DISUSUN OLEH :
LUSYANA PAULUS
NIM
201951023
SEMESTER 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum Humaniter Internasional. Dalam penyusunan makalah
ini, ada sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan
menyelesaikan makalah ini. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga makalah ini selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan tugas-tugas yang akan datang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, amin.
Lusyana Paulus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Humaniter Internasional memiliki sejarah yang singkat namun penuh peristiwa. Untuk
menghindari penderitaan akibat perang maka baru pada pertengahan abad ke-19 negara-negara
melakukan kesepakatan tentang peraturan-peraturan internasional dalam suatu konvensi yang mereka
setujui sendiri (Lembar Fakta HAM, 1998: 172). Sejak saat itu, perubahan sifat pertikaian bersenjata dan
daya merusak persenjataan modern menyadarkan perlunya banyak perbaiakan dan perluasan hukum
humaniter melalui negosiasi–negosiasi panjang yang membutuhkan kesabaran.
Perkembangan Hukum Humaniter Internasional yang berhubungan dengan perlindungan bagi
korban perang dan hukum perang sangat dipengaruhi oleh perkembangan hukum perlindungan Hak
Asasi Manusia setelah Perang Dunia Kedua. Penetapan instrumen internasional yang penting dalam
bidang Hak Asasi Manusia seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Eropa
tentang Hak Asasi Manusia (1950) dan Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (1966)
memberikan sumbangan untuk memperkuat pandfangan bahwa semua orang berhak menikmati Hak
Asasi Manusia, baik dalam pada masa perang maupun damai.
Hukum perang atau yang sering disebut dengan hukum Humaniter internasional, atau hukum
sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia, atau sama tuanya
dengan perang itu sendiri. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang
menyedihkan bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun
perdamaian. Naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa keinsyarafan bahwa cara berperang
yang tidak mengenal batas itu sangat merugikan umat manusia, sehingga kemudian mulailah orang
mengadakan pembatasan-pembatasan, menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur perang antara
bangsa bangsa. Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja juga mengatakan bahwa tidaklah mengherankan
apabila perkembangan hukum internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang berdiri sendiri
dimulai dengan tulisantulisan mengenai hukum perang.
Dalam sejarahnya hukum humaniter internasional dapat ditemukan dalam aturan-aturan
keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia. Perkembangan modern dari hukum humaniter baru dimulai
pada abad ke-19. Sejak itu, negara-negara telah setuju untuk menyusun aturan-aturan praktis, yang
berdasarkan pengalamanpengalaman pahit atas peperangan modern. Hukum humaniter itu mewakili
suatu keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring
dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di Seluruh dunia telah memberikan
sumbangan atas perkembangan hukum humaniter internasional. Dewasa ini, hukum humaniter
internasional diakui sebagai suatu sistem hukum yang benar-benar universal.
Pada umumnya aturan tentang perang itu termuat dalam aturan tingkah laku, moral dan agama.
Hukum untuk perlindungan bagi kelompok orang tertentu selama sengketa bersenjata dapat ditelusuri
kembali melalui sejarah di hampir semua negara atau peradaban di dunia. Dalam peradaban bangsa
Romawi dikenal konsep perang yang adil (just war). Kelompok orang tertentu itu meliputi penduduk
sipil, anakanak, perempuan, kombatan yang meletakkan senjata dan tawanan perang.
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui asas-asas dan prinsip-prinsip dari Hukum Humaniter.
2. Ruang lingkup konflik bersenjata Hukum Humaniter dalam kontek Hukum Internasional .
3. Permasalah dari perang konflik bersenjata dan non bersenjata
C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan tim penulis dalam menyusun makalah ini tiada lain adalah sebagai tugas mata
kuliah Hukum Internasional yang di berikan oleh Dosen pembimbing sebagai bahan diskusi dalam proses
pembelajaran bersama pada semester Empat Sekolah Tinggi Hukum Garut.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun pengertian perang oleh Francois didefinisikan sebagai keadaan hukum antara negara-
negara yang saling bertikai dengan menggunakan kekuatan militer. Sedangkan
Oppenheimmendefinisikan perang sebagai persengketaan antara dua negara dengan maksud menguasai
lawan dan membangun kondisi perdamaian seperti yang diinginkan oleh yang menang
(Haryomataram1994: 4)
Dalam kepustakaan hukum internasional, istilah hukum humaniter merupakan istilah yang
dianggap relatif baru. Istilah ini baru lahir sekitar tahun 1970-an
Berikut adalah beberapa pengertian hukum humaniter menurut para Ahli :
a. Mochtar Kusumahadmadja
Bagian dari hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan perlindungan korban perang, berlainan
dengan hukum yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melaksanakan
perang itu sendiri. Batasan Hukum Humaniter Internasional adalah hukum yang mengatur ketentuan
yang memberi perlindungan terhadap korban perang, yang berbeda dengan hukum perang yang mengatur
tentang perang tersebut.
b. International Committee Of The Red Cross (ICRC)
Hukum Humaniter Internasional sebagai ketentuan hukum internasional yang terdapat dalam
perjanjian internasional maupun kebiasaan, yang dimaksudkan untuk mengatasi segala masalah
kemanusiaan yang timbul pada waktu pertikaian bersenjata internasional atau non internasional.
Ketentuan tersebut membatasi, atas dasar kemanusiaan, hak pihak-pihak yang terlibat dalam pertikaian
untuk menggunakan senjata dan metode perang, dalam melindungi orang maupun harta benda yang
terkena pertikaian bersenjata.
c. Geza Herczegh
International humanitarian law hanyalah terbatas pada Hukum Jenewa saja, karena konvensi
inilah yang mempunyai sifat internasional dan humaniter.
d. Jean pictet
International humanitarian law in the wide sense is contitusional legal provition, whether written
and customary, ensuring respect for individual and his well being.
e. Esbjorn Rosendbland
Hukum humaniter internasional mengadakan pembedaan antara : the law of armed conflict, yang
na berperang, status kombatan, perlindungan yang sakit, kombatan dan orang sipil.
f. Panitia Tetap Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundang-undangan
Hukum humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuan internasional baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mencakup hukum perang dan hak asasi manusia yang bertujuan untuk
menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat seseorang.
g. Palang Merah Indonesia (Brosur PMI)
Hukum perikemanusiaan internasional atau juga dikenal dengan hukum humaniter internasional
merupakan bagian dari hukum internasional publik yang bertujuan untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang timbul karena pertikaian bersenjata baik internasional maupun non internasional.
Pertikaian bersenjata merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu hukum
humaniter tidak bermaksud menghalangi perang. HHI disusun untuk mengatur agar suatu perang dapat
dilakukan dengan lebih memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Mohammad Bedjaoui, bahwa tujuan hukum humaniter adalah memanusiaakan perang. Di samping itu
ada beberapa tujuan hukum humaniter yaitu (Arlina permanasari dkk, 1999:12)
a. Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak
perlu;
b. Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh.
Kombatan yang jatuh ke tangan musuh berhak diperlakukan sebagai tawanan perang dan harus dilakukan
secara manusiawi;
c. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Di sini yang penting adalah
asas perikemanusiaan.
Jadi tujuan dari hukum humaniter internasional adalah untuk memberikan perlindungan kepada
korban perang, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan mencegah dilakukannya perang secara kejam.
Hukum humaniter internasional lebih ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan, yaitu mengurangi
penderitaan setiap individu dalam situasi konflik bersenjata.
1. Asas-Asas Hukum Humaniter
Asas hukum atau prinsip hukum merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya yang terjelma
dalam peraturan perundang-undangan (Sudikno Mertokusumo, 2003: 34). HHI disusun dengan
berdasarkan asas-asas sebagai berikut (Arlina dkk, 1999:11).
a. Asas kepentingan militer
Berdasarkan asas ini maka pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk
menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.
b. Asas Perikemanusiaan
Menurut asas ini pihak yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan perikemanusiaan, di
mana mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan
atau penderitaan yang tidak perlu.
c. Asas kesatriaan
Berdasarkan asas ini bahwa di dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat-alat
yang tidak terhormat, berbagai tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang.
A. Kesimpulan
Hukum Humaniter Internasional membedakan dua jenis pertikaian bersenjata, yaitu sengketa
bersenjata yang bersifat internasional dan yang bersifat non-internasional. Menurut Mochtar
Kusumaatmadja hukum humaniter adalah Bagian dari hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan
perlindungan korban perang, berlainan dengan hukum perang yang mengatur perang iu sendiri dan segala
sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Hukum humaniter tidak dimaksudkan untuk
melarang perang, atau untuk mengadakan undang-undang yang menentukan permainan “perang”, tetapi
karena alasan-alasan perikemanusiaan untuk mengurangi atau membatasi penderitaan individu-individu
dan untuk membatasi wilayah dimana kebuasan konflik bersenjata diperbolehkan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang Hukum Humaniter Internasional lebih khusus lagi mengenai jenis-jenis konflik bersenjata.
Kita sebagai manusia tentu masih banyak kekurangan oleh karena itu marilah kita bersama saling
mengisi kekurangan itu dengan berbagi pengetahuan. Tim penulis menyadari bahwa kemampuan yang
dimiliki masih sangat kurang dan sangat terbatas untuk meningkatkan kemampuan penulis maka sangat
diharapkan sumbangan-sumbangan pemikiran dari mahasiswa lainnya / pembaca. Karena tim penulis
memahami sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam tahap pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H, LLM, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949,
Alumni, Bandung, 2002
- Zulkarnain, S.H, M.H & Insarullah, S.H, Buku Ajar Hukum Humaniter dan HAM,
Fakultas Hukum Untad, Palu, 2002
- http://dewaarka.wordpress.com/2010/03/08/hukum-humaniter-internasional/
- http://soegenghardjowinoto.dosen.narotama.ac.id/2012/02/08/overview-hukum-
humaniter-internasional/
- http://gumilaradinata13.blog.com/2012/01/30/konflik-ri-opm-dalam-perspektif-hukum-
humaniter-internasional/