Anda di halaman 1dari 6

Nama : Maulana Fadillah

NPM : 110110170271

Hukum Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas D

Resume Webinar Nasional Menuju Indonesia Satu Data

Sinkroniasi, Migrasi, dan Standarisasi Pusat Data Nasional Berdasarkan Perpres


Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Pendahuluan

Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan layanan publik dari Pemerintah


Indonesia pada masa kini, dibutuhkan adanya suatu kolaborasi antar lembaga
pemerintahan yang mencakup 34 Kementerian, 31 Lembaga, 34 Pemerintah
Provinsi, dan 514 Pemerintah Kabupaten/Kota. Kolaborasi yang dimaksud dalam hal
ini adalah kolaborasi akan pengelolaan data sebagai jawaban akan kebutuhan untuk
kordinasi dan pelayanan kepada masyarakat yang semakin besar dann kompleks.
Hal ini perlu dilakukan mengingan jumlah Penduduk Indonesia saat ini mencapai
270,2 juta juwa dengan aksesibilitas informasi mencapai 175,4 juta atau sekitar 64%
(enam puluh empat persen) dari total jumlah penduduk. Kolaborasi ini dilakukan
dengan cara membangun fondasi bersama dalam mengatasi persoalan data. Secara
yuridis konsep tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

Peran Pusat Data dalam Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Elektronik

Dalam tajuk kali ini, yang menjadi pokok pembahasannya adalah sebagai berikut:

- Data sebagai bagian dari kebijakan publik


- Smart Government
- Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
- Tantangan dan Harapan

Dalam tajuk pertama, yakni data sebagai bagian dari kebijakan publik, tindakan
pertama dalam melaksanakan program tersebut ialah penataan kelembagaan
berbasis prioritas pembangunan nasional. Hal ini mencakup penataan kelembagaan
dan proses bisnis instansi pemerintah dan penerapan SPBE yang terintegrasi. Tata
kelola pemerintahan yang baik dalam konteks ini ialah sebagai suatu bentuk dari
kebijakan publik yang dilandasi oleh Aparatur Sipil Negara, Kelembagaan dan
Proses Bisnis Organisasi, dan Akuntabilitas Kinerja dan Pengawasan sebagai
penopang kualitas pelayanan publik yang baik. Selanjutnya dalam tajuk kedua yakni,
smart governement, karakteristik yang dibutuhkan dalam smart government dapat
dibentuk melalui tujuh komponen, yakni strategi, struktur, proses, sumber daya
manusia, teknologi, kolaborasi, dan berbasis data. Tajuk ketiga yakni, Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik, dalam hal ini membutuhkan data dalam
penyusunan kebijakan. Peran data dalam penyusunan kebijakan dapat meingkatkan
kordinasi antar instansi Pemerintah, konsistensi implementasi, dan mendorong
penggunaan data. Hal ini juga diperkuat dengan adanya regormasi birokrasi yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Upaya ini dapat
terjadi melalui penyederhanaan birokrasi berbasis digital, pemilihan ekonomi melalui
manajemen kinerja berbasis digital, peningkatan kualitas SDM berbasis digital, tata
kelola pemerintahan yang efektif, respomnsif, dan adaptif berbasis digital, dan
pelayanan publik berbasis digital. Birokrasi akan berlari dengan cepat ketika
orientasinya pada hasil dan kinerja pelayanan yang efektif, efisiem, dan didukung
oleh budaya birokrasi yang berintegritas tinggi. SPBE dan data merupakan suatu hal
yang saling berhubungan satu sama lain. SPBE yang berkualitas mendukung data
yang berkualitas, begitu pun sebaliknya. Tajuk terakhir yakni, tantangan dan
harapan, dijelaskan bahwa penguatan kordinasi antar instansi pusat dan Pemerintah
Daerah diperulukan untuk mewujudkan tata kelola Pemerintahan berbasis elektronik,
sehingga dapat terwujud Indonesia Maju 2045, dengan implementasi arsitektur
SPBE Nasional yang berbasis proses bisnis lintas sektor pemerintahan. Selanjutnya
percepatan terwujudnya sistem penghubung layanan pemerintah terjadi kolaborasi
data melalui penerapan manajemen data oleh seluruh wakil data
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan interoperabilitas antar sistem yang
sudah ada berbasis infrastruktur TIK berbagai pakai, menjadi layanan digital
pemerintah yang terintegrasi. Percepatan pemanfaatan transaksi elektronik pada
setiap aspek layanan, termasuk penggunaan big data pemerintah dan kecerdasan
artifisial sebagai bagian transformasi digital nasional.
Menuju Satu Data Indonesia:Implementasi SPBE dan Transformasi
Pemerintahan Digital

Presiden Joko Widodo pada tanggal 3 Agustus Tahun 2020, memberikan mandat
terhadap upaya percepatan transformasi digital. Kelima mandat tersebut adalah :

- Segera lakukan percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur


digital dan penyediaan layanan internet di 12.500 desa atau kelurahan, serta
di titik-titik layanan publik
- Persiapkan roadmap transformasi digital di sektor strategis
- Percepat integrasi pusat data nasional
- Siapkan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital secepatnya, dan
- Siapkan kebutuhan SDM talenta digital.

Upaya dalam mewujudkan Indonesia Digital Nation, dibutuhkan adanya regulasi &
kebijakan, pengendalian, aktivitas digital, aplikasi, infrastruktur, SDM digital,
teknologi penunjang, dan riset & Inovasi. Melalui komponen-komponen tersebut
akan tercipta suatu ekosistem pemerintah digital, masyarakat digital, dan ekonomi
digital, guna terwujudnya Indonesia Digital Nation yang bermartabat, berkeadilan,
dan berdaya saing.

Dalam perkembangannya, SPBE sebagai transformasi pemerintahan digital kini


dalam hal pusat data yang semula baru digunakan oleh 650 instansi pusat dan
daerah telah bertambah menjadi 2700 pusat data. Kemudain jaringan intra
pemerintah juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Terakhir,
pemanfaatan aplikasi SPBE, semula hanya dipakai oleh 630 instansi pusat & daerah
bertambah menjadi 27.400. Infrastruktur SPBE tersusun atas SPLP (Sisrem
Penghubung Layanan Pemerintah), JIP (Jaringan Intra Pemerintah), dan PDN
(Pusat Data Nasional).

Pemanfaatan Arsitektur SPBE untuk Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif


dan Efisien

Dalam pokok bahasan kali ini, tersusun atas lima tajuk yang menjadi saling
berhubungan satu sama lain. Ke lima tajuk tersebut adalah sebagai berikut:

- Arah dan Tujuan SPBE


- Arsitektur SPBE Nasional
- Arsitektur Infrastruktur SPBE
- Tantangan dan Harapan

Pertama ialah tahapan penerapan SPBE Nasional. SPBE pertama kali mulai
ditetapkan pada tahun 2018. Fase transformasi menuju smart government dalam hal
ini ialah penyusunan proses bisnis antar sasaran pembangunan linat bidang/sektor,
dan antar Kementerian/Lembaga/Daerah, melalui penerapan arsitektur SPBE. Fase
ini mulai berjalan pada tahun 2021 dengan pemanfaatan infrastruktur TIK Nasional
berbagi pakai. Kemudian pada tahap selanjutnya smart government dapat tercapai
melalui integrasi proses bisnis lintas K/L/D berbasis arsitektur SPBE dan
pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan dalam pengambilan keputusan yang
cepat dan akurat. Fase ini diharapkan akan tercapai pada tahun 2025. Arsitektur
SPBE sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, diartikan sebagai kerangka
dasar yang mendeskripsikan integrasi bisnins, data, dan informasi, aplikasi,
infrastruktur SPBE, dan keamanan SPBE untuk menghasilkan layanan pemerintah
yang terintegrasi. Hal ini tertuan dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 6 Perpres Nomor
95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintaha Berbasis Elektronik. Manfaat dari
arsitektur SPBE ialah 1. Mengurangi tumpang tindih funsi bisnis pemerintahan, 2.
Mengurangi duplikasi infrastruktur dan sistem aplikasi, 3. Menerapkan standarisasi
TIK, 4. Berbagi data dan informasi, 5. Memudahkan integrasi layanan SPBE, 6.
Meningkatkan efisiensi biaya SPBE. Selanjutnya, tahapan penyiapan layanan
pemerintah terintegrasi dilakukan melalui penerapan proses bisnis terintegrasi,
perubahan regulasi urusan dan fungsi pemerintahan, penetapan data induk dan data
referensi, integgrasi layanan berbasis digital, sistem informasi pemerintah
tertintegrasi, penyiapan infrastruktur TIK, operasional sistem informasi sesuai
manajemen SPBE, dan tata kelola yang baik.

Menuju Indonesia Satu Data

Perkembangan teknologi informasi turut mendorong penerapan kebijakan Indonesia


Satu Data. Hal ini sejalan dengan kebijakan SPBE dan Satu Data Indonesia (SDI)
yang telah dicanangkan. SPBE dan SDI membentuk suatu sinergfi yang melakukan
tata kelola SDM, proses dan teknologi, serta standarisasi proses, teknologi dan
keamanan informasi. Pusat Data Nasional dan Satu Data Indonesia dikelola melalui
infrastruktur SPBE yang tertuang dalam Pasal 27 ayat (5) Perpres 95/2018. Skema
yang dijalankan terkait hal ini ialah melalui kolaborasi antara BSSN, Kemenpanrb,
Bappenas, dan Satu Data Indonesia.

Solusi Sertifikasi Pusat Data atau Migrasi ke Pusat Data Nasional

Pusat Data Nasional merupakan suatu kebijakan pemerintah yang diatur dalam
Pasal 30 Perpres 95/2018. Pusat Data Nasional bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dalam memanfaatkan sumber daya Pusat Data Nasional oleh Instansi
Pusat dan Pemerintah Daerah. Pusat Data Nasional harus memenuhi SNI terkait
desain Pusat Data dan manajemen Pusat Data, menyediakan fasilitas bagi pakai
dengan Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah lain, dan mendapatkan pertimbangan
kelaikan operasi dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang komunikasi dan informatika. Dalam menggunakan Pusat Data Nasional,
setiap Instansi Pusat da Pemerintah Daerah melakukan pendaftara kebutuhan
kapasitas kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatirka. Dalam hal SNI sebagaimana yang telah disebutkan
belum tersedia, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah yang telah memiliki Pusat
Data harus menggunakan standar internasional terkait desain pusat data dan
manajemen pusat data.

Kesimpulan

Upaya pewujudan sinkronisasi, migrasi, dan Standarisasi Pusat Data Nasional


Berdasarkan Perpres Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik membutuhkan proses yang cukup panjang. Upaya tersebut merupakan
suatu jawaban tantangan dari zaman digital seperti saat ini, yang menuntut segalnya
untuk cepat, efisien, dan mudah. Melalui adanya beraga platform digital hal tersebut
tentu akan mudah terwujud. Dalam konteks kegiatan Pemerintahan yang bermuara
pada layanan publik, banyaknya struktur birokrasi vertikal maupun horizontal tentu
menjadi tantangan tersendiri dalam menciptakan budaya birokrasi yang efisien dan
cepat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah Pusat Data Nasional sebagai
penggerak dari Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik. Upaya ini tidak hanya dapat
dilakukan secara sendirian oleh Pemerintah, dibutuhkan adanya partisipasi dari
masyarakat, dan bisnis dalam mewujudkannya. Maka dari itu, kesadaran dan
pemahaman akan Pusat Data Nasional oleh berbagai stake holders merupakan
suatu hal yang wajib, agar terciptanya smart government dalam Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai