NPM : 110110170271
Pendahuluan
Negosiasi
1
Robert Barnidge, The International Law as a Means of Negotiation Settlement, Fordham International Law
Journal, Vol.36, Issue.3, 2013, hlm.545
2
Ibid, hlm.546
3
Ibid
berdiskusi satu sama lain untuk mencapai kesepahaman dalam perbedaan pandangan
mereka4. Negosiasi dapat dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga, dan hal tersebut dapat
dilakukan secara informal5. Salah satu keuntungan dari cara ini ialah adanya kesempatan
bagi para pihak untuk mencapai kesepahaman bersama. Biasanya, ketika kesepahaman
bersama dicapai, hasilnya akan dituangkan dalam bentuk dokumen perjanjian perdamaian6.
Sebaliknya, jika para pihak gagal mencapai kesepahaman bersama, penyelesaian sengketa
kemudian berlanjut dengan cara lain, misal arbitrase, mediasi, konsiliasi, dan pengadilan7.
- Kasus The Railway Traffic between Lithuania and Poland (1931). Dalam kasus
tersebut, PCIJ menyatakan bahwa para pihak berkewajiban untuk melakukan
negosiasi agar mencapai kesepakatan10.
4
Ibid, hlm.548
5
Ibid, hlm.549
6
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta:Sinar Grafika, 2006, hlm.27
7
Ibid.
8
Ibid, hlm.3
9
Ibid, hlm.7
10
Robert Barnidge, Op.cit, hlm.549
- Kasus The North Sea Continental Shelf (1969). Dalam kasus tersebut ICJ
menyatakan bahwa melalui kewajiban untuk bernegosiasi, telah melahirkan
kewajiban lain bagi para pihak yang bersengketa11.
- Negosiasi bilateral. Negosiasi ini terjadi antara dua pihak yang bersengketa.
Biasanya negara akan menunjuk seorang delegasi dalam melaksanakan
negosiasi (biasanya dari Kementerian Luar Negeri). Negosiasi bilateral sering
terjadi menyangkut sengketa teritorial atau jalur air (kanal)12.
- Negosiasi multilateral. Negosiasi ini terjadi bilamana beberapa negara menjadi
para pihak yang bersengketa. Konferensi internasional akan diadakan dalam
kerangka proses negosiasi. Ada beberapa kasus dimana konferensi internasional
diadakan melalui undangan salah satu pihak dimana terdapat satu atau
beberapa pihak lain yang menolak untuk menghadiri konferensi tersebut.
Bilamana hal tersebut terjadi, pada dasarnya negosiasi tidak mungkin
dilaksanakan, namun konferensi tersebut dapat merekomendasikan para pihak
yang hadir untuk menitipkan diri mereka kepada para pihak, seperti halnya jasa
baik atau mediasi13.
- Negosiasi kolektif. Kerangka negosiasi dapat juga berbentuk organisasi
internasional. Contohnya penilaian ICJ dalam kasus South West Africa pada
preliminary objection nya, dimana ICJ menyatakan bahwa dalam menanggapi
pendapat oleh responden, negosiasi kolektif di Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) adalah satu hal dan negosiasi langsung antara itu14.
Kosultasi
Beberapa ahli ada yang membedakan dan ada yang tidak membedakan istilah
negosiasi dengan konsultasi pada konteks penyelesaian sengketa internasional, namun
dalam hal ini Ion Diaconu menyatakan pandangan yang tidak membedakan istilah tersebut,
ia menyatakan bahwa konsultasi pada pokoknya merupakan negosiasi dengan sifat lebih
sederhana, informal, dan langsung15. Konsultasi sendiri sebagai upaya dalam penyelesaian
11
The North Sea Continental Shelf Cases: ICJ Reports 1969, hlm.47, sebagaimana dikutip dalam Huala Adolf,
Op.cit, hlm. 28
12
Handbook on the Peaceful Settlement of Disputes between States, Office of Legal Affairs-Codification
Division, United Nations,New York, 1992, hlm. 14
13
Ibid
14
Ibid
15
Ion Diaconu, Peacefull Settlement of Disputes between States:History and Prospect, sebagaimana dalam
Huala Adolf, Op.cit, hlm.26
sengketa internasional tidak tercantum dalam Pasal 33 Piagam PBB. J.G Merrils
memberikan gambaran terkait konsultasi dalam penyelesaian sengketa internasional ialah
ketika pemerintah mengantisipasi suatu tindakan yang dapat merugikan negara lain, diskusi
dengan pihak yang terkena dampak dapat menghindari perselisihan dengan menciptakan
peluang untuk penyesuaian16. Nilai lebih dari konsultasi ini adalah menyediakan informasi
yang berguna pada waktu yang tepat, dalam hal ini sebelum suatu tindakan dilakukan. J.G
Merrils kemudian memberi contoh penggunaan sarana konsultasi sebagai berikut, misal
Negara A memutuskan untuk memberi tahu Negara B terkait tindakan Negara A yang
mungkin mempengaruhi kepentingan Negara B, atau dalam kaidah hukum internasional
tertentu hal tersebut memang merupakan suatu kewajiban. Kemudian melalui
pemberitahuan tersebut, Negara B diberi waktu untuk mempertimbangkan tanggapannya.
Negara B bisa saja merasa keberatan terhadap pemberitahuan dari Negara A, disinilah para
pihak saling bertukar pandangan terhadap kehendak dari Negara A yang dapat merugikan
kepentingan Negara B17. Kaidah hukum internasional yang secara khusus mengatur
mengenai konsultasi dalam penyelesaian sengketa internasional adalah Konvensi Hukum
Laut 1982, tepatnya dalam Pasal 283. Dalam ketentuan tersebut secara singkat mengatur
bahwa, ketika sengketa hadir diantara para pihak terkait intepretasi atau penerapan dari
Konvensi Hukum Laut, para pihak harus saling bertukar pandangan terkait penyelesaian
sengketa dengan sarana konsultasi mengenai cara menyelesaiakan permasalahan18.
16
J.G Merrils, International Dispute Settlement (Fifth Edition), Cambridge:Cambridge University Press, 2011,
hlm.2-3
17
Ibid, hlm.3-4
18
Handbook on the Peaceful Settlement of Disputes between States, Op.cit ,hlm. 10
Referensi
Buku
Lain-Lain
Handbook on the Peaceful Settlement of Disputes between States Office of Legal Affairs-
Codification Division, United Nations,New York, 1992