PERJANJIAN INTERNASIONAL
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Internasional)
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Perjanjian Internasional"
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan kelompok kami serta terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran dan ilmu mengenai
topik yang kami bahas dalam makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran, kritik, dan masukan yang berharga sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian internasional merupakan salah satu rujukan bagi
negara-negara atau subjek hukum internasional lain untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang terjadi dalam hubungan internasional selain
kebiasaan internasional, prinsip hukum umum, yurisprudensi dan pendapat
para sarjana terkemuka. 1Perjanjian nasional merupakan suatu perjanjian
atau persetujuan yang meliputi dua subjek-subjek hukum internasional atau
lebih guna menciptakan suatu akibat atau kewajiban yang diatur oleh hukum
internasional. Subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan
kewajiban langsung berdasarkan hukum internasional. Untuk memenuhi
syarat sebagai subjek hukum internasional perlu memiliki kepribadian hukum
(legal personality). Kepribadian hukum ini diperlukan untuk memperoleh
keabsahan hukum sebagai subjek serta satuan tersendiri dalam hubungan
internasional (Rudy, 2009).
1Danel Aditia Situngkir. “Terikatnya Negara Dalam Perjalanan Internasional”. Refleksi Hukum. Vol. 2, No.
2, 2018. Hlm 170.
1|Page
kebutuhan negara tersebut. Apabila negara tersebut telah mengikatkan diri
dalam perjanjian maka akan melahirkan hak dan kewajiban yang harus
dipikul. 2
Peran sebagai negara pihak maupun sebagai bukan negara pihak akan
melahirkan hak dan kewajiban bagi negara. Misalnya negara yang terlibat
dalam perjanjian internasional biasanya akan Menyusun perjanjian yang akan
dibuat, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Konvensi Wina 1969 Perjanjian dapat
disusun antara Negara atau pemerintahan atau kepala Negara atau instansi
pemerintah yang memiliki kewenangan yang diberikan oleh negara yang
mengutusnya3. Berdasarkan peran negara tersebut dapat dikatakan suatu negara
dikatakan terikat pada perjanjian internasional merupakan kehendak dari
negara tersebut untuk terikat dalam kapasitas sebagai negara pihak. Ketika
negara bertindak sebagai negara pihak artinya negara siap dengan segala hak
dan kewajiban yang dibebankan sesuai dengan perjanjian internasional. Tindakan
negara merupakan bentuk penghargaan atas kedaulatan negara dimana negara
bebas untuk menentukan sendiri tindakan yang diambilnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud perjanjian internasional dan pengaturannya
dalam UU No 24 TAHUN 2000 Tentang Perjanjian Internasional?
2) Bagaimana tahapan dan klasifikasi perjanjian internasional?
3) Apa saja contoh perjanjian internasional?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui perjanjian internasional dan pengaturannya
dalam UU No 24
2) Untuk mengetahui tahapan dan klasifikasi perjanjian internasional
3) Untuk mengetahui contoh perjanjian internasional
2 Danel Aditia Situngkir. 2019. “Perjanjian Internasional dan Dampaknya Bagi Hukum Nasional”. Kertha
Wicaksana Volume 13, Nomor 1. 2019.Hlm 20.
3 Danel Aditia Situngkir. “Terikatnya Negara dalam Perjanjian Internasional”. Refleksi Hukum. Vol. 2, No.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjanjian Internasional dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu,
yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. Indonesia dalam
hubungannya dengan negara lain sering kali terikat dalam suatu perjanjian di
berbagai bidang, termasuk perdagangan yang didalamnya mencakup kerja sama
perdagangan barang dan jasa sektor energi. Perjanjian internasional dalam lingkup
kerja sama dilakukan oleh Indonesia baik secara bilateral, regional maupun
multilateral.
Pasal 4 berbunyi:
3|Page
memperhatikan, baik hukum nasional maupun hukum internasional
yang berlaku.
Pasal 5 berbunyi :
Pasal 6 berbunyi :
4|Page
Pasal 7 berbunyi :
(4) Surat Kuasa dapat diberkan secara terpisah atau disatukan dengan Surat
Kepercayaan, sepanjang dimungkinkan, menurut ketentuan dalam
suatu perjanjian internasional atau pertemuan internasional.
Pasal 8 berbunyi :
5|Page
(3) Pensyaratan dan pernyataan yang ditetapkan Pemerintah Republik
Indonesia dapat ditarik kembali setiap saat melalui pernyataan tertulis
atau menurut tata cara yang ditetapkan dalam perjanjian internasional.
a. Perundingan (Negotiation)
6|Page
Perundingan merupakan tahapan awal dari pembuatan perjanjian
internasional yang dilakukan oleh wakil negara yang telah ditunjuk dan dilengkapi
dengan dokumen full power. Dokumen ini tidak menjadi penting untuk diberikan
kepada wakil negara apabila perwakilan negara tersebut adalah orang yang
memiliki posisi atau jabatan yang memang mempunyai wewenang untuk menjadi
perwakilan negaranya dalam tahap perundingan.
b. Penandatanganan (Signature)
7|Page
namun para pihak belum terikat. Dalam praktek perjanjian internasional dua tahap
biasanya akan diberi tenggang waktu hingga Sembilan bulan jika lewat dari waktu
yang ditentukan, maka pihak yang ingin mengikatkan diri terhadap perjanjian
tersebut harus melakukan secara aksesi. Perjanjian bilateral biasanya setelah
penandatangan akan dilakukan pertukaran instrument dari perjanjian tersebut yang
kemudian akan disimpan di kementerian luar negeri masing-masing. Pada
perjanjian internasional tiga tahap penandatangan sebagai bentuk otentikasi naskah
perjanjian tidak secara langsung perjanjian tersebut akan berlaku dan mengikat para
pihak, maka dalam perjanjian internasional tiga tahap dibutuhkan adanya ratifikasi.
c. Pengesahaan (Ratification)
8|Page
(pihak-pihak) yang mengadakan perjanjian, jumlah pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian, proses/tahap-tahap pembentukan perjanjian, sifat pelaksanaan
perjanjian itu sendiri, dan fungsinya dalam pembentukan hukum.
9|Page
c. Klasifikasi Perjanjian Ditinjau dari Proses Tahap Pembentukannya
Perjanjian yang diadakan menurut tiga tahap pembentukan, yaitu
perundingan penandatanganan, dan ratifikasi. Perjanjian ini umumnya ada pada
perjanjian multilateral dan bersifat universal. Perjanjian yang memerlukan ratifikasi
biasanya berlaku setelah adanya undang- undang atau peraturan pemerintah yang
mengatur tentang perjanjian internasional. Perjanjian yang hanya melewati dua
tahap pembentukan yakni perundingan dan penandatanganan. Perjanjian ini
merupakan perjanjian yang sederhana sifatnya dan memerlukan penyelesaian yang
cepat sesuai dengan isi kontrak atau perjanjian tersebut. Biasanya perjanjian jenis
ini dapat segera berlaku tanpa memerlukan ratifikasi, seperti misalnya perjanjian
perdagangan, pertukaran kebudayaan dan pertukaran pelajar.
10 | P a g e
treaties yaitu, Konvensi Jenewa tahun 1864, 1906 dan 1949 yang melahirkan aturan
hukum mengenai perlindungan korban perang, Konvensi-konvensi Den Haag tahun
1899 dan 1907 yang melahirkan aturan hukum tentang larangan untuk melepaskan
proyektil dan bahan peledak dari balon udara, Piagam PBB tahun 1945, Konvensi
Wina tahun 1815, 1961 dan 1963 tentang Hubungan Luar Negeri dan lain
sebagainya. Treaty-contract (perjanjian yang bersifat kontrak) adalah perjanjian
yang serupa dengan kontrak atau perjanjian dalam hukum perdata hanya
mengakibatkan hak-hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian itu saja. Perjanjian ini pada umumnya merupakan perjanjian bilateral
yang legal effectnya hanya menyangkut para pihak saja. Perjanjian inipun termasuk
perjanjian yang tertutup yang Sebagian besar tidak membuka kemungkinan bagi
pihak ketiga untuk turut sebagai pihak peserta perjanjian tersebut dan umumnya
perjanjian ini mengatur hal- hal khusus seperti perdagangan, ekonomi, kebudayaan
dan kepentingan politik.
11 | P a g e
b. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Arab Saudi tentang
pertahanan. Hal ini diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Pengesahan Persetujuan Kerja Sama
Pertahanan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi. Perjanjian ini ditandatangani pada 23 Januari 2014
c. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Timor Leste di bidang
lingkungan. Perjanjian ini telah disepakati tentang Kerja Sama Bidang
Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah
Republik Demokratik Timor-Leste pada tanggal 19 Agustus 2011 di Dili
tentang Aktifitas Kerja sama Bidang Pertahanan. Melalui kerja sama ini
diharapkan dapat meningkatkan hubungan dan kerja sama yang lebih erat
antara Republik Indonesia dengan Republik Demokratik Timor-Leste
d. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Vietnam pada bidang
kebudayaan dan hukumyang dilaksanakan pada tahun 2011
e. Perjanjian Bilateral antara Indonesia dengan Singapura pada bidang
ekonomi dan industri
f. Perjanjian Bilateral antara India dengan Afganistan di bidang Pendidikan
2. Contoh perjanjian multilateral:
a. Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik, merupakan
sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 18 April Tahun 1961 yang
menetapkan kerangka hubungan diplomatik di antara negara-negara yang
berdaulat. Konvensi ini terdiri dari 79 Pasal. Pemerintah Indonesia telah
meratifikasi dua konvensi tersebut dengan UU Nomor 1 Tahun 1982 yang
ditetapkan pada 25 Januari 1982.
b. Konvensi tentang Hukum Laut Internasional oleh Persatuan Bangsa
Bangsa yang di setujui pada tahun 1982 tentang laut teritorial , zona
bersebelahan, ZEE, dan landas benua di dunia. Konvensi ini telah
ditandatangani oleh lebih dari 100 negara
c. Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentang Perlindungan Korban Perang.
Konvensi ini terdiri dari empat konvensi. Konvensi pertama mengatur
tentang larangan penyiksaan, pelecehan martabat individu, dan eksekusi
12 | P a g e
tanpa pengadilan. Konvensi ini juga memberikan hak perawatan dan
perlindungan bagi mereka yang terluka. Konvensi Kedua membahas lebih
dalam terkait perlindungan seperti yang tertuang pada Konvensi Pertama
terhadap tentara angkatan laut yang kapalnya karam, termasuk
perlindungan bagi rumah sakit kapal. Konvensi Ketiga tentang
Kesepakatan yang dibuat pada konvensi 1949 tentang Tawanan Perang
yang harus diperlakukan secara manusiawi seperti tertuang pada Konvensi
Pertama. Pada Konvensi Keempat membahas terkait warga sipil berhak
mendapat perlindungan dan perlakuan manusiawi yang sama seperti tentara
yang sakit atau terluka seperti tertuang dalam konvensi pertama.
d. Dibentuknya ASEAN (Association of South East Asia Nations) yang
dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 Dalam Deklarasi Bangkok yang
dipelopori oleh lima negara pendiri, yaitu Malaysia, Thailand, Filipina,
Singapura dan Indonesia.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian internasional menjadi salah satu acuan negara atau badan hukum
internasional lainnya untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam hubungan
internasional. Perkembangan praktis hubungan internasional telah menjadikan
perjanjian internasional sebagai sumber hukum utama untuk mengatur hak dan
kewajiban setiap subjek hukum internasional yang berlangganan perjanjian
internasional. Bertolak dari peran negara dapat dikatakan bahwa negara harus
terikat dengan perjanjian internasional, kehendak negara harus terikat sebagai
negara pihak.
Pembuatan perjanjian internasional dimuat dalam UU No. 24 Tahun 2000
pada Pasal 4 sampai Pasal 8. Dalam perjanjian internasional tidak bisa berakhir
begitu saja, ada aturan dan hal-hal yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk
mengakhirinya yang terdapat pada Pasal 18 UU No. 24 Tahun 2000. Tahapan
perjanjian internasional telah diatur dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
Perjanjian Internasional yang mencakup: (1) perundingan, (2) penandatanganan,
dan (3) pengesahan. Contoh perjanjian internasional adalah perjanjian bilateral dan
multilateral.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat banyak kekurangan dari segi
bahasa ataupun materi. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik
serta saran yang membangun untuk penulis maupun pembaca agar lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian
Internasional
Jurnal
Hukum, B. P. (n.d.). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang
Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan
Pemerintah Republik Demokrat Timor-Leste Tentang Aktifitas Kerja Sama
Dibidang Pertahanan.
Mineral, K. E. (2019, Desember 2). Mengenal Proses Ratifikasi Perjanjian
Internasional.
Nasional, B. P. (2015). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang
Pengesahan Perjanjian Antara Republik Indonesia Dan Republik Singapura
Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara.
Natamihardja, R. (2007). Daya Ikat Frame Work Agreement Terhadap Pihak
Ketiga. Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1, No. 1.
Situngkir, D. A. (2018). Terikatnya Negara Dalam Perjanjian Nasional. Refleksi
Hukum, Vol.2, No.2.
Situngkir, D. A. (2019). Perjanjian Internasional Dan Dampaknya Bagi Hukum
Nasional. Kertha Wicaksana, Vol.13, No. 1.
Artikel
Detik.com. (2021, September 29). Perjanjian Internasional yang Dilakukan Oleh
Dua Negara Disebut Apa? detiktravel.
Detik.com. (2022, Juli 20). Sejarah dan Tujuan Pembentukan ASEAN beserta
Daftar Negara Anggotanya. Anisa Rizki Febriani.
Fisheries, L. I. (2021, Mei 4). Ketentuan Konvensi PBB 1982 Tentang Hukum Laut.
Media, K. C. (2022, Juli 19). Apa Isi Konvensi Wina 1963? Kompas.com.
Merdeka.com. (2019, Maret 7). Mengenal Isi Konvensi Jenewa, Hukum Perang di
Seluruh Dunia.
Pratama, A. S. (2015, Juli 7). Contoh Perjanjian Bilateral dan Multilateral
Indonesia. Wordpress.
15 | P a g e