Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM PERDATA

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN

IVAN JUAN ALFREDA


BAGUS HERDJUNO SARAGIH
ABEL NICHOLAS
JEREMY SATRYA SIMANJUNTAK
MAULANA FADILLAH
MICHAEL CHRISTOPHER
RAFI ADRIAN
AFDHAL RABBANI
MUHAMMAD LAZUARDY THARIQ
MUHAMMAD DANIAL DIRJA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan
rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Perikatan yang Bersumber dari
Perjanjian” yang dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Terima kasih juga kami hanturkan
kepada berbagai pihak yang ikut serta memberikan bimbingan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
“Perikatan yang Bersumber dari Perjanjian” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jatinangor, 12 November 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Identifikasi Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III OBJEK PENELITIAN
BAB IV ANALISIS
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut system eropa continental yang dibawa oleh
belanda pada zaman kolonialisme atau zaman penjajahan, pada zaman tersebut penjajah belanda
memberlakukan hokum yang sama seperti di negeri belanda dengan azas konkordansi sesuai
dengan pasal Pasal 131 Indische Staatsregeling “IS”, yaitu pemberlakuan hokum suatu negara di
luar wilayah negara tersebut. Salah satu hokum yang diberlakukan di Indonesia pada waktu itu
adalah hokum perdata dengan kitabnya yaitu Burgerlijk Wetboek atau disingkat B.W. Hukum
perdata adalah hokum yang bersifat privat yaitu hokum yang mengatur mengenai hubungan
privat antar warganegara atau hubungan individu dengan individu lainnya yang menyangkut
kebendaan, waris, perikatan, dan lainnya. Hukum perdata terdiri dari empat bagian, yaitu buku I
sampai buku IV, Buku 1 membahas tentang Orang, buku II membahas mengenai Benda, buku III
membahas mengenai Perikatan, dan buku IV membahas mengenai Bukti dan Daluwarsa. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas mengenai buku III dari Burgerlijk Wetboek mengenai
perikatan, sesuai dengan judul makalah ini yaitu “Perjanjian yang Bersumber dari Perikatan”.
Dari judul tersebut dapat ditarik bahwa perjanjian dan perikatan saling berkaitan. Hubungan-
hubungan yang ada antara perikatan dan perjanjian menjadi pokok bahasan dari makalah ini.
Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang mengikatkan dirinya untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu terhadap seseorang lainnya, dari perjanjian tersebut lalu timbullah
hubungan hokum antara subjek tersebut yang disebut dengan perikatan. Di Indonesia sendiri
berkaitan dengan perikatan dan perjanjian masih berlaku Hukum Perdata Barat, sesuai dengan
pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, ‘Semua lembaga negara yang ada masih
tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.’ Berdasarkan pasal tersebut maka
hukum perdata barat masih berlaku di Indonesia.

I.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana hubungan antara perjanjian dengan perikatan ?
2. Apakah perjanjian tersebut telah memenuhi syarat sahnya pernjanjian ?
3. Bagaimanakah penerapan asas dalam perjanjian tentang jual beli ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Perdata
Prof. R. Soebekti, S.H.
Hukum Perdata adalah semua hak yang meliputi hukum privat materiil yang mengatur
kepentingan perseorangan.
Hukum Perdata dilihat dari fungsinya ada dua macam, yaitu:
Hokum perdata materiil yaitu aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-
kewajiban perdata, yaitu mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subyek hokum.
Hokum perdata formal yaitu hokum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan hukum
perdata materil.
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang satu dengan
perseorangan yang lainnya.

Azas Konkordansi
Yaitu sebuah azas yang memberlakukan hokum suatu negara diluar wilayah negara tersebut.
Dasar hokum dari azas ini adalah pasal 131 ayat 2 Indische Staatregeling (I.S), pada waktu itu
hokum di negeri Belanda diberlakukan di Indonesia bagi orang-orang yang berada di Indonesia
khususnya penjajah Belanda. Pada zaman tersebut terdapat penggolongan penduduk sesuai pasal
163 I.S, yaitu golongan Eropa, golongan Timur Asing, dan golongan Pribumi.Yang memiliki
aturan masing—asing berkaitan dengan hokum perdata barat.

Perikatan
Perikatan adalah hubungan hukum yang timbul dari individu yang telah melakukan suatu
perjanjian atau persetujuan. Pihak yang satu berhak mendapatkan prestasi dan pihak yang
satunya wajib memenuhi prestasi. Menurut pasal 1233 KUHPerdata perikatan dapat terjadi
karena 3 hal:
1.Perikatan karena perjanjian
2. Perikatan karena undang-undang
Perjanjian
Menurut pasal 1313 KUHPerdata
Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum  antara dua orang
atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing
pihak. Perjanjian adalah sumber perikatan.
Didalam perjanjian terdapat syarat syarat yang harus dipenuhi.Syarat-syarat tersebut dikenal
dengan “syarat sahnya perjanjian” sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPer, sebagai
berikut:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berkenaan dengan para subjek
yang membuat perjanjian itu.
Sedangkan syarat ketiga dan keempat dinamakan syarat objektif karena berkenaan dengan
objek dalam perjanjian tersebut.
BAB III
OBJEK PENELITIAN

Ferguso melakukan perjanjian dengan Santoso, bahwa Ferguso telah menjual


sebuah 1 unit Yamaha Mio CW New Biru tahun 2009 AD4894QK kepada
Santoso. Sesuai kesepatan bersama bahwa motor  tersebut dijual dengan harga Rp.
7.500.000,- ( tujuh juta lima ratus ribu ), dengan uang kontan Sebesar Rp.
3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah).
Sisanya, Santoso melanjutkan angsuran berada di MANDALA MULTI FINANCE
dengan nomor kwitansi KW31031112211340 dan Nomor PK 310311080235.
Sebanyak 13 Kali Angsuran sejumlah per angsuran Rp. 344.000,- / per bulan.
(Tiga ratus empat puluh empat ribu rupiah). Dengan asumsi bahwa Ferguso sudah
tidak mempunyai kewajiban untuk mengangsur motor dan tidak memiliki hak
milik atas motor tersebut.
BAB IV
ANALISIS

 
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai