Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG PELANGARAN ISRAEL DALAM HUKUM

INTERNATIONAL

DI SUSUN OLEH

NAMA ASPIN DWI JAYANTO LIHARA


NIM G123045

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang subjek hukum dan objek hukum yang berjudul
“MAKALAH TENTANG PELANGARAN ISRAEL DALAM HUKUM INTERNATIONAL” ini tepat
pada waktunya dan tak lupa penulis panjatkan shalawat kepada junjungan nabi Muhammad SAW dan
keluarga juga sahabat-sahabat serta pengikutnya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak MUHAMMAD
HASYIM S. H,.M., K,. N. pada mata kuliah . Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang subjek hukum dan objek hukum bagi para pembaca dan juga penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak MUHAMMAD HASYIM S.H..,M.,H.,M.,K.,N selaku dosen
pengajar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya dan memberikan bantuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari,10 November 2023

PenulIs
DAFTAR ISI

COVER

kATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah............ .........................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6

A. Pengertian hukum
international………...................................................................................6
B. Pandangan hukum terhadap konflik Israel-Palestina............................... 6
C. Pelangaran yang dilakukan Israel dalam hukum
international..............................................................................................5
D. Sejarah konflik Israel-Palestina..................................... ……… ............6
E. Macam Dan bentuk kejahatan dalam hukum
international............................................................................................. 6
F. Pengertian dan perkembangan Hak asasi manusia dalam Hukum
international.................. ..........................................................................7
G. Instrumen instrumen pelaksanaan Hak asasi manusia Internasional........7
H. Hukum kebiasaan......................................................................................8
H . piagam PBB .............................................................................................9
I. The International Bill of Human Right......... ..........................................10

BAB III PENUTUP .......................................................................................16


Kesimpulan.....................................................................................................16
Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konflik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik dunia internasional yang panjang dan kompleks.
Konflik ini melibatkan banyak pihak dan memiliki banyak akar masalah, salah satunya adalah masalah
Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang ditinjau dari hukum internasional
Konflik ini juga melibatkan sengketa wilayah, di mana Israel telah melakukan pemukiman ilegal di
wilayah Palestina, yang dianggap melanggar hukum internasional dan dapat mengancam perdamaian
dunia
Beberapa tindakan Israel dalam konflik ini telah melanggar hukum internasional, seperti agresi militer
ke Jalur Gaza
Selain itu, Israel juga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, seperti larangan memasuki kota
suci Yerusalem dan penggunaan bom fosfor putih yang sangat berbahaya
Dalam menyelesaikan konflik ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan beberapa
resolusi, seperti Resolusi 446 yang menyatakan bahwa pemukiman Israel adalah halangan serius bagi
perdamaian dan menyerukan kepada Israel untuk memenuhi Konvensi Jenewa Keempat
Namun, upaya perdamaian yang telah dilakukan belum mampu menyelesaikan konflik ini secara
permanen
Hamas dicap sebagai organisasi teroris, oleh Israel, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun oleh
pendukungnya, organisasi itu dianggap sebagai kekuatan perjuangan yang sah untuk membela Palestina
dari pendudukan brutal militer Yahudi.
Akibat dari serangan yang berlangsung selama 22 hari tersebut sekitar 1434 penduduk Palestina tewas
menjadi korban. Korban penduduk sipil berjumlah 960, 239 polisi dan 235 pejuang Hamas. Dari 960
penduduk sipil yang tewas terdiri dari 288 anak, 121 wanita, dan 409 penduduk sipil selain wanita dan
anakanak. Menurut data dari Departemen Kesehatan Palestina, korban luka-luka mencapai 5303 yang
terdiri dari 1606 anak-anak dan 828 Wanita. Sebagi-an besar penduduk sipil menjadi korban atas
serangan yang membabi buta. Kerusakan rumah diderita oleh 6000 kepala keluarga yang mengalami
rusak ringan dan 10.000 kepala keluarga mengalami rusak parah. Kerugian diperkirakan mencapai 2,2
milyar dollar AS. Di samping itu penduduk juga mengalami kesulitan untuk mengungsi dan menerima
bantuan kemanusiaan karena adanya blokade di perbatasan Palestina dan Mesir. Serangan Israel juga
telah menghancurkan rumah-rumah, masjid dan kantor lembaga bantuan PBB dan infra-struktur lain.
Sebagian besar negara di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam mengutuk agresi Israel ke Palestina. Bahkan badan Hak Asasi Manusia
di Israel sendiri mengecam tindakan tersebut. Para pembela hak-hak asasi manusia internasional dengan
tegas me-nyatakan bahwa agresi ini merupakan kejahatan perang. Selain itu Israel dalam serangannya
ke Palestina juga telah mengakui menggunakan senjata kimia yaitu bom fosfor putih yang sebenarnya
telah ada pelarangan menggunakan sen-jata tersebut karena akan merugikan penduduk sipil. Hal ini
terlihat dari bangunan yang hancur dan luka bakar yang sangat parah dari para korban.
Atas situasi tersebut, negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab segera mengadakan pertemuan
untuk membahas tindakan apa yang harus segera ditempuh untuk menyelesaiakan konflik. Perserikatan
Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan Resolusi No 1860/2009 agar para pihak yang berperang segera
mengadakan gencatan senjata, namun para pihak tidak menghiraukan resolusi tersebut. PBB juga telah
mengakui bahwa blokade Israel terhadap Gaza merupakan kejahatan perang. Organisasi Konferensi
Islam juga menuntut penyelidikan atas kejahatan perang Israel. Masyarakat internasional bertanya-
tanya mengapa PBB sebagai organisasi inter-nasional yang berwenang untuk menyelesaikan masalah
yang mengganggu perdamaian dan keamanan internasional tidak dapat segera bertindak.

Rumusan masalah:
Bagaimana pandangan hukum internasional terhadap konflik Israel-Palestina?
Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh Israel dalam hukum internasional terkait konflik Israel-
Palestina?
Bagaimana penyelesaian konflik Israel-Palestina dapat dicapai dengan memperhatikan hukum
internasional?

Tujuan masalah:
Menjelaskan pandangan hukum internasional terhadap konflik Israel-Palestina
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Internasional

Yang dimaksudkan dengan istilah hukum internasional dalam pembahasan ini ialah hukum
internasional publik.
Hukum internasional publik ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. (ibid)

Ada pula pengertian hukum internasional menurut Grotius (Hugo de Groot), Hukum internasional
adalah sekumpulan hukum yang terdiri atas asas-asas dan karena itu biasanya dalam hubungan
antarbangsa. Hubungan tersebut didasarkan kemauan bebas dan persetujuan semua anggota demi
kepentingan bersama.

Pandangan hukum international terhadap konflik Israel-Palestina


Konflik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik dunia internasional yang paling lama dan telah
berlangsung lebih dari setengah abad yang melibatkan banyak pelanggaran hukum internasional
. Berikut adalah pandangan hukum internasional terhadap konflik Israel-Palestina:
Hukum internasional melarang penggunaan kekerasan oleh negara-negara dalam rangka menjaga dan
memelihara perdamaian dan keamanan dunia
.Hukum internasional menganjurkan negara yang berkonflik untuk menyelesaikan konflik tersebut
dengan cara-cara damai
.Israel dan Palestina wajib tunduk pada ketentuan Piagam PBB yang pada dasarnya bertujuan untuk
memelihara perdamaian dan keamanan dunia
.Dalam konflik negara tersebut telah banyak melanggar ketentuan hukum internasional yang bertujuan
memelihara perdamaian dan keamanan dunia, serta perlindungan terhadap hak-hak sipil warga
.Jika kedua negara tersebut tidak menghentikan konflik mereka, maka hukum internasional seharusnya
dapat memberikan sangsi tegas dan adil agar negara yang berkonflik menghentikan konflik mereka
.Israel telah melakukan pelanggaran Hukum Humaniter Internasional (HHI) dalam konflik dengan
Palestina, seperti menghancurkan rumah-rumah warga Palestina dan menyerang gedung kepentingan
penduduk sipil
.Israel juga perlu memperhatikan prinsip HHI lainnya yang mengacu pada military necessity, humanity,
dan proporsionalitas
Dalam konflik Israel-Palestina, hukum internasional menekankan pentingnya penyelesaian konflik
dengan cara-cara damai dan melarang penggunaan kekerasan oleh negara-negara. Namun, hingga saat
ini konflik tersebut belum dapat terselesaikan secara keseluruhan dan telah banyak melanggar ketentuan
hukum internasional.

Pelangaran yang dilakukan Israel dalam hukum international

Konflik antara Israel dan Palestina telah menyebabkan rentetan pelanggaran hukum internasional yang
dilakukan oleh Israel
. Beberapa pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Israel dalam konflik antara Israel dan
Palestina antara lain:
.Penggunaan senjata terlarang
.Serangan terhadap tempat-tempat yang dilindungi
.Pembatasan kebutuhan dasar warga Gaza
.Menyerang gedung kepentingan penduduk sipil bukan menyerang gedung untuk kepentingan militer
.Tidak memperhatikan prinsip HHI lainnya yang mengacu pada military necessity, humanity dan
proporsionalitas
.Mengokupasi wilayah Palestina secara de facto
.Tidak memperhatikan norma self determination, yang memberikan hak pada wilayah yang masih
berada dalam penguasaan kolonial untuk dimerdekakan
Meskipun telah terjadi kecaman internasional terhadap tindakan Israel, terutama terkait pelanggaran
hukum internasional yang dilakukan, kekuatan politik yang dimiliki oleh beberapa negara anggota
Dewan Keamanan PBB, terutama yang memiliki hak veto seperti Amerika Serikat, telah memainkan
peran kunci dalam menghambat penegakan hukum yang efektif terhadap Israel
Kegagalan sistem hukum internasional dalam menegakkan aturan hukum internasional dalam kasus
konflik Israel dan Palestina adalah indikasi nyata dari kegagalan sistem hukum internasional

Sejarah Konflik Israel-Palestina


Sebelum masuk ke pembahasan mengenai agresi Israel ke Palestina perlu kiranya di ketahui terlebih
dahulu mengapa konflik antara Israel dan Palestina sampai sekarang terus berlanjut dan
berkepanjangan. Hal ini dapat dilihat dari perspektif teologis dan historis. Persoalan Palestina mencuat
menjadi isu internasional sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama sebagai akibat runtuhnya Ottoman
Empire Turkey. Palestina akhirnya berada diantara negara-negara Arab eks Ottoman Turkey yang
berada di bawah administrasi Inggris. Hal ini berdasarkan mandat dari Liga Bangsa Bangsa.
Sesungguhnya mandat ini di-adopsi dari Deklarasi Balfour tahun 1917 yang isinya menyuarakan
dukungan untuk pendirian suatu negara di tanah air Palestina untuk orang Yahudi. Berangkat dari
semangat Deklarasi Balfour komunitas Yahudi yang menyebar di seluruh dunia bertekad untuk
mendirikan negara di tanah yang dijanjikan Tuhan mereka. Secara teologis, zionis menganggap
Palestina sebagai tanah mereka dalam Perjanjian lama yang dinyatakan kawasan itu sebagai ‘tanah yang
dijanjikan tuhan’ (promised land) untuk bangsa Israel, sebaliknya secara historis, rakyat Palestina
menyatakan kami bangsa Palestina berada di negeri ini sejak jaman Umar bin khatab.( Unahar Ilyas,
Arab Harus Bersatu Hadapi Israel, Suara Merdeka, 11 Januari 2009.)

Sekitar 100.000 orang berpindah ke Palestina antara 1920-1929, ketika waktu itu ada 750.000 orang
penduduk Palestina. Di samping itu peristiwa haloucoust pembantaian Yahudi oleh NAZI membuat
semua komunitas Yahudi lari dari daratan Eropa. Zionis memegang kendali penuh atas perpindahan ini.
Orang-orang Yahudi yang menginjakkan kaki di palestina ditemui oleh kelompok Zionis yang
menentukan di mana mereka akan tinggal dan pekerjaan apa yang akan didapatkan. Pendudukan yang
diterapkan Israel pada tahun 1948 dengan jalan mengusir orang-orang Arab dari Palestina. Setiap desa
atau pemukiman Arab yang tidak menyerah kepada kekuatan Yahudi akan dihancurkan dan orang-
orangnya diusir. Dengan cara ini 400 desa Palestina terhapus dari peta selama 1948-1949. Hak milik
yang ditinggalkan orang-orang Palestina dikuasai orang-orang Yahudi atas dasar hukum hak milik tak
di-tempati. Organisasi zionis meng-gunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang
Palestina dari tanahnya yang telah mereka tempati selama berabadabad, sehingga sekarang orang-orang
Palestina hanya diberi tempat di Jalur Gaza.

Sejak saat itu muncullah beberapa kali peperangan Yahudi dan Palestina. Sejak dulu sebenarnya sudah
ada pe-rundingan tetapi selalu dilanggar oleh Israel. Di Palestina sendiri mencatat munculnya Yasser
Arafat dan PLO, serta Fatah. Perundingan-perundingan dilakukan sampai muncul perundingan Oslo
yang menjanjikan kemerdekaan bagi Palestina namun lagi-lagi Israel tidak menepati janji. Karena selalu
tak ditepati, rakyat palestina melawan dengan intifadah (melempar batu). Hal ini dihentikan dengan
perjanjian, tetapi dilanggar lagi, begitu seterusnya. Para pejuang intifadah ini bergabung dalam Hamas
(Harakat al Muwa-qawwamatul Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam). Melihat perjanjian selalu
tidak ada gunanya dan resolusi PBB tidak bisa dijalankan atau jika dilanggar oleh Israel tidak muncul
sanksi maka Hamas bertekad merebut Palestina dengan berperang, meskipun hanya dengan
menggunakan batu.

Di Palestina ada faksi yang eksis yaitu Hamas dan Fatah. Pada saat terjadi perbedaan pendapat antara
Fatah dan Hamas, ketika Yassir Arafat masih hidup, perbedaan tidak sampai menimbulkan sengketa
karena Hamas menghormati pemimpin Palestine Liberation Organiza-tion (PLO) itu. Namun begitu
Arafat meninggal dan diganti oleh Mahmod Abbas sengketa tak terdamaikan, bahkan Abbas dikudeta
di daerah Gaza. Gaza kemudian dibagi menjadi dua yaitu Tepi Barat (Fatah) dan Jalur Gaza (Hamas).
Sebenarnya sebelum terbagi menjadi dua ada pemilu demokratis yang dimenangkan oleh Hamas.
Sayang Amerika, Eropa dan sekutu tak mengakui bahkan Hamas diboikot dengan tujuan agar rakyat
menderita dan meminta Abbas memimpin. Akan tetapi rakyat Palestina pro Hamas bersedia menderita
karena melihat Hamas lebih tulus dan islami dibanding dengan fatah yang sekuler. Sekarang Israel
bertujuan menghancurkan Hamas dan ingin mendudukkan fatah. Dalam protokoler Israel hanya ada dua
cara untuk menghadapi musuh: didominasi dan dihancurkan. Fatah cen-derung bisa didominasi, sedang
Hamas hanya hilang jika dihancurkan.

Macam dan Bentuk Kejahatan dalam Hukum Internasional.


Menurut Statuta Roma tahun 1998 tentang Mahkamah Pidana Internasional, kejahatan yang yang
termasuk dalam lingkup kejahatan Internasional ada 4 (empat) macam dan bentuk yaitu :
Genosida mencakup aksi-aksi terlarang yang didaftar secara rinci (misalnya pembunuhan, kejahatan
serius) dan bertujuan untuk menghancurkan, seluruh atau sebagian, bangsa, suku bangsa, ras atau
kelompok agama.92 Perbuatan Genosida yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan
cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
pemusnahannya, mencegah kelahiran di dalam kelompok atau memindahkan secara paksa anak-anak
dari kelompok tertentu ke kelompok lain.93 Kejahatan genosida tertera dalam Pasal 6 Statuta Roma
yang rumusannya bersumber pada ketentuan Pasal II Konvensi genosida PBB tahun 1948. Pasal 6
memberi pengertian tentang apa yang dimaksud dengan kejahatan genosida. Kejahatan genosida adalah
tindakan dengan maksud atau by intent untuk memusnahkan/merusak seluruh atau sebagian kelompok
kebangsaan, etnis, rasa atau keagamaan. Tindakan itu ada lima macam yakni :
• Membunuh anggota kelompok
• Menyebabkan kerusakan serius terhadap badan dan jiwa anggota-anggota kelompok
• Dengan sengaja menyengsarakan kondisi kehidupan kelompok dengan perhitungan agar timbul
kerusakan fisik seluruh atau sebagian
• Memberi perlakuan dengan maksud mencegah kelahiran di lingkungan kelompok
• Memindahkan dengan paksa anak-anak dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
Bentuk kejahatan yang dilakukannya pun sangat keji, seperti:

o Membunuh anggota kelompok


o Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok

o Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik


sebagian atau seluruhnya
o Melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok
o Memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain
o Membunuh peradaban dengan cara melarang penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau
suku, mengubah atau menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya.
Kejahatan kemanusiaan adalah tiap-tiap tindakan yang merupakan serangan yang dilakukan secara
meluas atau secara sistematis yang ditujukan kepada penduduk sipil dengan kesadaran pengetahuan
(kesengajaan) pelaku serangan. Kejahatan atas kemanusiaan berisikan rumusan tentang pembunuhan
(murder), penghancuran secara total (extermination), perbudakan (enslavement), deportasi atau
pemindahan penduduk secara paksa (deportation or forcible transfer of population) dan pemenjaraan
atau tindakan penghapusan secara kejam kebebasan fisik yang bertentangan dengan aturan dasar hukum
international (imprisonment or other severe deprivation of physical, in violation of fundamental rules
of international law), penyiksaan (torture), perkosaan, perbudakan seksual, prostitusi secara paksa,
dihamili secara paksa, sterilisasi secara paksa atau bentuk lain dari kekerasan seksual yang setara,
persekusi terhadap suatu kelompok atau pengelompokan yang teridentifikasi atas dasar pandangan
politik, ras, kebangsaan, etnis, budayak keagamaan dan gender, penghilangan orang-orang dengan
paksa (enforced disappearance of person), kejahatan apartheid (the crime apartheid) dan tindakan-
tindakan lain yang karakternya sama yakni tidak berperikemanusiaan dengan maksud untuk
menimbulkan penderitaan yang sangat mendalam atau kerusakan serius terhadap badan atau mental
atau kesehatan fisik.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu atau lebih dari beberapa perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja sebagai bagian dari serangan yang sistematis atau meluas yang ditujukan terhadap
penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk
secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, pemerkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, penghamilan paksa, pemandulan atau sterilisasi secara
paksa atau bentuk kekerasan seksual lain yang setara, persekusi terhadap suatu kelompok yang dikenal
atau terhadap suatu kelompok politik, ras, bangsa, etnis, budaya, agama, jender, atau kelompok-
kelompok lainnya, yang secara universal dilarang dalam Hukum Internasional, penghilangan orang
secara paksa, kejahatan apartheid. Perbuatan tidak manusiawi lainnya yang setara, yang dengan sengaja
mengakibatkan penderitaan yang berat, luka serius terhadap badan, mental atau kesehatan fisik
seseorang.

Bentuk kejahatan ini digambarkan sebagai tindakan yang sangat keji pada suatu skala yang sangat besar,
yang dilaksanakan untuk mengurangi ras manusia secara keseluruhan. Biasanya kejahatan terhadap
kemanusian dilakukan atas dasar kepentingan politis.( Oentoeng Wahjoe, Op.Cit, hal 74)
Perang tampaknya sudah menjadi kata yang umum dan lazim dipergunakan secara luas dalam berbagai
konteks situasi. Namun, sebagai sebuah tema hukum internasional, ada pemahaman yang spesifik
tentang perang. Meski begitu, sampai saat imi tidak ada definisi spesifik tentang perang yang diberikan
oleh norma hukum internasional. Dengan demikian, sejauh ini definisi tentang perang lebih banyak
bersumber dari pendapatpendapatan akademisi dengan mempertimbangkan praktik negaranegara.
Kejahatan perang mencakup pelanggaran berat atas Konvensi Geneva tahun 1949 dan pelanggaran
serius lain terhadap undang-undang perang, dilakukan baik dalam skala besar internasional maupun
konflik bersenjata internal. Adanya konflik internal sesuai dengan hukum adat internasional dan
mencerminkan realitas bahwa dalam 50 tahun terakhir, pelanggaran paling serius terhadap hak asasi
manusia tidak terjadi dalam konflik internasional tetapi dalam konflik bersenjata internal.(Simon,
Op.Cit, hal 8)
Kejahatan perang tidak mempunyai unsur subjektif (mens rea) yang rigid berupa unsur dengan maksud.
Kejahatan perang dapat terjadi tanpa dengan maksud atau tanpa dihendaki oleh atasan. Bentuk
Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara, belum tentu bisa dianggap kejahatan
perang. Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang telah ditentukan
oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma prosedur dan aturan
pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih, atau sebaliknya,
menggunakan bendera perdamaian itu sebagai taktik perang untuk mengecoh pihak lawan sebelum
menyerang.Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil juga bisa dianggap
sebagai kejahatan perang.
Istilah agresi merupakan salah satu istilah yang kontroversial, memiliki nuansa politik yang kental,
memunculkan banyak penafsiran serta sulit disepakati. Itulah yang menjadi sebab sampai sekarang
konsep dan definisi kejahatan agresi (crime of aggression) juga belum bisa dirumuskan secara
operasional di dalam Statuta Roma. Kejahatan agresi adalah rencana, persiapan, inisatif atau
pelaksanaan suatu tindakan agresi yang dilakukan oleh orangyang berposisi sebagai pemegang kontrol
yang efektif terhadap atau pengarah tindakan politis dan militer satu Negara dengan sifat dan skalanya,
yang nyata-nyata dapt dilihat sebagai piagam PBB.
Bentuk kejahatan Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Perilaku yang secara tidak sengaja
menyebabkan bahaya atau sakit bukan merupakan agresi. Pengrusakan barang dan perilaku destruktif
lainnya juga termasuk dalam definisi agresi.
Kejahatan Agresi sangat terkait dengan perang atau konflik bersenjata internasional bahkan merupakan
bagian awal dari perang itu sendiri maka segala kejahatan kemanusiaan yang berat yang terkait dengan
kejahatan agresi dapat terhisap kedalam yurisdiksi ICC tentang kejahatan perang. Kejahatan perang
dapat dimulai dari kejahatan agresi, atau kejahatan agresi dapat berlanjut menjadi kejahatan perang.
Tetapi kedua jenis kejahatan ini dapat dibedakan dan diatur sendiri-sendiri karena memiliki karakteristik
yang berbeda. Sebagai gambaran kedepan, maka sebaiknya dikemukakan beberapa konsepsi dan kaidah
hukum internasional tentang agresi yang sesungguhnya telah lama dikenal dalam literatur hukum
internasional.

Pengertian dan Perkembangan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional


Kondisi penegakan HAM dari tahun ke tahun masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah, terutama
menyangkut kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan. Tegaknya Hak asasi manusia
tidak dapat dilepaskan dari komitmen dan militansi sejumlah individu dan kelompok yang
mendedikasikan hidupnya untuk menyadarkan orang lain akan hak-haknya. Sejauh ini,
ketidakberdayaan Negara menawarkan jaminan yang efektif terhadap pelanggaran hak asasi manusia
telah memberi pelajaran kritis bahwa perjuangan tersebut tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri.
Hak Asasi Manusia, yakni hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya. Jadi hak-hak
yang dimiliki sebagai manusia dan HAM harus dipahami dan dimengerti secara universal. Memerangi
atau menentang keuniversalan HAM berarti memerangi dan menentang HAM. Pengertian hak asasi
manusia menurut Shalahuddin Hamid ialah “Kebenaran yang diperjuangkan kewenangannya dan
menjadi milik individu, kelompok sesuai dengan cara pandang terhadap kebenaran baik berupa materi
maupun non materi”. Hak Asasi Manusia atau sering disingkat dengan HAM adalah wewenang yang
dimiliki oleh manusia sebagai anugerah Tuhan YME yang melekat pada hakikat manusia. Hak asasi
manusia (HAM) terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan manusia. Hak berarti milik atau
kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Asas berarti pokok, dasar,
atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok. Manusia didefinisikan sebagai orang, insan, atau
makhluk yang berakal budi. Dengan demikian hak asasi manusia dapat didefinisikan sebagai milik atau
kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok yang melekat pada seseorang sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa. Hak asasi manusia dijabarkan atau dikembangkan menjadi kewajiban-kewajiban dan
hakhak lainnya. Definisi hak asasi manusia di atas menunjukkan bahwa timbulnya hak asasi manusia
karena adanya kesadaran manusia terhadap harga diri, harkat, dan martabat kemanusiaannya. Kesadaran
manusia itu muncul karena adanya tindakan sewenang-wenang, perbudakan, penjajahan, ketidakadilan,
dan kezaliman. Semua tindakan tersebut telah melanggar hak hidup manusia. Hak hidup adalah salah
satu contoh hak asasi. Hak hidup setiap orang melahirkan kewajiban untuk menghormati hak orang lain.
Secara mendasar, hak asasi manusia meliputi hak untuk hidup, hak untuk merdeka, dan hak untuk
memiliki sesuatu. Hak-hak asasi tersebut terus berkembang menurut tingkat kemajuan kebudayaan.
Secara etimologi, hak asasi manusia terbentuk dari tiga suku kata : hak, asasi dan mansia. Dua kata
pertama, hak dan asasi berasal dari bahasa Arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa
Indonesia. HAM merupakan hak kodrati yang melekati pada manusia. Hak asasi melambangkan
kemanunggalan hidup manusia dengan dimensi instrinsiknya. Kelahiran dan kemunculan HAM adalah
isu universal sekalipun dalam kurun waktu tertentu isu itu digelindingkan dalam konteks partikular.
Hak asasi manusia adalah serangkaian klaim yang tanpa terkecuali didukung oleh etika dan yang
semestinya didukung oleh hukum, yang diajukan kepada masyarakat, terutama diajukan kepada para
pengelola negara, oleh individuindividu atau kelompok-kelompok berdasarkan kemanusiaan mereka.
Hak-hak itu berlaku terlepas dari ras, warna kulit, jenis kelamin atau pembeda lain dan yang tidak
mungkin ditarik kembali atau ditolak oleh semua pemerintahan, rakyat atau individu

Instrumen-Instrumen Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Internasional


Pelaksanaan perlindungan HAM di berbagai negara dilakukan dengan mengacu pada berbagai
instrumen HAM internasional. Beberapa instrumen hukum HAM internasional itu adalah sebagai
berikut.

Hukum kebiasaan
Dalam hukum internasional, customary international law (hukum kebiasaan internasional) adalah
hukum negara atau norma-norma hukum yang dibentuk melalui pertukaran kebiasaan antara negara-
negara dalam kurun waktu tertentu, baik yang berdasarkan diplomasi atau agresi. Secara khusus,
kewajiban hukum dianggap muncul antara negara-negara untuk mengangkat urusan-urusan mereka
secara konsisten dengan tindakan yang diterima di masa lampau. Kebiasankebiasaan ini bisa juga
berubah berdasarkan penerimaan atau penolakan dari negara-negara dengan tindakan tertentu.

Customary international law juga bisa dibedakan dengan hukum perjanjian yang terdiri dari perjanjian-
perjanjian (treaties) eksplisit antar negara untuk mengasumsikan kewajiban. Namun, berbagai
perjanjian merupakan usaha-usaha untuk mengkodifikasi hukum tradisional yang telah ada sebelumnya.
Sebagai tambahan dari perjanjian dan treaty yang terlihat maupun yang diratifikasi yang menciptakan
hukum internasional, pengadilan internasional, para sarjana hukum, ahli hukum, PBB dan negara-
negara anggotanya, dengan mengacu pada customary international law, menggabungkannya dengan
prinsip-prinsip umum hukum, menjadikannya sumber-sumber utama hukum internasional. Mayoritas
terbesar pemerintah di dunia ini menerima secara prinsip keberadaan customary international law,
meskipun ada beberapa pendapat berbeda terhadap aturanaturan yang ada di dalamnya. Customary
international law terdiri dari peraturan hukum yang diturunkan dari tindakan– tindakan konsisten
negara-negara yang melakukannya karena percaya bahwa hukum mensyaratkan mereka untuk bertindak
sedemikian.
Beberapa prinsip hukum kebiasaan internasional telah mencapai kekuatan sebagai norma peremptory
yang tidak bisa dilanggar ataupun dirubah kecuali oleh norma dengan kekuatan serupa. Norma-norma
ini dikatakan mendapatkan kekuatan mereka dari penerimaan secara universal misalnya pelarangan
terhadap apartheid, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, pembajakan, genosida,
perbudakan dan penyiksaan. Sebuah norma peremptory (juga disebut sebagai jus cogens, Latin) (Yang
dimaksud dengan peremptory atau jus cogens adalah norma umum dalam hukum internasional yang
disepakati, diterima, dan diakui oleh negara-negara dalam masyarakat internasional secara keseluruhan
sebagai sebuah norma yang tidak boleh dilanggar dan atau dikurangi dan hanya bisa dirubah jika lebih
banyak negara-negara di dunia menyepakati, menerima, dan mengakui sebuah norma lain yang
subsekuen dengannya) merupakan prinsip dasar hukum internasional yang dianggap telah diterima di
komunitas internasional negara secara menyeluruh.

Piagam PBB
Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) didirikan dengan tujuan utama untuk memelihara perdamaian dan
keamanan, dan dengan demikian mencegah persengketaan atau konflik bersenjata yang mewarnai
hubungan internasional. Dua perang dunia dalam jangka waktu hanya 30 tahun telah memorak-
porandakan Eropa Barat dan juga telah meluas ke seluruh bagian dunia lainnya, termasuk Asia dan
Pasifik. Liga Bangsa-Bangsa, pendahulu PBB, telah mengadvokasikan suatu sistem yang menjamin
hak-hak minoritas untuk melindungi bahasa, agama, dan budaya tradisional dan rakyat perwalian yang
hidup di bawah kekuasaan asing (termasuk masyarakat yang dipindahkan melintasi perbatasan,
menyusul penetapan kembali batas–batas negara–Negara Eropa oleh negara-negara pemenang perang).
Hak universal untuk semua orang meniadakan rezim perlindungan minoritas. Hal ini tampak sebagai
suatu solusi sederhana bagi keuntungan seluruh umat manusia, namun nyatanya sampai sekarang masih
banyak kaum minoritas yang tertindas. Lebih jauh lagi, PBB sendiri, sebagaimana yang akan diuraikan
dalam bagian ini, terus berusaha untuk mengartikulasikan instrumen-instrumen tambahan yang memuat
hak-hak untuk perempuan, masyarakat adat, anak-anak dan lain-lain. Dalam piagam PBB terdapat
ketentuan mengenai HAM, di antaranya pada Pasal 1, Pasal 55 dan Pasal 56.

The International Bill of Human Rights


The International Bill of Human Rights merupakan istilah yang digunakan dalam pemilihan tiga
instrumen utama HAM beserta dengan protokol opsinya. Ketiga instrumen utama yang dimaksud
tersebut meliputi:
o Kovenan Internasional mengenai Hak-Hak Sipil dan Politik (The International Covenant on
Civil and Political Rights/ICCPR) Pernyataan Sedunia mengenai Hak Asasi Manusia (The Universal
Declaration of Human Rights/ UDHR).

o Kovenan Internasional mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (The International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights/ICESCR) protokol opsi pertama pada ICCPR yang
kini berubah menjadi UDHR merupakan instrumen HAM terpenting. Semua instrumen internasional
HAM dan konstitusi di berbagai negara merujuk pada UDHR. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
Manusia disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tahun 1948. Deklarasi ini
boleh dikatakan merupakan interpretasi resmi terhadap Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa, yang
memuat lebih rinci sejumlah hak yang didaftar sebagai Hak Asasi Manusia. Deklarasi ini berfungsi
sebagai “standar pencapaian bersama”. Karena itu ia dirumuskan dalam bentuk deklarasi, bukan
perjanjian yang akan ditandatangani dan diratifikasi. Meskipun demikian, deklarasi itu telah terbukti
menjadi langkah raksasa dalam proses internasionalisasi hak asasi manusia. Seiring dengan perjalanan
waktu, status hukum deklarasi itu terus mendapat pengakuan yang kuat. Selain dipandang sebagai
interpretasi otentik terhadap muatan Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, deklarasi ini juga
berkembang menjadi hukum kebiasaan internasional yang mengikat secara hukum bagi semua Negara.

Instrument hukum HAM internasional dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. World Conference on Human Rights and Millennium Assembly (Konferensi Dunia tentang Hak
Asasi Manusia dan Majelis Millennium)
2. The Right of Self-Determination (Hak Penentuan Nasib Sendiri)
3. Rights of Indigenous Peoples and Minorities (Hak-hak Masyarakat dan Minoritas Adat)
4. Prevention of Discrimination (Pencegahan Diskriminasi)
5. Rights of Women (hak perempuan)
6. Rights of the Child (hak anak)
7. Rights of Older Persons (hak lanjut usia)
8. Rights of Person With Disabilities (hak orang penyandang cacat)
9. Human Rights in the Administration of Justice Protection of Person Subjected to Detention or
Imprisonment (Hak Asasi Manusia dalam Administrasi Peradilan Perlindungan Orang Dikenakan
Penahanan atau Pemenjaraan)
10. Sosial Welfare, Progress and Development (Sosial Kesejahteraan, Kemajuan dan
Pembangunan)
11. Promotion and Protection of Human Rights (Promosi dan Perlindungan Hak Asasi Manusia)
12. Marriage (perkawinan)

13. Right to Health (hak atas kesehatan)

14. Right to Work and to Fair Conditions of Employment (Hak untuk Bekerja dan ke Fair Kondisi
Kerja)
15. Freedom of Association (Kebebasan Berserikat)

16. Slavery, Slavery-Like Practices and Forced Labour (Perbudakan, Perbudakan - suka Praktek
dan Kerja Paksa)
17. Rights of Migrants (hak migran)

18. Nationality, Satelessness, Asylum and Refugees (Kebangsaan, Satelessness, Suaka dan
Pengungsi)

19. War Crimes and Crimes Against Humanity, Including Genocide (Kejahatan Perang dan
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Termasuk Genosida)

Meski PBB telah melakukan berbagai upaya, bukan berarti PBB tidak menemui hambatan. Beberapa
hambatan yang menghalangi PBB melaksanakan cita-citanya untuk menciptakan perdamaian dan
keamanan Internasional di Timur Tengah, yaitu:
a) Adanya dukungan Amerika Serikat secara menyeluruh kepada Israel, baik dari segi politik,
militer, maupun ekonomi. Dengan dukungan negara yang mempunyai hak veto di Dewan Keamanan
PBB tersebut, Israel berada diatas angin untuk mengabaikan sgala macam upaya PBB untuk
penyelesaian konflik.
b) Hak veto dimiliki Amerika Serikat dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk menguntungkan
Israel. Selama ini Amerika Serikat telah menggunakan 159 veto dalam berbagai masalah. Dari seluruh
veto tersebut, 123 veto digunakan untuk melumpuhkan naskah resolusi yang bersifat menentang Israel.
Dan Veto terakhir yang digunakan oleh Amerika Serikat adalah memveto atas resolusi DK PBB yakni
Rancangan resolusi Kuwait mengutuk penggunaan “kekuatan yang berlebihan, tidak proporsional dan
tidak pandang bulu oleh pasukan Israel terhadap warga sipil Palestina” dan menuntut penghentian
tindakan tersebut.
hal ini berkaitan dengan dibunuhnya 116 orang Palestina oleh pasukan Israel dalam protes di perbatasan
Gaza sejak 30 Maret 2018 dan puncaknya pada 14 Mei 2018 ketika Amerika Serikat memindahkan
kedutaannya di Israel ke Yerussalem dari Tel Aviv. Dimana pada saat itu negara lain menyetujui resolusi
tersebut dan anggota DK PBB pun sama dengan 4 negara abstain, dan hanya Amerika Serikat lah yang
memveto resolusi tersebut yang mana hal tersebut telah cukup untuk menggagalkan resolusi tersebut.
c) Sikap Israel yang tidak mau menghormati pihak lain.
d) Tindakan-tindakan Amerika Serikat yang senantiasa berusaha mengisolasi peranan PBB dan
negara lain untuk mencari solusi bagi perdamaian di Timur Tengah.
Selain hambatan dari pihak Israel, PBB juga mendapat kecaman dari pihak Palestina dan negara Timur
Tengah lainnya karena beberapa sikap PBB yang dianggap tidak adil. Sikap tidak adil tersebut tercermin
dalam beberapa hal;

a) Rekomendasinya tentang pembagian wilayah yang sejumlah 40% sebelum negara Israel
berdiri. Padahal penduduk Yahudi hanya sejumlah 6%.
b) Gagal dalam mengefektifkan resolusi-resolusinya.
c) Gagal dalam menerapkan syarat-syarat sebagai anggota PBB terhadap Israel.

Pelanggaran HAM berat bukan merupakan tindak pidana yang diatur dalam kitab undang-undang
hukum pidana serta menimbulkan kerugian baikmateriil maupun immaterial yang mengakibatkan rasa
tidak aman baik terhadapperseorangan maupun masyarakat. Pelanggaran HAM yang berat meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genosida merupakan perbuatan
yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompoketnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan fisik baik seluruh atau
sebagian, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam kelompok, dan
memindah kan secara paksa anakanak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
BAB III
PENUTUP

. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa Israel telah melakukan pelanggaran
terhadap hukum internasional dalam konflik dengan Palestina. Israel harus melaksanakan dengan baik
resolusi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB, supaya kekerasan yang terjadi di Palestina
tidak terjadi kembali
. Dewan Keamanan harus memberikan sanksi yang tegas kepada Israel karena tidak melaksanakan
dengan baik resolusi yang telah dibuat dan Amerika Serikat harus mendukung secara penuh sebagai
anggota tetap Dewan Keamanan dan menghentikan bantuan persenjataan kepada Israel
. Selain itu, Human Rights Watch menyatakan bahwa kebijakan Israel terhadap warga Palestina di
wilayah pendudukan dan Israel merupakan kejahatan apartheid dan persekusi
. Oleh karena itu, negara-negara seharusnya mengatur penjualan senjata serta bantuan militer dan
keamanan kepada Israel pada pihak
Dalam menyelesaikan konflik wilayah Israel-Palestina, peran Dewan Keamanan PBB dianggap tidak
berperan karena faktor utama dari tidak berakhirnya konflik antara Israel-Palestina adalah Amerika
Serikat selalu memveto resolusi Dewan Keamanan PBB dan resolusi dari Dewan Keamanan PBB
. Namun, Mahkamah Pidana Internasional memutuskan pada 2021 bahwa pihaknya memiliki dasar
yurisdiksi atas apa yang terjadi di wilayah yang diduduki oleh Israel, tetapi penyelidikan apa pun
kemungkinan besar akan terhambat oleh sikap tidak kooperatif pemerintah Israel, yang kerap menolak
untuk mengakui otoritas pengadilan
Dalam rangka menyelesaikan konflik ini, diperlukan upaya-upaya yang lebih serius dan tegas dari
negara-negara di dunia untuk menekan Israel agar menghentikan pelanggaran terhadap hukum
internasional dan menghormati hak asasi manusia warga Palestina.

. SARAN
saran terkait pelanggaran Israel dalam hukum internasional:
Israel harus mematuhi hukum internasional dan menghentikan praktik-praktik yang melanggar hak
asasi manusia dan hukum humaniter internasional, seperti penghancuran rumah warga Palestina dan
serangan terhadap warga sipil
Dewan Keamanan PBB harus memberikan sanksi yang tegas kepada Israel karena tidak mematuhi
resolusi yang telah dibuat dan Amerika Serikat harus mendukung secara penuh sebagai anggota tetap
Dewan Keamanan dan menghentikan bantuan persenjataan kepada Israel
Israel harus melaksanakan dengan baik resolusi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB,
supaya kekerasan yang terjadi di Palestina tidak terjadi kembali
Israel harus memperhatikan prinsip-prinsip hukum humaniter internasional, seperti military necessity,
humanity, dan proporsionalitas
Negara-negara di seluruh dunia harus mengecam pelanggaran hak asasi manusia dan hukum humaniter
internasional oleh Israel dan mendukung upaya-upaya untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan
Palestina

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, et al. (2017). Hukum Humaniter Internasional (Dalam Studi Hubungan Internasional).
Depok: Rajawali Pers.
Bakry, Umar Suryadi. (2019). Humaniter Internasional Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Samir, Akhsan. (2002). Manipulasi dan Kejahatan Zionis dalam Konflik Israel-Palestina. Jakarta:
AlvaBet.
Sefriani. (2018). Hukum Internasional Suatu Pengantar. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Simanjuntak, Mangisi. (2018). Hukum Internasional (Perjuangan Negara-Negara Berkembang Dalam
Mencapai Persamaan Hak). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Suryokumoro, Herman, et al. (2020). Hukum Humaniter Internasional (Kajian Norma Dan Kasus).
Malang: UB Press.
Winarwati, Indien. (2017). Hukum Internasional. Malang: Setara Press.
Amal, Ichlasul. (2020). “The Future Of Israel-Palestinian Conflict: Either One State Or Two States
Solution?” Journal of International Law and Diplomacy, Vol. 4, No. 1.
Henckaerts, Jean-Marie. (2005). “Studi (kajian) tentang hukum humaniter internasional kebiasaan:
sebuah sumbangan bagi pemahaman dan penghormatan terhadap tertib hukum dalam konflik
bersenjata” (Study on Customary International Humanitarian Law Indonesian translation), Vol. 87
(857).
Idzna Fadia, Samekto Adji, dan Setyawanta Tri. (2016). “Perlindungan Lingkungan Hidup dalam
Konflik Israel-Palestina: Perspektif Hukum Internasional Humaniter.” Jurnal Dinamika Hukum, Vol.
16, No. 2.
Voa Indonesia. (2020). “Digempur Serangan Balon Api Palestina, Israel Ancam Setop Pasokan BBM
Ke Gaza

Anda mungkin juga menyukai