Anda di halaman 1dari 31

Pengertian

Dan
peristilahan

HUKUM PAJAK
Pajak

 Prof. Dr. P. J. A. Andriani, mengemukakan


definisi bahwa : “Pajak adalah iuran masyarakat
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.”
Pajak

 Prof. Dr. Rochmat Soemitro,SH., seorang


Guru Besar Hukum Pajak yang berasal dari
Universitas Padjajaran Bandung,
mengemukakan pendapatnya tentang pajak,
bahwa : “Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor
partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik.”;
Pajak

 Prof. Dr. Salmon, E, M. Nirahua, SH., MHum.,


Guru Besar Hukum Tata Negara pada Fakultas
Hukum Universitas Pattimura, meneruskan
definisi dari Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH,
bahwa pajak adalah iuran wajib kepada kas
negara yang terutang oleh yang wajib
membayarnya, yang dipungut berdasarkan
undang-undang sehingga dapat dipaksakan
dengan tidak mendapat kontra prestasi
langsung, yang hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah,
yang dapat dipungut sekaligus atau berulang-
ulang.
Pajak menurut UU

 Dalam Undang-undang 28 Tahun 2007 tetang


Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
(UU KUP) pada Pasal 1 ayat (1), pajak
diartikan sebagai : “Kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Umumnya Pajak

 Pajak merupakan pungutan paksa yang


dilakukan oleh pemerintah terhadap Wajib
Pajak. Pajak adalah pungutan wajib atau
pungutan paksa, dan apabila Wajib Pajak
tidak melakukan kewajibannya untuk
membayar pajak, maka yang bersangkutan
akan mendapatkan sanksi. Pajak sebenarnya
merupakan bentuk partisipasi rakyat untuk
mengambil tanggung jawab bersama dengan
pemerintah dalam membangun Negara.
 Definisi UU KUP ini hampir sama dengan definisi
yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat
Soemitro., SH. Kata-kata ‘iuran’ diganti dengan
“kontribusi” yang nadanya lebih bersifat positif
karena mengandung makna partisipasi masyarakat.
Kemudian ada tambahan “bagi sebsar-besarnya
kemakmuran rakyat” yang membuat kata pajak
lebih bernilai positif karena untuk tujuan
kemakmuran rakyat melalui penyedia barang dan
jasa publik seperti pertahanan, keamanan,
pendidikan, kesehatan, jalan raya dan fasilitas
umum lainnya.
Pajak menurut Anda ?
Simpulan : Pajak

 Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat


disimpulkan bahwa pajak adalah pungutan
terhadap kekayaan orang pribadi atau badan
berupa iuran yang dilakukan oleh Negara,
disetorkan ke kas Negara, namun dapat
ditagih secara paksa, serta tidak ada tegen
prestatie (prestasi kembali) bagi yang
dipungut, dan hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum Negara
dalam bentuk pembangunan.
Tugas Individu :

 Mahasiswa mencari beberapa referensi yang


relevan dengan materi kuliah dalam tatap
muka hari ini untuk menemukan dan
mengangkat definisi-definisi pajak selain
yang telah disampaikan dalam proses
perkuliahan.

Tulis definisi ini pada Buku Catatan Hukum


Pajak Saudara !
Unsur Pajak
 Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak.
1) Iuran dari rakyat kepada Negara;
Yang berhak memungut pajak adalah Negara. Iuran tersebut
berupa uang (bukan barang);
2) Berdasarkan undang-undang;
3) Pajak dipungut berdasarka atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelekasananya.
4) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.
5) Digunakan untuk membiayai rumahtangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
Adrian Sutedi, SH., MH,

bahwa dari pengertian para pakar tersebut dapat


dikatakan bahwa terdapat 5 (lima) unsur pokok
pajak dalam definisi pajak, yaitu :

1) Iuran/pungutan
2) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3) Pajak dapat dipaksakan
4) Tidak menerima kontra prestasi
5) Untuk membiayai pengeluaran umum
pemerintah.
Adrian Sutedi
1) Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian
kekayaan (pendapatan) kepada Negara;
2) Penyerahan ini bersifat wajib; lalu bagaimana jika tidak dilakukan ?
utang itu dapat dipaksakan dengan kekerasan seperti surat paksa
dan sita;
2) Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-
undang/peraturan/norma yang dibuat oleh pemerintah yang berlaku
umum. Jika tidak, maka dapat dianggap sebagai perampasan hak;
4) Tidak ada kontra prestasi langsung dari pemerintah (pemungut
iuran) bisa dilihat dari indikasi : 1) pembangunan infrastruktur, 2)
sarana kesehatan, 3) publik facility.
5) Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan usaha baik swasta
maupun pemerintah) digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum (yang seharusnya)
berguna bagi rakyat.
Simpulan :
Dengan mengacu pada definisi pajak, maka menurut
Penulis, yang termasuk dalam unsur pajak adalah
:
1) Iuran/kontribusi;
2) Wajib Pajak
3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4) Pungutan atau dapat dipungut (sekaligus atau
berulang-ulang);
5) Tagihan atau dapat ditagih;
6) Dapat dipaksakan;
7) Tidak ada prestasi kembali;
8) Kas negara;
9) Untuk membiayai kepentingan umum.
Tugas Individu

 Mahasiswa memilih salah satu dari definisi


para ahli tentang pajak yang telah
disampaiakan dalam proses tatap muka
sebelumnya di kelas. Melalui definisi yang
dipilih, Mahasiswa mengidentifikasi unsur-
unsur pajak yang terkandung di dalamnya
dan menyimpulkan menurut pendapat sendiri
!
Hukum Pajak

Hukum Pajak sebagai bagian dari ilmu hukum


memiliki istilah yang berbeda-beda karena
penggunaan bahasa yang menyebabkannya.
Dalam literatur berbahasa Inggeris, Hukum
Pajak disebut tax law. Kemudian dalam
bahasa Belanda disebut belasting recht.
Sementara itu dalam literatur bahasa
Indonesia digunakan istilah selain Hukum
Pajak, juga hukum fiskal.
Rochmat Soemitro

 Hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan


yang mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak. Dengan lain perkataan, Hukum
Pajak menerangkan siapa-siapa Wajib Pajak
(subjek pajak), dan kewajiban-kewajiban
‘mereka’ terhadap pemerintah, hak-hak
pemerintah, objek-objek apa yang dikenakan
pajak, cara penagihan, cara pengajuan
keberatan-keberatan, dan sebagainya
Brotodihardjo

 Hukum Pajak adalah keseluruhan dari


peraturan-peraturan yang meliputi
wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkannya
kembali kepada masyarakat melalui kas
Negara, sehingga Hukum Pajak tersebut
merupakan hukum publik, yang mengatur
hubungan Negara dengan orang-orang atau
badan-badan hukum yang berkewajiban
membayar pajak
Bohari :“Hukum Pajak adalah suatu kumpulan
peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan
rakyat sebagai pembayar pajak”
Adrian Sutedi : “Hukum Pajak merupakan
hukum publik yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara Negara dan orang-
orang atau badan-badan (hukum) yang
berkewajiban membayar pajak”
Muhammad Djafar Saidi :

 pengertian Hukum Pajak pada garis besarnya


dapat dibagi dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Hukum Pajak dalam arti luas adalah
hukum yang berkaitan dengan pajak. Hukum
Pajak dalam arti sempit ialah seperangkat
kaidah hukum tertulis yang mengatur
hubungan antara Pejabat Pajak dengan Wajib
Pajak dan memuat sanksi hukum
Simpulan :

 Jika pajak merupakan kewajiban yang harus


ditanggungkan oleh penanggungnya (Wajib
Pajak) di mana kewajiban-kewajiban ini
berkaitan dengan Negara sebagai pemungut
pajak dalam tanggung jawab bersama dalam
membiayai pengeluaran umum Negara, maka
dengan demikian, Hukum Pajak menerangkan
tentang siapa Wajib Pajak, apa kewajiban Wajib
Pajak terhadap pemerintah, siapa yang berhak
memungut pajak, objek apa yang dapat
dikenakan pajak, cara penagihannya serta cara
mengajukan keberatan dan sebagainya.
Intinya : Dalam membahas tentang Hukum
Pajak, terlihat beberapa hal yang diatur
di dalamnya, yaitu :

1) Siapa-siapa yang menjadi Subjek Pajak dan


Wajib Pajak;
2) Objek-objek apa saja yang menjadi Objek Pajak;
3) Kewajiban Wajib Pajak terhadap pemerintah;
4) Cara pemungutan pajak;
5) Timbul dan hapusnya utang pajak;
6) Cara penagihan pajak;
7) Cara mengajukan keberatan dan banding;
Tugas Kelompok

 Mahasiswa mencari, menginfentarisir dan


menyebutkan produk hukum (peraturan
perundang-undangan) tentang pajak yang
dibentuk pertama kali dan berlaku di
Indonesia untuk mengatur perpajakan
nasional. Perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusi dalam
pertemuan berikut !
Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata
Hukum Indonesia
 Munawir : dilihat dari lingkungannya, Hukum Pajak
merupakan sebagian dari hukum publik tegasnya
anak bagian dari Hukum Tata Usaha Negara.
Sedangkan menurut.
 Bohari : Hukum Pajak merupakan salah satu bagian
Hukum Administrasi (Hukum Tata Usaha Negara).
 Wirawan B. Ilyas : bahwa dalam literatur ternyata
Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum
Administrasi, yang merupakan segenap aturan
hukum yang mengatur segala cara kerja dan
pelaksanaan serta wewenang dari lembaga-lembaga
Negara serta aparaturnya dalam melaksanakan
tugas administrasi.
 Sebagai pelopor Hukum Pajak, Prof. Dr. P. J. A.
Adriani :
1) Hukum Pajak mempunyai tugas yang bersifat lain
daripada pajak dapat dipergunakan sebagai alat
untuk menentukan politik perekonomian;
2) Hukum Pajak mempunyai istilah-istilah tersendiri
untuk lapangan sendiri.
Contoh : Hukum Pajak mempunyai istilah-istilah
tersendiri untuk lapangan Hukum Pajak seperti
pungutan, penagihan dan lain-lain.
Prof. Dr. Rochmat Soemitro
SH,
 Hukum Pajak mempunyai kedudukan di antara
Ilmu-ilmu hukum lain, sebagai berikut :
1) Hukum Privat, mengatur hubungan antara satu
individu dengan individu lainnya (Hukum Perdata);
2) Hukum Publik, mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyat. Hukum ini dapat dirinci
sebagai berikut :

 Hukum Tata Negara (HTN);


 Hukum Tata Usaha (Hukum Administrasi);
 Hukum Pajak; dan
 Hukum Pidana
 Hukum Pajak sebagai peraturan khusus
menganut paham imperatif, yaitu
pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Misalnya,
dalam hal pengajuan keberatan, sebelum ada
keputusan dari Direktur Jenderal Pajak bahwa
keberatan tersebut diterima, Wajib Pajak yang
mengajukan keberatan harus terlebih dahulu
membayar pajak sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Berbeda dengan Hukum Pidana
yang menganut paham oportunitas, yaitu
pelaksanaannya dapat ditunda setelah ada
keputusan lain.
Dasar pemisahan Hukum Pajak dari hukum administrasi
dapat ditinjau dari 5 (lima) faktor, yaitu :

a) Sumber Hukum Pajak berbeda dengan sumber Hukum Administrasi;


b) Objek kajian Hukum Pajak adalah pajak, sedangkan objek kajian
hukum administrasi adalah ketetapan yang bersegi satu yang
ditetapkan oleh pejabat Tata Usaha Negara (Adminitrasi Negara).
c) Subjek Hukum Pajak adalah Wajib Pajak, sedangkan subjek Hukum
Administrasi adalah pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan
ketetapan yang menimbulkan sengketa.
d) Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolut
Pengadilan Pajak, sedangkan penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara adalah kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara;
e) Hukum acara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa pajak
adalah hukum acara peradilan pajak sedangkan hukum acara yang
digunakan untuk penyelesaian sengketa administrasi adalah Hukum
Acara Tata Usaha Negara.
Pendapat lain :
 Dari faktor pembeda atau pemisah antara Hukum
Pajak dengan Hukum tata Usaha Negara (Hukum
Administrasi) di atas, tergambar bahwa Hukum
Pajak bukan merupakan bagian dari Hukum
Administrasi atau Hukum Tata Usaha Negara
melainkan Hukum Pajak berdiri berdampingan
dengan Hukum Tata Usaha Negara dalam kelompok
Hukum Publik. Dengan demikian bukan masalah
jika Hukum Pajak dibahas terpisah dengan Hukum
Administrasi. Meskipun demikian, keduanya tetap
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan
Simpulan :
 Dari beberapa pendapat ahli Hukum Pajak yang
menegaskan bahwa Hukum Pajak merupakan spesies
dari Hukum Administrasi atau Hukum Tata Usaha
Negara, dapat disimpulkan bahwa Hukum Pajak dan
Hukum Administrasi/Hukum Tata Usaha Negara pada
hakekatnya merupakan satu kesatuan. Meskipun
demikian, ada ahli hukum yang memiliki pandangan
berbeda terkait dengan kedudukan Hukum Pajak dalam
Tata Hukum Indonesia, yang menyatakan bahwa
Hukum Pajak ini masih terlalu muda sehingga belum
terlalu dikenal, tetapi juga ada pendapat yang
mengatakan bahwa kedudukan Hukum Pajak sejajar
dengan Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi,
Hukum Pidana dan Hukum Internasional.
Sampe Baku dapa

Anda mungkin juga menyukai