 Hukum pajak formil dimaksudkan untuk memberi
perlindungan pada fiskus dan Wajib Pajak, serta memberi
jaminan bahwa hukum pajak materiilnya dapat
dilaksanakan sesegera mungkin.
 Hal-hal yang digolongkan dalam ketentuan hukum formal
yang diatur Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan antara lain mengatur mengenai:
Lanjutan ………
 Surat pemberitahuan (baik masa maupun tahunan)
 Surat Setoran Pajak
 Surat ketetapan pajak (Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,
dan Surat Ketetapan Pajak Nihil )
 Surat Tagihan
 Pembukuan dan pemeriksaan,
 Penyidikan
 Surat Paksa
Lanjutan ……….
 Hal-hal yang digolongkan dalam ketentuan hukum
formal yang diatur dalam Undang-undang Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak yang telah diubah
dengan Badan Peradilan Pajak antara lain mengatur
mengenai:
 Sengketa pajak
 Banding dan gugatan
 Susunan Badan Peradilan Pajak
 Hukum Acara
 Pembuktian
 Pelaksanaan putusan, dll.
Lanjutan ……….
 Hal-hal yang digolongkan dalam ketentuan hukum formal
yang diatur dalam Undang-undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa antara lain mengatur mengenai:
 Penagihan pajak
 Juru sita pajak
 Penagihan seketika dan sekaligus
 Surat paksa
 Penyitaan
 Lelang
 Pencegahan dan penyanderaan
 Gugatan, dll
Lanjutan ………..

 Hukum Pajak Formal meliputi:


 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU Nomor 6 Tahun 1983 stdtd. UU 28 Tahun
2007 selanjutnya disebut UU KUP).
 UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU
Nomor 19 Tahun 1997 stdtd. UU Nomor 19 Tahun
2000 selanjutnya disebut UU PPSP).
 UU Pengadilan Pajak (UU Nomor 14 Tahun 2002
selanjutnya disebut UU PP).
PERLAWANAN TERHADAP PAJAK

 Penghindaran pajak atau perlawanan


terhadap pajak adalah hambatan-hambatan
yang terjadi dalam pemungutan pajak
sehingga mengakibatkan berkurangnya
penerimaan kas negara.
 Perlawanan terhadap pajak terdiri dari
perlawanan aktif dan perlawanan pasif.
Lanjutan ……..

 Perlawanan pasif terhadap pajak


 Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib
pajak itu sendiri tetapi terjadi karena keadaan
yang ada di sekitar wajib pajak itu.
 Hambatan-hambatan tersebut berasal dari
struktur ekonomi, perkembangan moral dan
intelektual penduduk, dan teknik
pemungutan pajak itu sendiri.
Lanjutan ….
 Struktur Ekonomi
 Pajak penghasilan yang diterapkan pada masyarakat agraris.
 Padahal pajak ini diperuntukkan untuk masyarakat di negara industri.
 Dalam pajak ini, wajib pajak dituntut untuk menghitung sendiri
pendapatan nettonya.
 Untuk itu diperlukan adanya pembukuan.
 Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan
oleh masyarakat agraris.
 Selain karena pencatatan pendapatan yang akurat sulit dilakukan,
mereka juga tidak mampu melakukan pembukuan.
 Karena itu, timbullah perlawanan pasif terhadap pajak.
 Untuk menghindari hal ini, pajak ditentukan dengan perkiraan jumlah
bulat atas dasar pendapatan kadastral/nilai sewa, ataupun atas dasar
luasnya tanah yang dikerjakan
Lanjutan ………..
 Perkembangan Intelektual dan Moral Penduduk
 Perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya sistem
kontrol yang dilakukan oleh fiscus ataupun karena
objek pajak itu sendiri sulit untuk dikontrol.
 Contoh: Pajak kepemilikan permata yang diterapkan
di Belgia.
 Permata adalah benda yang kecil dan sulit dikontrol
keberadaannya.
 Sehingga bisa saja pemilik permata
menyembunyikan permata ini agar terhindar dari
pengenaan pajak
Lanjutan ………..
 Cara Hidup Masyarakat di Suatu Negara
 Contoh: masyarakat yang hidup di daerah tropis yang hanya memiliki
dua musim sehingga memungkinkan mereka bekerja sepanjang tahun.
 Hal ini bisa mengakibatkan mereka bekerja lebih santai dan hasilnya
tidak optimal.
 Pendapatan mereka lebih sedikit sehingga penerimaan negara pun
kurang.
 Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah subtropis yang
memiliki empat musim.
 Sebelum teknologi berkembang, mereka tidak bisa bekerja di musim
dingin.
 Karena itu, mereka harus bekerja keras di musim yang lainnya agar
kebutuhan di musim dingin bisa terpenuhi.
 Hasilnya, mereka bisa menghasilhan pendapatan yang lebih banyak
sehingga uang yang masuk ke kas negara pun lebih banyak
Lanjutan ………..

 Teknik Pemungutan Pajak Itu Sendiri


 Contoh: untuk pajak yang cara perhitungannya
rumit dan memerlukan pengisian formulir yang
rumit pula, maka perlu diadakan penyuluhan
pajak untuk menghindari adanya perlawanan
pasif terhadap pajak.
 Jadi, setiap tahun, petugas pajak melakukan
penyuluhan dari kantor perpajakan mulai dari
pusat sampai ke daerah.
Lanjutan ………
 Perlawanan aktif terhadap pajak
 Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya
berasal dari wajib pajak itu sendiri.
 Hal ini merupakan usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan terhadap fiscus dan bertujuan
untuk menghindari pajak atau mengurangi
kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.
 Ada 3 cara perlawanan aktif terhadap pajak, yaitu:
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Pengelakan
Pajak (Tax Evation), Melalaikan Pajak.
Lanjutan ……….

 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


 Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar.
 Dalam penghindaran pajak ini, wajib pajak tidak
secara jelas melanggar undang-undang sekalipun
kadang-kadang dengan jelas menafsirkan
undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pembuat undang-undang.
 Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara,
yaitu: menahan diri, pindah lokasi, penghindaran
pajak secara yuridis.
Lanjutan ….
 Pengelakan Pajak (Tax Evation)
 Tax evasion merupakan tindakan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak dengan tujuan mengurangi jumlah pajak
terutang atau sama sekali tidak membayar pajak
melalui cara-cara illegal.
 Contoh umum dari tax evasion adalah Wajib Pajak
tidak melaporkan sebagaian atau seluruh
penghasilannya dalam SPT atau membebankan
biaya-biaya yang tidak seharusnya dijadikan
pengurang penghasilan untuk tujuan meminimalkan
beban pajak.
Lanjutan ……
 Melalaikan pajak
 Melalaikan pajak terjadi setelah SKP keluar.
 Melalaikan pajak adalah menolak membayar pajak yang telah
ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang
harus dipenuhi oleh wajib pajak dengan cara menghalangi
penyitaan.
 Wajib pajak akan melakukan usaha untuk menghalangi penyitaan
dengan cara mengalihkan/memindahtangankan semua harta wajib
pajak ke tangan orang lain atau keluarganya secara pura-pura.
 Untuk memunculkan harta yang tersembunyi ini, maka wajib pajak
disandera karena melalaikan pajak bukanlah perbuatan pidana.
 Sandera diberlakukan untuk orang yang berutang, baik utang
publik maupun perdata (menurut HIR).
Post Test
 1. Jelaskan dengan memberikan contoh penghindaran
pajak yang dilakukan dengan cara, menahan diri,
pindah lokasi, serta penghindaran pajak secara yuridis!
 2. Jelaskan dengan memberikan contoh perbedaan
antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), dan
Pengelakan Pajak (Tax Evation)!
 3. Jelaskan kedudukan hukum pajak di Indonesia!
 4. Jelaskan dengan memberikan contoh hubungan
hukum pajak dengan hukum perdata!
 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Falsafah pajak
di Indonesia!

Anda mungkin juga menyukai