Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
Disusun Oleh:
Ghina Widia (11210480000009)
Hadi Maulana (11210480000013)
Faisa Ananta (11210480000048)
Kurnia Afandi (11210480000055)
Angga Putra Marulino (11210480000106)
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah ini yang berjudul “Pengadilan Hak Asasi
Manusia” yang telah disusun dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini ialah untuk memenuhi tugas Bapak Ali Mansur, M. A. selaku dosen pengampu mata
kuliah ini. Selain itu, pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca dan penulis tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ali Mansur, M. A, selaku dosen
bidang Hukum Hak Asasi Manusia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni.
Saya juga mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuaannya sehingga saya dapat menyelesaikan masalah ini.
Saya menyadari, makalah saya masih banyak sekali kekurangannya dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengaturan yang berbeda atau khusus ini mulai sejak tahap penyelidikan
dimana yang berwenang adalah Komnas HAM sampai pengaturan tentang majelis
hakim dimana komposisinya berbeda denga pengadilan pidana biasa. Dalam
pengadilan HAM ini komposisi hakim adalah lima orang yang mewajibkan tiga
orang diantaranya adalah hakim ad hoc. Namun, meskipun terdapat kekhususan
dalam penangannya, hukum acara yang digunakan, masih menggunakan hukum
acara pidana terutama prosedur pembuktiannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa latar belakang adanya Pengadilan Hak Asasi Manusia?
2. Apa saja tujuan Pengadilan Hak Asasi Manusia?
3. Apa Karakter dan keberadaan dari Pengadilan Hak Asasi Manusia?
4. Bagaimana Kewenangan dari Pengadilan Hak Asasi Manusia?
5. Apa saja dasar hukum tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui latar belakang dari adanya Pengadilan Hak Asasi Manusia?
2. Mengetahui tujuan dari Pengadilan Hak Asasi Manusia?
3. Mengetahui Karakter dan keberadaan dari Pengadilan Hak Asasi Manusia?
4. Mengetahui Kewenangan dari Pengadilan Hak Asasi Manusia?
5. Mengetahui dasar hukum tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
Orde baru yang berkuasa selama 33 tahun (1965-1998) telah banyak dicatat
melakukan pelanggaran-pelanggaran HAM. Orde baru yang memerintah secara
otoriter selama lebih dari 30 tahun telah melakukan berbagai tindakan pelanggaran
HAM karena perilaku negara dan aparatnya.
1
Zainal Abidin, “ Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia: Regulasi, Penerapan Dan
Perkembangannya”, Jurnal Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, September 2014.Hal 1.
1. Ekses Demokrasi Terpimpin (antara lain penahanan tokoh Masyumi/PSI
tanpa diadili);
2. Pembantaian 1965/1966;
3. Penahanan politik di kamp Pulau Buru (1969-1979);
4. Kasus Timor-Timur (serangan 7 Desember 1975);
5. Kasus Aceh;
6. Kasus Irian Jaya;
7. Penembak Misterius (Petrus);
8. Kasus Tanjung Priok 1984;
9. 27 Juli 1996;
10. Seputar kerusuhan Mei 1998. 2
2
Sivfian Hendra Legowo, IG.Krisnadi, Hendro Sumartono, “ Dinamika Politik Rezim Orde Baru di
Indonesia Studi Tentang Kegagalan Konsolidasi Politik Rezim Orde Baru Tahun 1990-1996”. Jurnal
Publika Budaya Volume 1 November 2013 Universitas Jember. Hal. 16-24
3
Zainal Abidin, “ Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia: Regulasi, Penerapan Dan
Perkembangannya”, Jurnal Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, September 2014.Hal 2.
Dalam waktu kurang dari dua minggu sejak penolakan pihak DPR,
pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang Pengadilan HAM. Tekanan atas
kemungkinan pembentukan pengadilan internasional memaksa pemerintah untuk
mengajukan rancangan legislasi baru menggantikan Perppu ini.
1. Tujuan idiil :
Untuk ikut memelihara perdamaian dunia
Menjamin pelaksanaan Hak Asasi Manusia
Memberi perlindungan, kepastian, keadilan dan perasaan perorangan
ataupun masyarakat.
2. Tujuan praktis
Untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat karena
extra ordinary crimes dan berdampak luas, pada tingkat nasional mapun
internasional. Perkara yang diadili dalam Pengadilan Hak Asasi Manusia
bukan merpakan tindak pidana yang diatur dalam KUHP, melainkan perbatan
yang menimbulkan korban dan kerugian yang sangat besar, dan
mengakibatkan perasaan tidak aman, baik terhadap perseorangan maupun
masyarakat. Oleh karena itu, keadaan perlu dipulihkan ntuk mewujudkan
supremasi hukum untuk mencapai kedamaian, ketentraman, keadilan, dan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Peradilan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan pilar penting dalam sistem
hukum Indonesia yang bertujuan untuk menjaga dan melindungi hak asasi manusia
warga negara. Makalah ini akan membahas karakteristik atau ciri-ciri utama dari
peradilan HAM di Indonesia, yang mencakup independensi, struktur multilevel, dan
mekanisme pengawasan. Kami juga akan menganalisis bagaimana karakteristik-
karakteristik ini tercermin dalam sistem peradilan HAM Indonesia.
4
DR. Binsar Gultom, SH, SE, MH., Pelanggaran HAM Dalam Hukum Keadaan Darurat Di Indonesia,
PT. Gramedia, Jakarta 2010. Hal 237.
bertindak secara bebas dan tanpa intervensi politik atau tekanan eksternal.
Independensi adalah prasyarat penting untuk memastikan bahwa peradilan HAM
dapat beroperasi sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip HAM.
5 Situmorang, M., & Adimuliya, D. (2017). Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia. Penerbit Kencana.
3. Mekanisme Pengawasan dalam peradilan HAM
Peradilan HAM di Indonesia didukung oleh mekanisme pengawasan yang
kuat, termasuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan
Mahkamah Konstitusi.
6
Lihat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7
Lihat dalam Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Tata Cara Penanganan Pengaduan Pelanggaran Hak Asasi Manusia.
1. Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) adalah lembaga
independen yang dibentuk oleh pemerintah untuk melindungi, mempromosikan,
dan menegakkan hak asasi manusia di Indonesia. Komnas HAM memiliki
kewenangan untuk melakukan penyelidikan, pengkajian, dan pengawasan
terhadap pelanggaran HAM.
2. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga peradilan yang bertugas untuk
menyelesaikan sengketa hasil pemilihan umum dan sengketa konstitusi. MK
juga memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945.
3. Pengadilan HAM adalah pengadilan yang khusus dibentuk untuk mengadili
kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat, seperti kasus kejahatan terhadap
kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang.8
4. Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi juga dapat mengadili kasus-kasus
pelanggaran HAM yang tidak masuk dalam kategori berat.
Selain lembaga-lembaga tersebut, terdapat juga organisasi-organisasi
masyarakat sipil yang berperan dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan
memantau pelaksanaan peradilan HAM di Indonesia, seperti Amnesty
International Indonesia, KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan), dan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta.
Kewenangan pengadilan hak asasi manusia adalah salah satu aspek penting
dalam sistem perlindungan hak asasi manusia di banyak negara. Pengadilan hak asasi
manusia memiliki peran utama dalam menentukan apakah pemerintah atau individu
telah melanggar hak asasi manusia seseorang.
8
Kusuma, A. (2016). Peradilan HAM di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal Konstitusi,
13(2), 327-349.
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
9
pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Menurut pasal ini, Pengadilan HAM
bertugas dan berwenang memeriksa serta memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Poin utama di sini adalah bahwa Pengadilan HAM memiliki
peran khusus dalam menangani kasus-kasus yang terkait dengan pelanggaran hak
asasi manusia yang memiliki tingkat keparahan atau serius.
9
Pasal 4 Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang Hak Asasi Manusia
10
Pasal 5 Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang Hak Asasi Manusia
11
Pasal 6 Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang Hak Asasi Manusia
Dengan demikian, pengaturan mengenai lingkup wewenang Pengadilan
HAM telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Hak Asasi Manusia.
12
R. Wiyono, Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia Edisi kedua, (Jakarta: Kencana, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Oleh karena itu, tentunya dalam Pengadilan Hak Asasi Manusia sangatlah
penting untuk menindak lanjutin kasus-kasus kejahatan baik kemanusiaan maupun
genosida. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan Hak Asasi Manusia kita sendiri. Dan jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain. Oleh sebab itu kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. “ Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia: Regulasi, Penerapan Dan
Perkembangannya”. Jurnal Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, (2014).
Kusuma, A. (2016). Peradilan HAM di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal
Konstitusi, 13 (2).
Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Nomor 3 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Situmorang, M., & Adimuliya, D. (2017). Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Penerbit Kencana.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Wiyono, R. Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia Edisi kedua, Jakarta: Kencana,
2013.