Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM PAJAK

HUBUNGAN HUKUM PAJAK DAN HUKUM PIDANA,


PERDATA DAN HUKUM LAINNYA

Dosen Pengampuh : Arini Pratiwi, SH.,MH / 198708102022032001

OLEH :

KELOMPOK 1

Jais (19020102100)

Misbarudin (2021020102021)

Iksan Saputra (2021020102022)

Nurfayza Baking (2021020102023)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

FAKULTAS SYARIAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH

2022

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

A. Hukum Pajak dalam UUD 1945.......................................................................4


B. Hubungan Hukum Antara Hukum Pajak dan Hukum Privat............................4
C. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana……………………………..5
D. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Tata Negara……………………….6
E. Hubungan Hukum Pajak dengan Konstitusi………………………………….6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….8

A. Kesimpulan…………………………………………………………………...8
B. Saran................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak menempati kedudukan yang strategis dalam struktur penerimaan
negara. Diakui oleh beberapa negara maju, tanpa pemungutan pajak sudah bisa
dipastikan bahwa keuntungan negara akan lumpuh, lebih – lebih lagi bagi negara
yang bebas dari belenggu kolonialis pajak merupakan “darah” bagi “tubuh” negara.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang ditarik dari masyarakat


berdasarkan undang – undang yang diciptakan negara yang penggunaannya
diperuntukkan untuk membelanjai kehidupan negara dalam melaksanakan tugas –
tugas demi kepentingan umum yang pada gilirannya meliputi kepentingan antar
individu sebagai anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Apa saja hubungan hukum pajak dengan hukum – hukum lainnya ?

C. Tujuan
Untuk mengenal/mengetahui hubungan pajak dengan hukum – hukum
lainnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum pajak dalam UUD 1945


Pasal 23A UUD NRI 1945 pajak dan pungutan lainnya bersifat memaksa
untuk keperluan negara di atur dengan undang-undang. ada beberapa aspek dalam
pajak yang diatur dalam undang-undang yaitu kepastian hukum sistem pajak yang
menentukan objek, subjek pajak, tarif dan administrasi. Dasar kewenangan
pemungutan pajak oleh pemerintah. Hubungan hukum antara wajib pajak dan
pemungutnya sehinggat terciptanya hak dan kewajiban antara negara dan
masyarakat. Undang-undang republik indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan berdasarkan pasal 6 ayat 1 besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

B. Hubungan Hukum Antara Hukum Pajak dan Hukum Perdata


Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subyek
hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak
dan kewajiban dipihak yang lain (R. Soeroso, 1996:.269).
Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain,
antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain. Jadi hubungan hukum terdiri atas ikatan – ikatan antara individu dengan
individu dan antara individu dengan masyarakat dan seterusnya.
Dilihat dari sifat hubungannya, hubungan hukum dapat dibedakan antara
hubungan hukum yang bersifat privat dan hubungan yang bersifat publik. Dalam
menetapkan hubungan hukum apakah bersifat publik atau privat yang menjadi

4
indicator bukanlah subyek hukum yang melakukan hubungan itu atau hakikat
transaksi yang terjadi (the nature transaction).
Hubungan hukum memerlukan syarat – syarat antara lain (R.
Soeroso,1996:27) :
a) Ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan
itu.
b) Ada peristiwa hukum, yaitu terjadi peristiwa hukumnya. Misalnya : A
menjual satu unit mobil kepada B. Perjanjian jual beli ini akan
menimbulkan hubungan antara A dan B dan hubungan itu diatur oleh
hukum (Pasal 1457 KUH Perdata). A wajib menyerahkan satu unit mobil
kepada B, sebaliknya B wajib membayar mobil sesuai dengan perjanjian
tersebut. Apabila salah satu pihak, atau kedua – duanya telah melalaikan
kewajibannya maka oleh hakim dapat dijatuhi sangsi hukum. Hubungan
antara A dan B yang diatur oleh hukum itu disebut hubungan hukum. Jadi
kita dapat simpulkan bentuk hukumnya yaitu adanya perjanjian –
perjanjian, hal pendapatan (penghasilan), kekayaan, dan warisan.
C. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana
Hukum pidana yang merupakan bagian dari hukum publik merupakan
hubungan hukum yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah yang berkaitan
dengan masalah tindak pidana. Ketentuan – ketentuan pidana yang diatur di dalam
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) banyak dipergunakan dalam
peraturan Undang – Undang Pajak. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 38 dan
Pasal 39 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan
Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pelanggaran Wajib Pajak yang
dengan jelas sekali menyebutkan adanya sanksi pidana (berupa kealpaan dan
kesengajaan) terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan di bidang perpajakan.
Dan juga sangsi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf I Undang – Undang
nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang
menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak

5
yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak terbayar atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Bahkan ancaman – ancaman pidana dalam hukum pajak selalu mengacu


kepada ketentuan hukum pidana, misalnya terhadap wajib pajak yang
memindahtangankan atau mamindahkan hak atau merusak barang yang telah disita
karena tidak melunasi utang pajaknya akan diancam dengan pasal 231 KUHP.
Demikian juga apabila terjadi tindak pidana pajak, maka proses penyidikan dan
penuntutan tindak pidana pajak mengacu pada ketentuan KUHP. Termasuk misalnya
dalam hal pembuktian tindak pidana pajak mengacu pada ketentuan pasal 184
KUHAP (Ilyas dan Burton, 2007 :13-14).

D. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Tata Negara


Hukum pajak menyangkut Hukum Tata Negara karena memungut pajak itu
melalui pelaksanaan oleh Badan Eksekutif atau pemerintah gunanya untuk
membiayai keseluruhan negara. Dalam RUU APBN pemasukan negara adalah pajak
sebagai sumber utama. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber
utamanya adalah pajak. Didasarkan pada ketentuan Pasal 23 ayat (1) Uandang-
Undang Dasar 1945 yang telah diubah menjadi Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3).

E. Hubungan Hukum Pajak dengan Konstitusi


Hal ini terjadi karena secara garis besar dan secara prinsip hukum pajak
termuat dalam konstitusi negara baik dalam UU maupun konvensi atau norma Di
NKRI tentang pajak terdapat dalam pasal 23 A UUD 1945. Berdasarkan bunyi pasal
ini terdapat unsur konstitusi yakni pajak untuk keperluan negara dan ditarik oleh
pihak oleh pihak berwenang yakni pemerintah bukan swasta.

6
7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Hakikat hubungan ialah perikatan (vebintenis) yang terjadi antara pemerintah


selaku Fickus dengan dengan rakyat selaku Subjek Pajak atau Wajib Pajak. Perikatan
yang merupakan peristiwa hukum antara Fickus dengan Subjek atau Wajib Pajak
tersebut memberikan posisi yang berbeda kepada para pihak. Hal tersebut mengingat
Fickus dilekati oleh adanya kewenangan hukum public untuk kepentingan negara.
Adanya hubungan hukum yang seperti itulah yang menyebabkan penempatan hukum
pajak kedalam bagian lapangan hukum public.

B. Saran
Dalam proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kerja keras
kelompok kami. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam proses
penyusunan makalah ini. oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diperlukan
untuk penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Mulyono Djoko. 2006. Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta: Andi

R.Soeroso. 1996. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Soemitro Rochmat. 2004. Asas dan Dasar Perpajakan I. Bandung: Refika Aditama

Soemitro Rochmat. 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana dirubah terakhir kali dalam Undang – Undang
Nomor 19 Tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai