Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL DAN SUBJEK HUKUM


INTERNASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan
Ketatanegaraan

Dosen Pengampu:

Dra. Nina Nurhasanah, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 6:

Winda Nuraeni (1107620223)

Gandis Shafa Alyaqhuta (1107620224)

Nur Fadhilah (1107620234)

Nurtika Desi Permatasari (1107620046)

Kurnia Rachmi (1107620249)

Chairu Nisha (1107620045)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat sehat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu
Hukum dan Ketatanegaraan untuk perguruan tinggi ini. Kami selaku penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah ini sesuai waktu yang telah ditetapkan dengan topik “Sumber-
Sumber Hukum Internasional dan Subjek Hukum Internasional”. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dra. Nina Nurhasanah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-
Dasar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-
Dasar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan. Tidak hanya itu, makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan baru baik kepada pembaca maupun kami selaku
penulis tentang bagaimana sumber-sumber hukum Internasional dan subjek hukum
Internasional.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan serta pemahaman kami tentang


Sumber-Sumber Hukum Internasional dan Subjek Hukum Internasional menjadikan
keterbatasan kami untuk memberikan penjabaran yang lebih mendalam tentang topik ini.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penyusun.

Jakarta, 21 November 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Sumber-Sumber Hukum Internasional ........................................................ 3

1. Macam-macam Sumber Hukum Internasional .................................... 3

2. Berdasarkan Sifat Daya Ikatnya .......................................................... 4

B. Subjek Hukum Internasional ...................................................................... 5

1. Pengertian Subjek Hukum Internasional ............................................ 5

2. Macam-macam Subjek Hukum Internasional ..................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik


untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap orang.
Secara teori, hukum internasional mengacu pada peraturan- peraturan dan norma-norma yang
mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat akan diakui
mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu,
dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya. Hukum internasional disusun dan lahir karena
kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu sistem
yang bertujuan untuk mencap suatu negara. Hukum Internasional didasarkan atas pikiran
adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan
merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak di bawah kekuasaan lain.

Subjek Hukum Internasional adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban yang telah
ditentukan di dalam Hukum Internasional itu sendiri. Subjek Hukum Internasional dapat
diartikan sebagai pengemban hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang diatur di dalam suatu
kaidah Hukum Internasional. Salah satu yang menjadi subjek Hukum Internasional adalah
negara yang merdeka dan berdaulat, artinya haruslah negara yang berdiri sendiri dan tidak
tergantung kepada keberadaan negara lain. Namun dikarenakan oleh zaman yang selalu
mengalami perubahan dan perkembangan, maka baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat memberikan pengaruh pula terhadap subjek Hukum Internasional. Pengaruh yang
dimaksud tersebut adalah munculnya berbagai macam subjek Hukum Internasional selain
negara.

Sebagai pengemban hak dan kewajiban yang bersifat internasional, maka para subjek
Hukum Internasional sekiranya harus memberikan perhatian yang cukup serius terhadap
pemahaman mengenai apa yang menjadi haknya dan apa pula yang menjadi kewajibannya.
Pemahaman mengenai hak dan kewajiban tersebut dirasakan sangat penting terkait dengan
dalam hal pada saat para subjek Hukum Internasional mengadakan hubungan dengan negara-
negara lain. Hak dan kewajiban para subjek Hukum Internasional merupakan salah satu
persoalan yang cukup penting, dikarenakan hal ini dalam rangka upaya pencegahan
terjadinya suatu sengketa/konflik internasional di antara para subjek Hukum Internasional.
Konflik yang bersifat internasional tersebut dapat terjadi kapan pun dan di mana pun, baik

1
antara negara yang satu dengan negara yang lain, antara negara dengan subjek Hukum
Internasional selain negara, maupun antar subjek Hukum Internasional selain negara.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud sumber-sumber hukum Internasional?
2. Apa saja macam-macam sumber hukum Internasional?
3. Bagaimana sumber hukum Internasional berdasarkan sifat daya ikatnya?
4. Apa yang dimaksud subjek hukum Internasional?
5. Apa saja macam-macam subjek hukum Internasional?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sumber-sumber hukum Internasional.
2. Untuk mengetahui macam-macam sumber hukum Internasional.
3. Untuk mengetahui sumber hukum Internasional berdasarkan sifat daya ikatnya.
4. Untuk mengetahui pengertian subjek hukum Internasional.
5. Untuk mengetahui macam-macam subjek hukum Internasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Hukum Internasional

Sumber hukum internasional adalah wacana atau bahasan yang menyangkut


identifikasi hukum internasional baik yang bersifat representatif. Sumber hukum
internasional dibedakan menjadi sumber hukum dalam arti materil dan formal. Dalam arti
materil adalah sumber hukum internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu
negara. Sedangkan sumber hukum formal adalah sumber untuk mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

1. Macam-macam Sumber Hukum Internasional:


a. Menurut pendapat para sarjana hukum internasional
Para sarjana hukum internasional menggolongkan sumber hukum internasional
meliputi:
a) Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional mengakibatkan pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian saling menyetujui, menimbulkan hak dan kewajiban dalam bidang
internasional. Kedudukan perjanjian internasional sebagai sumber hukum
internasional sangat penting mengingat perjanjian internasional lebih
menjamin kepastian hukum karena dibuat secara tertulis.
b) Kebiasaan Intenasional
Tidak setiap kebiasaan internasional dapat menjadi sumber hukum, ada dua
syarat untuk dapat dikatakan menjadi sumber hukum, yaitu: harus terdapat
suatu kebiasaan yang bersifat umum (unsur material) dan kebiasaan itu harus
diterima sebagai hukum (unsur psikologis).
c) Prinsip-prinsip Hukum Umum yang Diakui
Adanya prinsip-prinsip hukum umum sebagai sumber hukum primer, sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional sebagai
sistem hukum positif, karena prinsip-prinsip hukum umum ini melandasi
semua hukum yang ada di dunia, baik hukum internasional maupun hukum
nasional.
d) Keputusan-keputusan Pengadilan (Yurispudensi Internasional)

3
Keputusan-keputusan peradilan memainkan peranan yang cukup penting
dalam membantu pembentukan norma-norma baru hukum internasional.
Keputusan-keputusan Mahkamah Internasional dapat berupa keputusan yang
bukan atas pelaksanaan hukum positif tetapi atas dasar prinsip-prinsip keadilan
dan kebenaran.
e) Ajaran-ajaran Para Ahli atau Sarjana (Doktrin)
Pendapat para sarjana terkemuka, mengenai suatu masalah tertentu, meskipun
bukan merupakan hukum positif, seringkali dikutip untuk memperkuat
argument tentang adanya atau kebenaran dari suatu norma hukum. Pendapat
para sarjana akan lebih berpengaruh jika dikemukakan oleh perkumpulan
professional.
b. Penggolongan Menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional
Sumber Hukum Internasional menurut ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah
Internasional terdiri dari:
a) Perjanjian Internasional (International Conventions)
b) Kebiasaan International (International Custom)
c) Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-
negara beradab
d) Keputusan Pengadilan (Judicial Decisions) dan pendapat para ahli yang telah
diakui kepakarannya (Teaching soft hemosthighly qualified publicists)

2. Sumber Hukum Internasional Berdasarkan Sifat Daya Ikatnya


Sumber hukum internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya
maka dibedakan menjadi:
1) Sumber Hukum Primer
Sumber hukum yang sifatnya paling utama, sumber hukum ini dapat berdiri
sendiri meskipun tanpa keberadaan sumber hukum yang lain.
Sumber Hukum Primer Internasional
Sumber hukum primer dari hukum internasional meliputi:
a. Perjanjian Internasional (Internatioal Conventions)
b. Kebiasaan Internasional (International Custom)
c. Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-
negara beradab.
2) Sumber Hukum Subsider

4
Sumber hukum tambahan yang baru mempunayi daya ikat bagi hakim dalam
memutuskan perkara apabila didukung oleh sumber hukum primer. Hal ini berarti
bahwa sumber hukum subsider tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana sumber
hukum primer.
Sumber Hukum Subsider Internasional
Bahwa yang termasuk sumber hukum tambahan dalam hukum internasional
adalah:
a. Keputusan Pengadilan
b. Pendapat Para Sarjana Hukum Internasional

Oleh karena sumber hukum internasional Keputusan Pengadilan dan Pendapat Para
Sarjana Hukum Internasional merupakan sumber hukum subsider maka Mahkamah
Internasional tidak dapat memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanyadengan hanya
berdasarkan sumber hukum Keputusan Pengadilan saja, Pendapat Para Sarjana Hukum
Internasional saja, atau Keputusan Pengadilan dan Pendapat Para Sarjana Hukum
Internasional saja. Hal ini berarti bahwa kedua sumber hukum tersebut hanya bersifat
menambah sumber hukum primer sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

B. Subjek Hukum Internasional


1. Pengertian Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum didefinisikan sebagai setiap pemegang, pemilik atau pembela hak dan
penerima kewajiban berdasarkan atau berdasarkan hukum. Selain menjadi pemilik,
pemegang atau pendukung hak dan kewajiban, ada pula kesanggupan untuk mengadakan
hubungan hukum di antara mereka. Hubungan hukum inilah yang menimbulkan hak dan
kewajiban para pihak yang terlibat. Dipandu oleh pemahaman tentang subjek hukum
secara umum, maka dengan mudah membentuk apa yang disebut sebagai subjek hukum
internasional. Hakikatnya, subjek hukum internasional adalah pemegang (semua) hak
dan kewajiban menurut hukum internasional. Jika kita menginginkan subjek hukum
internasional seperti itu, kita dapat menyebutnya sebagai subjek hukum internasional
dengan caranya sendiri. Negara adalah subjek hukum internasional dalam pengertian ini.
Dalam pengertian yang lebih luas dan fleksibel, pengertian subjek hukum
internasional mencakup syarat bahwa yang ada hanyalah hak dan kewajiban yang
terbatas. Misalnya, hak untuk mengejar hak yang diberikan oleh hukum internasional di
pengadilan berbasis perjanjian. Contoh subjek hukum internasional dalam pengertian

5
terbatas tersebut adalah orang perseorangan (individual). Di antara kedua kutub ini
terdapat jenis subjek hukum internasional yang berbeda yang mendapat tempat dalam
hukum kebiasaan internasional sebagai akibat dari perkembangan sejarah. Untuk
pengamatan hukum positif, tidak peduli apa asal hukum dari hak dan kewajiban ini.
2. Macam-Macam Subjek Hukum Internasional

1) Negara
Negara merupakan subjek hukum internasional yang tertua karena negaralah
yang pertama kali muncul sebagai subjek hukum internasional dan baru kemudian
muncul subjek hukum internasional lainnya sehingga negara merupakan subjek
hukum internasional yang paling penting, karena negara dapat berpartisipasi dalam
hubungan internasional di semua bidang kehidupan masyarakat internasional,
termasuk dengan negara lain, dan dengan subjek hukum internasional lainnya.
dalam pengertian klasik, dan ini telah terjadi sejak munculnya hukum internasional.
Bahkan sampai saat ini masih ada pandangan bahwa hukum internasional pada
hakekatnya adalah hukum antar negara, subjek lain dari hukum internasional.
Sedangkan untuk subyek hukum internasional lainnya, kekuasaan atau
kewenangannya, baik ikut serta dalam hubungan hukum internasional maupun
memiliki hak dan menjalankan kewajiban menurut hukum internasional, bersifat
terbatas. Posisi ini menjadikan Negara sebagai subyek hukum internasional dengan
peranan yang sangat penting. Peran utama Negara dalam hubungan hukum
internasional tidak lepas dari keutamaan Negara, yaitu bahwa Negara memiliki apa
yang disebut kedaulatan. Dalam hal ini perlu diulangi Konvensi Montevideo 1933
tentang hak dan kewajiban Negara diadakan di Montevideo, Uruguay pada tahun
1933 oleh Negara-Negara Anggota Organisasi Negara Amerika (Organization of
American States).
Konvensi Montevideo 1933 tidak mendefinisikan apa yang disebut negara,
tetapi hanya menguraikan faktor-faktor yang harus dipenuhi suatu negara agar
memenuhi syarat sebagai orang atau subjek hukum internasional. Tegasnya, Pasal 1
Konvensi Montevideo 1933 menyatakan: The State as a person in international law
should posses the following qualifications: 1) a permanent population, 2) a defined
territory, 3) government, 4) capacity to enter into the relations with the other states.
Keempat unsur-unsur ini akan dibahas secara mendalam, sebagai berikut:
a) Penduduk yang tetap (a permanent population)

6
Penduduk adalah kumpulan individu-individu dari kedua jenis kelamin tanpa
membedakan suku, bahasa, agama dan budaya, yang hidup dalam masyarakat
dan yang terhubung dalam suatu negara oleh hubungan perwakilan hukum dan
politik dalam bentuk kewarganegaraan. Penduduk merupakan faktor dasar
terbentuknya suatu bangsa. Pulau atau wilayah tak berpenghuni tidak bisa
menjadi negara.
b) Wilayah yang pasti (a defined territory)
Konferensi PBB III mengenai Hukum Laut mengelompokkan sebagian
besar negara di dunia atas 3 kelompok yaitu kelompok negara-negara pantai
(the coastal states group), kelompok negara-negara tidak berpantai (the land-
locked states group), dan kelompok negara-negara yang secara geografis tidak
menguntungkan (the geographically disadvantaged group).
c) Pemerintahan (government)
Eksekutif suatu negara dibentuk menurut prosedur konstitusional untuk
melaksanakan kegiatan yang dipercayakan kepadanya oleh rakyat. Dalam
hubungan antara pemerintah dan rakyat ini, disyaratkan oleh hukum
internasional bahwa pemerintah memiliki kekuasaan efektif atas seluruh
rakyat dan wilayah negara. Efisiensi artinya pemerintah memiliki kapasitas
nyata untuk menjalankan semua fungsi negara, termasuk menjaga keamanan
dan ketertiban di dalam negeri dan menjalankan berbagai komitmen di luar
negeri.
d) Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain (a
capacity to enter into the relations with other states)
Faktor ini merupakan unsur non fisik, yang merupakan penentu utama
keberadaan suatu negara. Tegasnya, orang-orang atau penduduk yang
mendiami suatu daerah dan mengorganisasikan diri mereka di bawah suatu
pemerintahan dapat disebut suatu negara atau tidak tergantung apakah mereka
dapat menjalin hubungan dengan negara lain atau tidak. Tanpa kemampuan
untuk menjalin hubungan dengan negara lain, maka rakyat dan
pemerintahannya yang tinggal di wilayah tersebut tidak dapat disebut sebagai
negara.

7
2) Organisasi Internasional
Pendirian organisasi internasional terutama dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk memperkuat dan melembagakan kerjasama internasional jangka panjang
guna mencapai tujuan bersama. Pelembagaan kerjasama internasional melalui
pembentukan organisasi internasional sebenarnya lebih menguntungkan dalam
beberapa hal daripada hanya kerjasama internasional multilateral atau bilateral.
Menurut Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969,
organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. organisasi. Definisi
yang diberikan oleh konvensi ini sempit karena terbatas pada hubungan antar
pemerintah. Pentingnya aspek antar pemerintah ini mungkin membedakan
organisasi antar pemerintah (IGO) dari organisasi non-pemerintah (LSM).
Definisi sempit ini tidak menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu organisasi agar dianggap sebagai organisasi internasional dalam arti
sebenarnya dari istilah tersebut. Organisasi internasional adalah subjek buatan,
subjek hukum yang dibuat oleh negara yang membuatnya. Organisasi internasional
melaksanakan kehendak negara anggota sebagaimana diatur dalam perjanjian
internasional. Akibatnya, organisasi internasional melalui berbagai mata rantainya
sangat dekat dengan negara-negara yang mendirikannya, dan dalam banyak hal
sangat bergantung padanya. Menurut Ian Brownlie, kriteria Mengenai status hukum
suatu organisasi internasional, dapat dikemukakan:

1) Organisasi internasional adalah persekutuan antara negara-negara yang bersifat


jangka panjang dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan atau tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku, beroperasi dan memiliki organ-
organ organisasi itu.
2) Adanya pemisahan atau pembedaan dalam wewenang hukum maupun dalam
asas dan tujuan organisasi internasional sebagai suatu pihak dan negara-negara
anggotanya.
3) Adanya suatu kekuatan hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi
internasional itu sendiri, tidak hanya dalam kaitannya dengan sistem hukum
nasional suatu negara atau lebih, tetapi juga pada tingkat internasional.
Dalam memberikan pendapatnya, Mahkamah Internasional menguji status
kedudukan PBB menurut hukum internasional dan menyatakan dalam kesimpulan
bahwa : “In the opinion of the Court, the Organization was intended to exercise

8
and enjoy, and is in fact exercising and enjoying functions and rights which can
only be explained on the basis of the possession of a large measure of international
personality and the capacity to operate upon an international plane... Accordingly,
the Court has come to the conclusion that the Organization is an international
person. That is not the same thing as saying it is a State, which is certainly is not,
or that its legal personality and rights and duties are the same as those of a State.
Still less is it the same thing as saying that it is “a super-State”, whatever the
expression may mean. It does not even imply that all its rights and duties must be
upon the international plane, any more that all the rights and duties of a State must
be upon than plane. What it does mean is that it is a subject of international law
and capable of possessing international rights and duties, and it has capacity to
maintain its rights by bringing international claims...”. Artinya, menurut pendapat
Mahkamah, Organisasi itu dimaksudkan untuk latihan dan dinikmati, dan bahkan
berolahraga dan menikmati fungsi dan hak-hak yang hanya dapat dijelaskan tas
dasar kepemilikan ukuran besar kepribadian internasional dan kapasitas untuk
beroperasi pada pesawat internasional. Mahkamah Internasional yang dinyatakan
dalam Advisory Opinion ini kedudukan PBB dan organisasi serupa yaitu badan-
badan khusus (Specialized Agencies) PBB sebagai subjek hukum internasional
tidak usah diragukan lagi.

4) Palang Merah Internasional (International Committee for the Red


CrossICRC)
Palang Merah Internasional, yang berbasis di Jenewa, Swiss, memiliki
tempatnya dalam sejarah hukum internasional. Dapat dikatakan bahwa organisasi
ini sebagai subjek hukum telah lahir dalam sejarah. Di bidang kemanusiaan, Palang
Merah Internasional lebih dari satu kali mendapat persetujuan dan tanggapan
positif, tidak hanya di Swiss tetapi juga di negara-negara lain dan ke berbagai
negara, maka langkah-langkah khusus, berupa pendirian Palang Merah nasional di
masing-masing negara yang bersangkutan, sehingga akhirnya berkembang pesat di
seluruh negeri. Perhimpunan Palang Merah nasional negara-negara ini kemudian
mengorganisir diri menjadi Palang Merah Internasional. Dengan demikian, anggota
Palang Merah Internasional bukanlah suatu negara melainkan Perhimpunan Palang

9
Merah nasional negara-negara. Dengan demikian, sebenarnya Palang Merah
Internasional dapat dianggap sebagai organisasi non-pemerintah internasional.

5) Takhta Suci (Vatikan)


Takhta Suci (Vatikan) merupakan suatu contoh dari suatu subjek hukum
internasional yang telah ada sejak dahulu di samping negara. Hal ini merupakan
peninggalan sejarah sejak zaman dahulu ketika Paus bukan hanya merupakan
kepala gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga sekarang
Takhta Suci (Vatikan) mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota
terpenting di dunia yang sejajar kedudukannya dengan wakil diplomatik negara-
negara lain. Berdasarkan Traktat atau Perjanjian Lateran (the Lateran Treaty)
tanggal 11 Februari 1929 antara Italia dan Takhta Suci, pemerintah Italia
menyerahkan sebidang tanah di Roma yaitu wilayah Vatikan sekarang, sebagai
tempat kedudukan Takhta Suci. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat
dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Takhta Suci sebagai pribadi
hukum internasional yang berdiri sendiri. Tugas dan kewenangan Takhta Suci tidak
seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas dalam bidang
kerohanian dan kemanusiaan. Sehingga tampak hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa dan pengaruh Paus sebagai pemimpin tertinggi Takhta Suci
dan umat Katolik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Dalam praktek
hubungan internasional maupun diplomasi, negara-negara memperlakukan Paus
sebagai pemimpin tertinggi Takhta Suci, sesuai dengan norma-norma hukum
internasional maupun norma-norma sopan santun diplomatik, sama seperti kepala-
kepala negara dan pemerintahan negara-negara pada umumnya.

6) Organisasi Pembebasan atau Bangsa yang Memperjuangkan Hak-Haknya


Untuk masa sekarang ini, kelompok atau organisasi pembebasan yang sudah
mendapat pengakuan secara luas dari masyarakat internasional adalah Palestine
Liberation Organization (Organisasi Pembebasan Palestina). Kini sebagian besar
Negara-negara ataupun organisasi-organisasi internasional sudah mengakui
eksistensi PLO sebagai wakil yang sah dari bangsa Palestina untuk
memperjuangkan hak-haknya yakni mendirikan Negara Palestina. Selain itu, South
West African’s People Organization/SWAPO (Organisasi Rakyat Afrika Barat
Daya) juga merupakan salah satu organisasi pembebasan atau bangsa yang sedang

10
memperjuangkan hak-haknya yakni mendirikan negara Afrika Barat Daya atau
lebih dikenal dengan Namibia, yang hampir selama Sembilan puluh tahun dikuasai
oleh Afrika Selatan. Selama dalam perjuangannya itu, SWAPO mendapat dukungan
dan pengakuan internasional yang luas sampai akhirnya berhasil mencapai
tujuannya yakni berdirinya negara Namibia. Dengan berdirinya negara Namibia,
maka eksistensi SWAPO sebagai organisasi pembebasan tentu saja berakhir sebab
tujuannya telah tercapai.

7) Kaum Pemberontak (Belligerent)


Hukum yang harus diberlakukan terhadap peristiwa pemberontakan dalam
suatu negara adalah hukum nasional dari negara yang bersangkutan. Hukum
internasional pada hakekatnya tidak mengaturnya oleh karena hal itu merupakan
masalah dalam negeri suatu negara, kecuali melarang negara-negara lain untuk
mencampurinya tanpa persetujuan dari negara tempat terjadinya peristiwa
pemberontakan itu. Dengan kata lain, negara-negara lain berkewajiban
menghormati kedaulatan teritorial negara bersangkutan termasuk menghormati
haknya untuk menerapkan hukum nasionalnya terhadap peristiwa pemberontakan
itu. Pemberontakan bersenjata yang terjadi dalam suatu negara dapat meningkat dan
berkembang sedemikian rupa, dari yang semula kecil-kecilan kemudian semakin
bertambah besar, sehingga tampak seperti perang antara dua kekuatan yang setara
atau yang lebih dikenal dengan perang saudara. Menurut Oppenheim-Lauterpacht,
suatu kelompok pemberontak dapat digolongkan memiliki kedudukan sebagai
pribadi hukum internasional apabila memenuhi empat syarat berikut:
1) Adanya perang saudara itu disertai dengan pernyataan hubungan
permusuhan antara negara yang bersangkutan dengan kaum pemberontak
tersebut.
2) Kaum pemberontakan itu harus menguasai atau menduduki sebagian dari
wilayah negara itu.
3) Adanya penghormatan atas peraturan-peraturan hukum pernag oleh
kedua pihak yakni negara yang bersangkutan dan kaum pemberontak itu
sendiri.
4) Adanya kebutuhan praktis bagi pihak atau negara-negara ketiga untuk
menentukan sikapnya terhadap perang saudara tersebut.

11
8) Orang Perorangan (Individu)
Dalam proses di muka Mahkamah Penjahat Perang yang diadakan di Nurnberg
dan Tokyo, bekas para pemimpin Jerman dan Jepang, dituntut sebagai orang
perorangan (individu) untuk perbuatan yang dikualifikasi sebagai kejahatan
terhadap perdamaian, kejahatan terhadap perikemanusiaan, dan kejahatan perang
(pelanggaran terhadap hukum perang) dan persekongkolan untuk mengadakan
kejahatan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum
internasional yang memberikan hak dan membebani kewajiban serta tanggung
jawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat, setelah Perang
Dunia II. Lahirnya Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10
Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak-hak asasi
manusia pada berbagai kawasan seperti di Eropa, Amerika, dan Afrika, kemudian
diikuti pula dengan deklarasi, konvensi, maupun berbagai bentuk kadidah hukum
lainnya yang lebih bersifat sektoral tentang hak-hak asasi manusia, semakin
mengukuhkan eksistensi individu sebagai subjek atau pribadi hukum internasional
yang mandiri.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumber hukum
internasional adalah wacana atau bahasan yang menyangkut identifikasi hukum internasional
baik yang bersifat representatif. Adapun macam sumber hukum Internasional menurut
pendapat para sarjana Internasional serta penggolongan menurut pasal 38 (1) Statuta
Mahkamah Internasional. Berdasarkan sifat daya ikatnya, sumber hukum Internasional dibagi
menjadi 2 yaitu sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Terdapat pula berbagai
macam subjek Hukum Internasional selain negara (non-state actor). Subjek Hukum
Internasional selain negara yang dimaksud antara lain, yaitu Organisasi Internasional, Palang
Merah Internasional, Takhta Suci (Vatikan), Organisasi Pembebasan, Individu, serta
Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa. Munculnya para subjek Hukum Internasional selain
negara ini antara lain dikarenakan adanya perubahan serta perkembangan zaman yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Selain itu perlu diketahui bahwa untuk menentukan dapat
tidaknya digolongkan sebagai subjek Hukum Internasional, tentunya harus memenuhi
persyaratan agar dapat digolongkan ke dalam subjek Hukum Internasional.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dan dimengerti. Karena kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima
di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mangku Sudika D. G. (2019). Pengantar Hukum Internasional. Klaten: Penerbit Lakeisha.


Putri, Arum Sutrisni. (2020). Subyek Hukum Internasional.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/15/193000169/subyek-hukum-
internasional. Diakses tanggal 20 November 2022.
Rahma, Sinthia. (2017) Perlindungan Hukum Terhadap Perompakan Kapal Di Somalia
Berdasarkan United Nations Convention On The Law Of The Sea
(UNCLOS) 1982 ( Studi Kasus Kapal MV. Sinar Kudus 2011). Other thesis,
Universitas Islam Riau.
Sabiila, Syahidah Izzata. (2022). Subjek Hukum Internasional: Negara hingga Individu.
https://news.detik.com/berita/d-5999312/subjek-hukum-internasional-negara-
hingga-individu. Diakses tanggal 20 November 2022.
Setiawan, Samhis. (2022). 7 Subjek Hukum Internasional : Teori, Pengertian, Perkembangan,
Sumber Hukum. https://www.gurupendidikan.co.id/subjek-hukum-
internasional/. Diakses tanggal 20 November 2022.

14

Anda mungkin juga menyukai