Makalah
Disusun oleh :
BANDUNG 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kejahatan Internasional”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Dr Ine Fauzia, S,H.,M,Sc, atas
bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pengetahuan,
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
PENUTUP ........................................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Antonio Cassese memberikan pengertian Hukum Pidana Internasional sebagai suatu rangkaian
aturan Hukum Internasional yang dirancang baik untuk melarang kejahatan-kejahatan internasional
maupun untuk memberikan kewajiban kepada negara-negara untuk menuntut dan menghukum
setidaknya beberapa dari kejahatan tersebut. Selain itu, hukum ini juga mengatur prosedur
internasional untuk menuntut dan mengadili orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan
tersebut.
1
Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal.2.
4
Dengan mengacu pada pemahaman Antonio Cassese, tulisan ini bermaksud untuk
mengeksplorasi lebih lanjut tentang "Kejahatan-Kejahatan Internasional (Tindak Pidana
Internasional) dan Peran International Criminal Court."2
1.3. Tujuan
2
I Made Pasek Diantha, Hukum Pidana Internasional Dalam Dinamika Pengadilan Pidana Internasional, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2014, hal.1
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Traktat Internasional:
Banyak perjanjian internasional menetapkan kewajiban untuk mencegah dan menghukum
kejahatan internasional.
2. Hukum Humaniter Internasional:
Hukum humaniter internasional mengatur perlakuan selama konflik bersenjata, melibatkan
norma-norma yang melarang kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
pelanggaran hukum perang.
3. PBB dan Keamanan Internasional
Piagam PBB memberikan landasan hukum untuk tindakan oleh Dewan Keamanan PBB dalam
menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Resolusi Dewan Keamanan dapat
memberikan dasar hukum untuk tindakan militer atau sanksi terhadap negara yang melanggar
hukum internasional.
4. Pengadilan Internasional
Mahkamah Internasional (ICJ) menangani sengketa antara negara-negara, sedangkan
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memiliki yurisdiksi atas individu yang diduga melakukan
kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi.
5. Prinsip-prinsip Umum Hukum Internasional
Prinsip-prinsip umum hukum internasional, seperti prinsip non-intervensi, prinsip sovereign
equality (kesetaraan kedaulatan), dan prinsip non-refoulement, dapat menjadi dasar hukum
untuk menilai tindakan yang dianggap sebagai kejahatan internasional.
6
dan organisasi internasional3. Individu atau orang perorangan merupakan subjek hukum utama
dalam hukum pidana internasional, karena hanya individu yang secara nyata dapat menjalani
hukuman badan. Namun, korporasi juga dapat menjadi subjek hukum pidana internasional jika
membantu pasokan alat-alat perlengkapan perang secara melawan hukum, dan alat melakukan
kejahatan internasional.
3
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2003.
7
Banyak lembaga swasta nasional maupun swasta transnasional atau multinasional dapat
menjadi subjek hukum pidana nasional. Badan hukum dengan dapat menjadi subjek hukum pidana
internasional dengan ruang lingkup yang lebih terbatas apabila dibandingkan dengan individu.
Misalnya, dalam perkara yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan internasional.
Menurut Bassiouni terkait dengan environmental protection, sebuah korporasi yang mencemarkan
lingkungan di suatu wilayah teritorial negara lain, atau melewati lintas batas negara di sekitarnya
merupakan salah satu bentuk tindak pidana internasional4.
4) Organisasi Internasional
Organisasi internasional adalah organisasi yang bergerak di bidang internasional. Seperti
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Organisasi internasional hampir serupa dengan negara.
Organisasi memiliki suatu sistem yaitu International Law Commission (ILC) untuk mengatasi
permasalahan pidana yang terjadi dalam ruang lingkup internasional. International Law Commission
(ILC) merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB).
1) Individu atau Kelompok Masyarakat, Korban Langsung adalah Individu atau kelompok
masyarakat yang secara langsung mengalami dampak dari kejahatan internasional, seperti
korban kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau genosida.
2) Negara atau Masyarakat Internasional, Kepentingan Umum: Kejahatan internasional sering kali
merugikan negara atau masyarakat internasional secara keseluruhan. Pelanggaran terhadap
norma-norma hukum internasional dapat merugikan perdamaian dan keamanan internasional.
4
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, P.T. Alumni, Bandung, 2003
5
Eddy O.S. Hiariej, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga, Jakarta, 2009
8
3) Hak Asasi Manusia: Individu atau Kelompok yang Menjadi Korban Pelanggaran HAM: Kejahatan
internasional sering kali melibatkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Oleh karena itu,
individu atau kelompok yang menjadi korban pelanggaran HAM dapat dianggap sebagai objek
hukum.
4) Lingkungan Alam, Beberapa kejahatan internasional melibatkan kerusakan lingkungan
internasional, Kejahatan yang melibatkan kerusakan lingkungan alam, seperti pencemaran atau
perusakan habitat, dapat merugikan lingkungan sebagai objek hukum. Perlindungan lingkungan
semakin menjadi perhatian dalam hukum pidana internasional.
Objek hukum ini tidak selalu menjadi subjek hukum yang dapat mengajukan tuntutan hukum
secara langsung. Dalam banyak kasus, proses hukum melibatkan pihak-pihak tertentu, seperti
negara atau pengadilan internasional, yang bertindak untuk menegakkan hukum internasional dan
memberikan keadilan.
B. Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, Seorang pakar hukum internasional Indonesia, penerapan
hukum melibatkan tindakan penerapan aturan hukum yang diberlakukan oleh negara untuk
memastikan terwujudnya keadilan dan kepastian hukum.
6
Jimly Asshiddiqie, Pandangan Hukum Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010).
9
C. Prof. Dr. Saldi Isra, Seorang ahli hukum tata negara, dapat memberikan pandangan tentang
penerapan hukum dalam konteks konstitusi atau tata negara, menekankan pentingnya
lembaga penegak hukum dan sistem peradilan dalam melaksanakan ketentuan
konstitusional.
10
b) Yurisdiksi Internasional: Di samping yurisdiksi nasional, ada juga yurisdiksi internasional
yang dapat diterapkan oleh lembaga-lembaga pengadilan internasional seperti
Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
7
D.G. Palguna, Hukum Internasional (Jakarta: Penerbit Kencana, 2019)
11
Proses Pemulihan: Setelah hukuman dilaksanakan, ada upaya untuk rehabilitasi dan
reintegrasi individu ke dalam masyarakat. Proses penerapan hukum kejahatan internasional
melibatkan kerjasama global dan peran penting lembaga-lembaga internasional, serta kesiapan
negara-negara untuk menegakkan dan menghormati norma-norma hukum internasional.
c. Pengadilan:
8
Wagiman, S.Fil., S.H., M.H., dan Anasthasya Saartje Mandagi S.H., M.H., Terminologi Hukum Internasional (Jakarta:
Sinar Grafika (Bumi Aksara), 2021).
12
a) Skala Nasional, Kasus kejahatan diadili di pengadilan nasional. Negara-negara memiliki
sistem peradilan nasional yang berwenang mengadili dan memutuskan kasus-kasus
kejahatan, termasuk pengadilan umum dan pengadilan khusus untuk kejahatan tertentu.
d. Penegakan Hukum:
a) Skala Nasional, Penegakan hukum kejahatan nasional dilakukan oleh aparat penegak hukum
di tingkat nasional, seperti polisi, jaksa, dan pengadilan nasional.
b) Skala Internasional, Hukuman dan penalti untuk kejahatan internasional dapat diberikan
oleh pengadilan internasional. Mahkamah Pidana Internasional, sebagai contoh, dapat
memberikan hukuman seperti penjara atau denda.
Dari semua itu, Perbedaan utama antara penerapan hukum kejahatan nasional dan
internasional terletak pada yurisdiksi yang melibatkan hukum nasional dan internasional, sumber
hukum yang digunakan, dan forum pengadilan yang berwenang untuk menangani kasus kejahatan
tersebut. Proses penerapan hukum kejahatan internasional juga sering kali melibatkan kerjasama
yang erat antarnegara.
2.) Kasus Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY), ICTY adalah pengadilan
internasional yang dibentuk untuk mengadili kejahatan perang yang terjadi selama konflik di
bekas Yugoslavia. Pengadilan ini menangani kasus-kasus terkait dengan pelanggaran hukum
internasional, termasuk genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang.
3.) Pengadilan Khusus untuk Sierra Leone (SCSL), SCSL didirikan untuk mengadili individu yang
terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hukum internasional
selama konflik di Sierra Leone. Pengadilan ini menangani kasus-kasus seperti kejahatan
perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pelanggaran serius terhadap hukum
humaniter.
4.) Pengadilan Eksperimental untuk Kamboja (ECCC), ECCC didirikan untuk mengadili para
pelaku kejahatan yang terlibat dalam rezim Khmer Merah di Kamboja pada tahun 1970-an.
Pengadilan ini menangani kasus-kasus seperti kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida,
dan kejahatan perang.
9
F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1994).
14
Masyarakat internasional dapat memberlakukan sanksi ekonomi, politik, atau militer terhadap
negara atau individu yang terlibat dalam kejahatan internasional. Ini dapat menjadi bentuk tekanan
internasional untuk mendorong kepatuhan terhadap norma-norma hukum internasional.
Penerapan hukum mengenai kejahatan internasional melibatkan kerjasama antarnegara dan
lembaga internasional untuk mencapai keadilan dan akuntabilitas. Contoh di atas mencerminkan
berbagai upaya di tingkat internasional dan nasional untuk menangani kejahatan internasional.
1. Perdagangan Narkoba:
Perdagangan narkoba melibatkan penyelundupan dan distribusi obat terlarang secara lintas
negara. Organisasi kriminal internasional sering terlibat dalam kegiatan ini. Kasus "El Chapo"
(Joaquín Guzmán), Joaquín Guzmán, yang dikenal sebagai "El Chapo," adalah pemimpin kartel
narkoba Sinaloa dari Meksiko. Dia terlibat dalam perdagangan narkoba lintas batas, mengirimkan
ton obat-obatan terlarang ke Amerika Serikat dan negara-negara lain10. Guzmán ditangkap pada
tahun 2016 setelah kabur dari penjara dua kali. Selama persidangan, diungkapkan bahwa kartel
Sinaloa menggunakan terowongan bawah tanah, pesawat, dan kapal selam untuk mengirimkan
narkoba. Kasus ini mencerminkan kompleksitas dan dimensi lintas negara dalam perdagangan
narkoba11.
2. Terorisme Internasional
Serangan teroris yang melibatkan kelompok atau individu dari berbagai negara. Contoh
termasuk serangan 11 September 2001 dan serangan Paris 2015. Serangan 11 September 2001,
Serangan teroris pada 11 September 2001, di Amerika Serikat, yang melibatkan pesawat
penumpang yang diculik oleh anggota Al-Qaeda. Mereka menabrakkan pesawat tersebut ke
Menara Kembar World Trade Center di New York dan Pentagon di Washington D.C12. Serangan ini
10
BBC News. "El Chapo: Mexican drug lord Joaquín Guzmán sentenced to life in prison." (2019).
[Referensi](https://www.bbc.com/news/world-us-canada-49073089).
11
United States Department of Justice. "Joaquín Guzmán Loera AKA ‘El Chapo’ Sentenced To Life Plus 30 Years In
Prison." (2019). [Referensi](https://www.justice.gov/usao-edny/pr/joaqu-n-guzm-n-loera-aka-el-chapo-sentenced-life-
plus-30-years-prison).
12
National Commission on Terrorist Attacks Upon the United States. "9/11 Commission Report." (2004).
[Referensi](https://www.9-11commission.gov/report/).
15
menewaskan ribuan orang dan memicu perang melawan terorisme oleh Amerika Serikat dan
sekutu. Kejadian ini mengubah lanskap keamanan internasional dan memicu peningkatan kerjasama
global dalam pencegahan terorisme13.
3. Pencucian Uang
Proses menyamarkan asal-usul uang hasil kejahatan agar terlihat sah. Ini sering terkait dengan
kejahatan seperti korupsi dan perdagangan narkoba. Kasus "1MDB" di Malaysia, Skandal 1 Malaysia
Development Berhad (1MDB) melibatkan dugaan pencucian uang dan korupsi di Malaysia. Lebih
dari $4 miliar dana 1MDB diduga disalahgunakan oleh pejabat pemerintah dan individu terkait14.
Beberapa tokoh tinggi termasuk mantan perdana menteri Malaysia, Najib Razak, \iinvestigasi terkait
skandal ini. Kasus ini menyoroti kompleksitas pencucian uang dalam konteks keuangan global dan
memicu tindakan hukum dan investigasi internasional15.
5. Perdagangan Manusia:
Perdagangan manusia melibatkan eksploitasi orang untuk tujuan seksual atau pekerjaan paksa,
sering melintasi batas negara. Contohnya yakni kasus perdagangan manusia di Eropa, Terdapat
13
The Guardian. "September 11, 2001: the day America knew how it felt to be hunted." (2011).
[Referensi](https://www.theguardian.com/world/2011/sep/11/9-11-attacks-timeline).
14
The Guardian. "What is the 1MDB scandal and how is ex-PM Najib Razak involved?" (2018).
[Referensi](https://www.theguardian.com/world/2018/may/16/what-is-the-1mdb-scandal-and-how-is-ex-pm-
najib-razak-involved).
15
BBC News. "1MDB: The inside story of the world’s biggest financial scandal." (2020).
[Referensi](https://www.bbc.com/news/stories-51706064).
16
berbagai kasus perdagangan manusia di Eropa, di mana individu, terutama perempuan dan anak-
anak, diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual atau kerja paksa16. Organisasi kejahatan
terorganisir sering terlibat dalam merekrut, mengangkut, dan mengeksploitasi korban perdagangan
manusia. Penegakan hukum dan kerja sama internasional diperlukan untuk mengatasi
permasalahan ini17.
Ratifikasi ini membawa implikasi signifikan dalam hal penegakan hukum internasional.
Indonesia menegaskan komitmennya untuk melibatkan diri secara aktif dalam memerangi impunitas
terhadap kejahatan serius dan memberikan keadilan kepada korban.
16
European Institute for Gender Equality. "Human trafficking for sexual exploitation in Europe." (2019).
[Referensi](https://eige.europa.eu/publications/human-trafficking-sexual-exploitation-europe).
17
European Commission. "EU Strategy towards the Eradication of Trafficking in Human Beings (2012-
2016)." (2012). [Referensi](https://ec.europa.eu/anti-trafficking/publications/eu-strategy-towards-
eradication-trafficking-human-beings 2012-2016_en.
17
Ratifikasi ini memberikan landasan hukum bagi Indonesia untuk memberlakukan dan
mematuhi ketentuan-ketentuan Statuta Roma, serta untuk memberikan yurisdiksi terhadap individu
yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Hal ini mencerminkan tanggung jawab Indonesia dalam
menjaga keadilan dan menghormati norma-norma hukum internasional terkait hak asasi manusia
dan penegakan hukum internasional18.
18
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Statuta Roma.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejahatan internasional melibatkan tindakan yang melanggar norma-norma hukum
internasional. Dasar hukum untuk menangani kejahatan internasional dapat ditemukan dalam
berbagai sumber hukum internasional.Penting untuk dicatat bahwa implementasi dan penegakan
hukum internasional seringkali kompleks dan tergantung pada kerjasama antarnegara serta
kepatuhan aktor internasional terhadap norma-norma yang telah ditetapkan.
Dalam kejahatan internasional, subjek hukum yang dapat bertanggung jawab dan memiliki hak
dan kewajiban menurut hukum internasional meliputi individu, negara, badan hukum swasta, dan
organisasi internasional. Individu menjadi subjek utama dalam hukum pidana internasional, terlihat
dalam Piagam London 1945 dan peradilan Nuremberg, di mana individu dapat dijadikan subjek
hukum internasional selain negara. Pengadilan Pidana Internasional (ICC) memiliki yurisdiksi untuk
mengadili individu atas kejahatan internasional seperti kejahatan perang, kejahatan terhadap
kemanusiaan, genosida, atau kejahatan agresi.
Negara sebagai subjek hukum internasional sejak lahirnya hukum internasional, dapat
bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan oleh individu-individu di bawah wewenangnya.
Pelanggaran tersebut diselesaikan berdasarkan hukum internasional, diplomasi, negosiasi, atau
melalui organisasi internasional terhadap negara yang bersangkutan.
Badan hukum swasta, baik nasional maupun transnasional, dapat menjadi subjek hukum pidana
internasional, terutama terkait dengan kasus pencemaran lingkungan internasional. Organisasi
internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga menjadi subjek hukum internasional
dan memiliki lembaga seperti International Law Commission (ILC) untuk mengatasi permasalahan
pidana dalam konteks internasional.
Objek hukum internasional dalam konteks kejahatan internasional mencakup individu, negara,
badan hukum swasta, organisasi internasional, serta situasi internasional dan perselisihan antara
negara-negara. Kejahatan internasional dapat merugikan langsung individu atau kelompok
masyarakat, negara atau masyarakat internasional secara umum, hak asasi manusia, dan lingkungan
alam. Perlindungan terhadap objek hukum ini dijaga melalui proses hukum yang melibatkan pihak-
19
pihak tertentu, seperti negara atau pengadilan internasional, yang bertindak untuk menegakkan
hukum internasional dan memberikan keadilan.
Ratifikasi Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Statuta Roma memberikan dasar
hukum bagi Indonesia untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Statuta Roma. Ini mencakup kewajiban
negara terkait penuntutan kejahatan internasional, seperti genosida, kejahatan terhadap
kemanusiaan, dan kejahatan perang. Indonesia, seperti negara-negara lain, dapat meratifikasi
perjanjian internasional, seperti Statuta Roma, yang mendirikan Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court/ICC).
Ratifikasi ini menunjukkan keterlibatan dan komitmen Indonesia dalam mematuhi norma-norma
hukum internasional terkait kejahatan internasional. Dengan meratifikasi, Indonesia menyetujui dan
bersedia menjalankan yurisdiksi internasional atas kejahatan serius yang mungkin terjadi di dalam
wilayahnya atau melibatkan warganya.
Implikasi hukum dan komitmen dari ratifikasi ini sangat signifikan. Indonesia menegaskan
komitmennya untuk aktif berpartisipasi dalam memerangi impunitas terhadap kejahatan serius dan
memberikan keadilan kepada korban. Ratifikasi memberikan landasan hukum bagi Indonesia untuk
memberlakukan dan mematuhi ketentuan-ketentuan Statuta Roma, serta memberikan yurisdiksi
terhadap individu yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Tindakan ini mencerminkan tanggung
jawab Indonesia dalam menjaga keadilan, menghormati norma-norma hukum internasional terkait
hak asasi manusia, dan mendukung penegakan hukum internasional.
20
DAFTAR PUSTAKA
Amanda Perreau-Saussine, National Law in WTO Law: Effectiveness and Good Governance in
the World Trading System (Oxford: Oxford University Press, 2016).
Djokopekik Ikhsan dan Fany Yulindrasari, Hukum Humaniter Internasional: Dalam Bingkai
Sejarah, Perkembangan, dan Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2014).
Hiariej, Eddy O.S, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga, Jakarta, 2009.
Atmasasmita, Romli, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2006.
Diantha, I Made Pasek, Hukum Pidana Internasional Dalam Dinamika Pengadilan Pidana
Internasional, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
21