Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL

PERJANJIAN ASEAN TERHADAP ANGGOTANYA

DOSEN PENGAMPU:
GUNTARTO WIDODO S.H., M.H.

Disusun oleh Kelompok 3:


Annajmu Zhahira Fillaili 221010200859
Muhammad Raihan Adi S. 221010200856
Sindy Lorenza 221010200864
Khansa Ariqah 221010200849
Rangga Hario P. L. 221010200840

FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan rahmat dan anugrah-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah HUKUM INTERNASIONAL
dengan judul “PERJANJIAN ASEAN TERHADAP ANGGOTANYA” ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini, selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk memperluas pengetahuan para mahasiswa/mahasiswi
khususnya bagi penulis.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna yang masih terdapat kesalahan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari isi. Namun kesalahan-kesalahan tersebut semoga akan menjadi pembelajaran bagi
kami agar bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari Dosen pengajar dan pembaca sekalian.
Demikian dari kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Hukum Perjanjian Internasional..................................................................................2
2.2 ASEAN.............................................................................................................................3
2.3 Perjanjian Multilateral Dalam ASEAN........................................................................4
BAB III...........................................................................................................................................7
PENUTUP......................................................................................................................................7
1.3 KESIMPULAN................................................................................................................7
DAFTAR PUSAKA.......................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber hukum (the source of law) secara umum diartikan sebagai sumber hasil
kewenangan dan kekuatan memaksa dari suatu produk hukum positif (the origins from which
particular positive law derive their authority and coercive force).Sumber hukum, termasuk
sumber hukum internsional (the source of international law), mencakup pengertian formal,
yaitu sebagai sumber hukum formal; dan material yaitu sebagai sember hukum material.
Menurut Salmond, pengertian hukum formal dan material adalah sebagai berikut: ‘’A formal
source is that from which a rule of law derives its force and validity. The material source, on
the other hand, are those from which is derived th matter, not th validity of the law. The
material source supplies the substance of the rule to which the formal source gives the formal
source gives the force and nature of law.’’ Sumber formal adalah sumber kekuatan memaksa
dan dasar keabsahan suatu produk hukum. Sedangkan sumber material adalah sumber materi
dari suatu produk hukum. Sebagai contoh kekuatan mengikat suatu ketentuan hukum. Suatu
ketentuan hukum mengikat secara hukum apabila ketentuan memenuhi persyaratan
sebagaimana ditentukan oleh kebiasaan, yang merupakan sumber hukum formal dari hukum
internasional, dan materinya diperoleh dari praktek negara-negara, yang merupakan sumber
material dan kebiasaan.

Dua jenis pembedaan sumber hukum internasional yakni dalam arti materil mempersoalkan
apakah yang menjadi dasar kekuatan mengikat suatu hukum internasional, sedangkan dalam
arti formil memberi jawaban atas pertanyaan dimana terdapat ketentuan hukum yang dapat
diterapkan sebagai kaidah hukum internasional.Mocthar kusumaadmadja mengatakan bahwa
sumber hukum internasional ini dibedakan menjadi dua arti yakni sumber hukum materil dan
sumber hukum formil. Sumber hukum materil merupakan sumber hukum yang membahas
dasar berlakunya hukum suatu negara. Dalam arti formal adalah sumber dari mana kita
mendapatkan atau menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Hukum Perjanjian Internasional
2. ASEAN
3. Perjanjian Multiteral ASEAN

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum Perjanjian Internasional


Perjanjian internasional adalah salah satu sumber utama hukum internasional,
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 38 ayat (1) huruf a Statuta Mahkamah Internasional.
Sehubungan dengan itu, sebagaimana dijelaskan dalam Peran Perjanjian Internasional
dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional, kedudukan perjanjian internasional
amatlah penting dalam hubungan antarnegara, termasuk juga ketika terjadi konflik.
Dalam hukum internasional, perjanjian antar negara diatur dalam Konvensi Wina 1969,
yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian internasional adalah:
“treaty” means an international agreement concluded between States in written form and
governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more
related instruments and whatever its particular designation;
Ketentuan tersebut pada intinya menerangkan bahwa perjanjian internasional adalah
kesepakatan antarnegara yang dibuat dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum
internasional.
Secara umum, perjanjian internasional dibagi menjadi dua jenis, yaitu perjanjian bilateral
dan perjanjian multilateral, berikut ini kami akan menjelaskan masing-masing:
1. Perjanjian Bilateral
Perjanjian bilateral adalah perjanjian yang dibuat oleh 2 subjek hukum internasional,
yang dalam hal ini yaitu negara, yang masing-masing mempunyai kapasitas hukum
untuk membuat perjanjian internasional. Dalam situasi tertentu, dimungkinkan juga
beberapa negara dan atau organisasi internasional tergabung menjadi satu pihak
dalam perjanjian bilateral.
Perjanjian bilateral pada umumnya berbentuk sebuah instrumen yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak, atau pertukaran dua dokumen, nota/surat diplomatik, yang
mengkonfirmasi bahwa keduanya telah menyetujui.

2. Perjanjian Multilateral
Jenis perjanjian kedua ini adalah jenis perjanjian yang Anda tanyakan. Perjanjian
multilateral adalah perjanjian internasional yang dibuat oleh 3 atau lebih subjek
hukum internasional, atau dalam hal ini oleh 3 atau lebih negara, yang masing-
masing mempunyai kapasitas hukum untuk membuat perjanjian internasional..

v
Perjanjian multilateral biasanya dibuat dalam satu dokumen, namun dalam keadaan
tertentu bisa juga dilakukan dalam bentuk pertukaran dokumen apabila pihaknya
tidak lebih dari 3 atau 4.
Karena jumlah pihaknya lebih dari 3, biasanya dalam perjanjian multilateral
ditentukan tempat penyimpan (depository) perjanjian multilateral tersebut.
Depository perjanjian multilateral yang lebih banyak dipilih adalah sekretariat
organisasi internasional yang menaungi pembuatan perjanjian multilateral tersebut,
seperti PBB yang saat ini menjadi depository lebih dari 550 perjanjian internasional.

2.2 ASEAN
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan
sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) adalah sebuah organisasi geo-
politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di
Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya,
serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya.

Setelah Deklarasi Bangkok, lima negara ASEAN membuka diri kepada negara-negara
lain di kawasan Asia Tenggara yang ingin bergabung dalam organisasi tersebut.
Negara-negara lain di Asia Tenggara pun akhirnya masuk ke ASEAN satu per satu pada
waktu yang berbeda. Mulai dari Brunei Darussalam pada 7 Januari 1984 sampai Kamboja
pada 30 April 1999. Setelah itu, ASEAN beranggotakan 10 negara. Hanya Timor Leste
yang belum bergabung. Namun, belum lama ini, tepatnya pada 11 November 2022,
ASEAN akhirnya menyetujui Timor Leste bergabung dalam organisasi tersebut.

Persetujuan terhadap keanggotaan Timor Leste dilakukan pada Konferensi Tingkat


Tinggi (KTT) ASEAN ke-40 dan ke-41 di Phnom Penh, Kamboja. Berikut daftar anggota
ASEAN dan waktu bergabungnya:

1. Indonesia pada 8 Agustus 1967


2. Malaysia pada 8 Agustus 1967
3. Singapura pada 8 Agustus 1967
4. Thailand pada 8 Agustus 1967
5. Filipina pada 8 Agustus 1967
6. Brunei Darussalam pada 7 Januari 1984
7. Vietnam pada 28 Juli 1995
8. Laos pada 23 Juli 1997
9. Myanmar pada 23 Juli 1997
vi
10. Kamboja pada 30 April 1999
11. Timor Leste pada 11 November 2022

Dalam Deklarasi Bangkok, lima negara anggota ASEAN menuangkan berbagai tujuan
yang ingin mereka capai melalui organisasi ini. Tujuan ASEAN sebagaimana yang
tercantum adalah sebagai berikut:

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan


kebudayaan di kawasan negara-negara Asia Tenggara.
2. Memelihara perdamaian dan stabilitas dengan menjunjung tinggi hukum dan
hubungan antara negara-negara di Asia Tenggara.
3. Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam bidang ekonomi,
sosial, budaya, teknologi dan administrasi.
4. Saling memberikan bantuan dalam bidang fasilitas latihan dan penelitian pada bidang
pendidikan, kejuruan, teknik dan administrasi.
5. Bekerja sama lebih efektif untuk mencapai daya guna lebih besar dalam bidang
pertanian, industri, dan perkembangan perdagangan termasuk studi dalam hal
perdagangan komoditas internasional, perbaikan pengangkutan dan fasilitas
komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat.
6. Meningkatkan studi tentang masalah-masalah di Asia Tenggara.
7. Memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat dengan berbagai organisasi
internasional dan regional lain yang mempunyai tujuan sama serta mencari
kesempatan untuk menggerakkan kerja sama dengan mereka.

2.3 Perjanjian Multilateral Dalam ASEAN


ASEAN telah melahirkan berbagai contoh perjanjian multilateral di antara para
anggotanya. Eddy Pratomo dalam buku Hukum Perjanjian Internasional menjelaskan
bahwa perjanjian multilateral adalah perjanjian yang melibatkan lebih dari dua pihak.

Perjanjian multilateral itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu perjanjian regional dan
perjanjian universal.
Apa saja contoh perjanjian multilateral yang dilakukan oleh anggota ASEAN?

Melalui ASEAN, negara-negara anggota telah melakukan sejumlah perjanjian


multilateral yang memiliki dampak signifikan dalam memajukan kerja sama regional di
Asia Tenggara.

vii
Berikut ini adalah beberapa contoh perjanjian multilateral yang dilakukan oleh anggota
ASEAN:

1. ASEAN Free Trade Area (AFTA)


ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah perjanjian multilateral yang ditandatangani
pada tahun 1992 dengan tujuan untuk menciptakan pasar bebas di antara negara-
negara anggota ASEAN.
AFTA bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan antara negara-negara
anggota ASEAN, termasuk tarif bea masuk, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dan investasi di kawasan tersebut.
Perjanjian ini telah memberikan manfaat bagi negara-negara anggota ASEAN dalam
meningkatkan perdagangan dan integrasi ekonomi regional.

2. Southeast Asia Treaty Organization (SEATO)


Southeast Asia Treaty Organization (SEATO) adalah perjanjian multilateral yang
didirikan pada tahun 1954 sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan dan
ancaman komunisme di kawasan Asia Tenggara.
Perjanjian ini melibatkan negara-negara di Asia Tenggara serta Amerika Serikat,
Inggris, dan Prancis. Tujuan utama SEATO adalah untuk mempromosikan
perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan Asia Tenggara.

3. Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN)


Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) adalah perjanjian multilateral
yang ditandatangani oleh negara-negara ASEAN pada tahun 1971.
ZOPFAN bertujuan untuk menciptakan zona damai, bebas, dan netral di Asia
Tenggara, serta mencegah campur tangan kekuatan asing dalam urusan internal
negara-negara anggota ASEAN.

4. ASEAN Defense Ministers Meeting (ADMM)


ASEAN Defense Ministers Meeting (ADMM) adalah perjanjian multilateral yang
didirikan pada tahun 2006 untuk memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan di
antara negara-negara anggota ASEAN. ADMM bertujuan untuk membangun
kepercayaan, meningkatkan dialog, dan mempromosikan kerja sama dalam bidang
pertahanan dan keamanan regional.

5. ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA)


ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) adalah perjanjian multilateral yang
ditandatangani oleh negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2009.Perjanjian ini
bertujuan untuk memperluas perdagangan barang antara negara-negara anggota
ASEAN dengan mengurangi hambatan perdagangan, seperti tarif bea masuk,
kebijakan non-tarif, dan hambatan teknis perdagangan.
viii
ATIGA juga mencakup komitmen untuk harmonisasi regulasi perdagangan dan
meningkatkan kerja sama dalam hal fasilitasi perdagangan di kawasan
ASEAN.Melalui perjanjian-perjanjian multilateral tersebut, anggota ASEAN telah
mendorong kerja sama regional yang erat dan memperkuat hubungan antara negara-
negara anggota.

ix
BAB III
PENUTUP

1.3 KESIMPULAN
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan perkembangan politik di wilayah
ini, pembentukan ASEAN pada tahun 1967 menjadi langkah penting dalam membangun
kerjasama regional yang saling menguntungkan. Untuk dipahami, ASEAN didirikan dengan
tujuan utama untuk meningkatkan kerjasama di antara negara-negara anggotanya,
memperkuat stabilitas politik, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mempromosikan
perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Bersamaan dengan berkembangnya
waktu, ASEAN telah mencapai pencapaian yang signifikan dalam berbagai bidang, seperti
integrasi ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan, dan
peningkatan kerjasama dalam isu-isu keamanan regional.

x
DAFTAR PUSAKA

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230131143907-569-907077/sejarah-dan-tujuan-asean-serta-
daftar-anggotanya

https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/5-contoh-perjanjian-multilateral-yang-dilakukan-anggota-
asean-20fSVCv2uh9/1

https://www.hukumonline.com/klinik/a/perjanjian-bilateral-dan-multilateral-lt623072800ead3/

https://www.sonora.id/read/423811634/pengertian-asean-lengkap-dengan-sejarah-tujuan-dan-
anggotanya
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-asean/

xi

Anda mungkin juga menyukai