Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maulana Fadillah

NPM : 110110170271
Tindak Pidana Khusus Kelas D

Pasal-Pasal dalam KUHP yang dapat diterapkan dalam contoh kasus tindak pidana
yang dapat diterapkan dalam contoh kasus dibawah ini

1. A berniat untuk membunuh di rumah B. Saat A sampai di rumah B dan melaksanakan


aksinya. C seorang ART di rumah B berteriak karena kaget. A melemparkan besi
miliknya ke C dan mengenai kepalanya sampai meninggal. A mengambil perhiasan B
kemudian lari keluar. Ternyata satpam sedang patroli. A pun diamankan di pos
terdekat.
2. X dendam kepada Y karena nilainya lebih bagus padahal hasil mencontek dirinya. X
berniat membunuh Y dengan mendorongnya saat akan menyebrang di sungai. Saat
pulang sekolah X mengikuti Y sesampainya di jembatan X mendorong Y hingga jatuh
ke sungai dan kepalanya terbentur batu sampai mati.
3. Jeni baru melahirkan anaknya di rumah sakit bersalin di Bandung pada malam hari.
Keesokan harinya pada pagi hari Jeni bertemu dengan bayinya timbul rasa benci
terhadap suaminya karena tidak mendapinginya selama proses melahirkan. Jeni pun
mencekik bayinya sampai meninggal.
4. Habib seorang pengangguran berusia 34 tahun. Sudah 5 tahun semenjak dia di pecat
oleh perusahan sebelumnya karena alasan dia melakukan penggelapan dana
perusahaan. Salah seorang temannya mengajak dia untuk berdagang makanan di
pinggir jalan. Habib pun menyambut baik ajakan temannya. 1 bulan bekerja bersama
temannya Habib tidak juga mendapatkan upah/bagi hasil usaha temannya. Habib
bercerita dengan Soni kerabat dekatnya kemudian Soni merespon dengan
candaannya "wah hidupmu sulit sekali yah,bila saya diposisimu mungkin saya sudah
bunuh diri". Pada malam itu Habib pulang ke kontrakannya, dia melompat dari
jembatan penyebrangan dan tertabrak truk sampah sampai meninggal.
5. Tanti seorang satpam mall di kota Bandung. Saat tengah malam Tanti sedang
melaksanakan patroli berkeliling mall. Saat berada di lantai 3 Tanti melihat di sekitar
parkiran motor terlihat seseorang sedang kejang-kejang. Tanti mencoba mengkontak
rekannya melalui HT ternyata HT nya habis baterai. Orang tersebut akhirnya
meninggal sesampainya di lapangan parkir.
Penjelasan atas tindak tindak pidana yang terdapat dalam contoh kasus diatas dalam
rumusan pasal yang ada dalam KUHP

1. Dalam contoh kasus yang ada dalam nomor satu (1), perbuatan A yang berniat untuk
membunuh B di rumah B lalu diikuti dengan pembunuhan kepada C sebagai pembantu
rumah tangga dari B karena kaget bahwa C telah menyaksikan pembunuhan yang
dilakukan oleh A kepada B dengan maksud untuk melepaskan diri sendiri dalam hal
tertangkap tangan dapat dikenakan dengan pasal 339 KUHP yang berbunyi
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “. Hal ini sesuai
dengan unsur-unsur delik yang terdapat dalam pasal 339 KUHP yang mana
pembunuhan A kepada B yang lalu diikuti dengan pembunuhan A kepada C dengan
maksud untuk melepaskan diri sendiri dari tertangkap tangan. Pada dasarnya
pasal 339 memiliki rumusan yang sama dengan pasal 338 yaitu pembunuhan, namun
yang menjadi perbedaanya adalah dalam pasal 339, pembunuhan yang dilakukan
diikuti, disertai, atau didahuli dengan perbuatan pidana lain dengan maksud untuk
menyiapkan atau memudahkan pembunuhan itu atau jika tertangkap tangan atau
melindungi pembuat atau turut-serta daripada hukuman1.
Selanjutnya perbuatan A yang mencuri perhiasan B dapat dikenakan dengan pasal
362 KUHP yang berbunyi “ Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah “.
Perbuatan A yang mencuri perhiasan B merupakan perbuatan yang berdiri sendiri,
dimana A sebelum ia membunuh B belum memiliki niat untuk mencuri perhiasan B.
Sebagaimana rumusan dapat dipidananya seseorang yang terdiri dari melawan
hukum dan kesalahan, maka antara perbuatan A yang membunuh B lalu diikuti dengan
membunuh C sebagai maksud untuk melepaskan diri sendiri dari tertangkap tangan
dengan perbuatan A yang mencuri perhiasan B dapat dikatakan berdiri sendiri. Oleh
karena itu gabungan antara rangkaian perbuatan A tersebut merupakan concursus
realis.

1
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia:Bogor, 1986, hlm.240
2. Dalam contoh kasus yang ada dalam soal nomor dua (2), perbuatan X yang memiliki
rencana untuk membunuh Y ketika mereka berdua pulang sekolah dengan cara X
mendorong Y pada saat menyeberangi sungai melalui jembatan dapat dikenakan
dengan pasal 340 KUHP yang berbunyi “ Barangsiapa dengan sengaja dan dengan
rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “. Jika unsur-unsur yang terdapat dalam
pasal 340 KUHP diuraikan unsur-unsurnya maka akan terdiri dari beberapa rumusan
sebagai berikut ini :
 Unsur Subjektif :
Barangsiapa : yang dimaksud dengan barangsiapa dalam rumusan pasal ini
ialah merujuk kepada siapa saja secara umum, tanpa menjurus pada
seseorang dengan kualifikasi tertentu seperti misalnya dalam pasal 341 KUHP
yang mana diksi yang digunakan dalam rumusan unsur subjektif pasal tersebut
adalah “seorang ibu” yang berarti dalam pasal tersebut unsur subjektif seorang
pembuat perbuatan pidana ialah hanya seorang ibu.
Dengan Sengaja dan Dengan Rencana Terlebih Dahulu : yang dimaksud
dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu dalam rumusan pasal ini
yang pertama akan dijelaskan adalah dengan sengaja. Dengan sengaja
memiliki arti seorang yang melakukan perbuatan pidana menghendaki dan
mengetahui (willens en wettens) dari perbuatannya tersebut2. Dengan rencana
adalah suatu keadaan dimana pembuat memiliki waktu untuk berfikir dan
menimbang apakah ia akan melakukan perbuatan pembunuhan yang telah ia
rencanakan atau membatalkannya3
 Unsur Objektif :
Merampas Nyawa Orang Lain : yang dimaksud dengan merampas nyawa
orang lain adalah perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain4.
Kematian orang lain adalah akibat dari perbuatan dari seorang pembuat, maka
dari itu perbuatan pidana ini disebut dengan delik materil yakni delik yang baru
terjadi ketika seseorang telah mati akibat dari perbuatan orang lain5.
Hal ini sejalan dengan rangkaian perbuatan X yang telah diceritakan ketika X yang
telah memiliki rencana untuk membunuh Y ketika pulang sekolah dan X memiliki waktu

2
Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Undip Semarang, 1990, hlm.102
3
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta:Jakarta,2002, hlm.62
4
R.Soesilo, Loc.Cit.
5
Drs.P.A.F. Lamintang,S.H, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar Grafika:Jakarta, 2018, hlm.212
untuk berfikir dan menimbang apakah ia akan membunuh Y selama dalam perjalanan
pulangnya.

3. Dalam contoh kasus nomor tiga (3), perbuatan yang jeni lakukan kepada anaknya
yang baru lahir dengan alasan bahwa jeni membenci suaminya karena tidak
mendampinginya selama proses bersalin dapat dikenakan dengan pasal 338 KUHP
yang berbunyi “ Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun “. Mengapa
tidak dikenakan pasal 341 atau 342 KUHP? Dalam pasal 341 KUHP berbunyi “
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun “ dan pasal 342 KUHP berbunyi “ Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat
yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun “. Dari kedua pasal tersebut, terdapat unsur khas yakni “
takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak “. R.Soesilo berpendapat bahwa,
pembunuhan dalam pasal 341 dan 342 terdorong oleh karena ketakutan akan
diketahui kelahiran anak itu, biasanya anak tersebut lahir dari hasil hubungan
berzinahan atau hubungan tidak sah, apabila syarat tersebut tidak ada maka
perbuatan tersebut akan dikenakan pasal 338 atau 340 KUHP6. Dalam kasus bu jeni,
unsur khas dalam pasal 341 dan pasal 342 KUHP tersebut tidak terdapat. Alasan bu
jeni membunuh anaknya yang baru lahir adalah karena ia merasa kesal dengan
suaminya, bukan karena takut ketahuan akan melahirkan anak, sehingga apa yang
dilakukan oleh bu jeni dikategorikan dengan pembunuhan biasa yang diatur dalam
pasal 338 KUHP.

6
R.Soesilo, Op.Cit, hlm.242
4. Dalam contoh kasus nomor empat (4), perbuatan yang Soni yang bercanda dengan
habib dengan perkataan “ wah hidupmu sulit sekali yah,bila saya diposisimu mungkin
saya sudah bunuh diri “ tidak memenuhi unsur-unsur yang ada dalam pasal 345 KUHP
yang berbunyi “ Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh
diri “. Dalam pasal 345 KUHP terdapat unsur dengan sengaja. Sengaja sendiri
menurut Memorie van Tolichting terdiri dari willen en wetten yang artinya menghendaki
dan mengetahui. Dalam hal ini bahwa seorang pembuat memang benar-benar
berkendak untuk melakukan kejahatan dan mengetahui atau dapat mengetahui bahwa
perbuatan tersebut dapat menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki7.
Dalam kasus ini, Soni tidak mengkhendaki dan tidak mengetahui bahwa perbuatanya
tersebut dapat menghasut Habib untuk bunuh diri. Selain itu, Soni juga tidak menolong
dan tidak memberi sarana kepada Habib untuk melakukan bunuh diri.

5. Dari contoh kasus nomor lima (5), perbuatan yang Tanti lakukan dapat dikenakan
dengan dengan pasal 531 KUHP yang berbunyi “ Barangsiapa ketika menyaksikan
bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut tidak memberi pertolongan yang
dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau
orang lain, diancam, jika kemudian orang itu meninggal, dengan pidana kurungan
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
“. Menurut R.Soesilo, dalam pasal 531 KUHP yang dimaksud memberi pertolongan
adalah (1) dalam memberikan pertolongan, dilakukan dengan diri sendiri, (2) dalam
mengadakan pertolongan, dilakukan dengan meminta bantuan orang lain yang
memiliki ahli pada bidangnya misalnya polisi, dokter, pemadam kebakaran, dsb.
Pasal ini berlaku ketika dalam memberikan pertolongan tersebut, tidak
membahayakan diri sendiri maupun orang lain dan orang yang sedang menghadapi
maut tersebut mati8. Timbul suatu pertanyaan apakah perbuatan Tanti yang
mencoba menghubungi temannya namun dikarenakan handy talkienya habis baterai
dapat dikatakan Tanti telah melakukan pemberian pertolongan? Hal ini bisa dijawab
apabila dijabarkan lagi mengenai unsur-unsur perbuatan pidana, karena apa yang
dilakukan Tanti sama sekali tidak memberikan pertolongan yang pada akhirnya
orang tersebut mati. Unsur perbuatan pidana terdiri dari unsur subjektif dan unsur
objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri si pelaku atau yang

7
Drs.P.A.F. Lamintang,S.H, Op.Cit, hlm.288-289
8
R.Soesilo, Op.cit, hlm. 341
memiliki hubungan dengan diri pelaku, dan termasuk di dalam hati si pelaku yang
terdiri dari kesengajaan atau tidak kesengajaan, maksud, macam-macam maksud,
merencanakan terlebih dahulu, dan perasaan takut. Unsur objektif adalah unsur yang
ada dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu yang
harus dilakukan, terdiri dari sifat melanggar hukum atau wederechtelijk, kualitas dari
pelaku, dan kausalitas9. Dari penjelasan uraian unsur-unsur yang ada dalam
perbuatan pidana, Tanti telah lalai (culpa) dalam upayanya untuk memberikan
pertolongan kepada orang yang menghadapi maut sehingga orang tersebut mati .
Hal ini dapat dilihat ketika handy talkie Tanti mengalami habis baterai saat ia
bertugas yang mana itu merupakan suatu kelalaian. Padahal selama menjalani tugas
menjaga keamanan, sepatutnya Tanti mengetahui bahwa handy talkie digunakan
dalam berkordinasi dengan penjaga keamanan lainnya dalam hal terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi . Kelalaian sendiri menurut Hazewingkel Suringga ialah
suatu kekurangan untuk melihat jauh ke depan tentang kemungkinan timbulnya
akibat-akibat atau suatu kekurangan akan sikap hati-hati, dalam doktrin dikenal
dengan onbewuste schuld dan bewuste schuld10.

9
Drs.P.A.F. Lamintang,S.H, Op.Cit, hlm. 192
10
Ibid, 341
REFERENSI

 R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar-Komentarnya


Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia:Bogor, 1986
 Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Undip Semarang, 1990
 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta:Jakarta,2002
 Drs.P.A.F. Lamintang,S.H, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
Grafika:Jakarta, 2018

Anda mungkin juga menyukai