Anda di halaman 1dari 13

Makalah Hukum Internasional

“Penyelesaian Sengketa Internasional”

Disusun oleh:

Sukma Resana Bintang 19044010064

Clara Lucia Marghanita 19044010090

Amaltea Deliant Safa 19044010092

Anugerah Perdana 190440100100

Program Studi Hubungan Internasional

Universitas Pembangunal Nasional “Veteran” Jawa Timur

2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………… 2


1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………... 2
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1. Sengketa Internasional……………………………………………………………… 4


2.2. Penyelesaian Sengketa Internasional………………………………………………….5
2.2.1. Penyelesaian Sengketa Secara Damai …………………………………………5
2.2.2. Penyelesaian Sengketa Secara Paksa ………………………………………….7
2.3. Perang dan Hukum Perang …………………………………………………………. 9

BAB III PENUTUP 11

DAFTAR PUSTAKA 12

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sengketa sendiri diartikan sebagai pertentangan yang terjadi antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, perusahaan dengan perusahaan,
perusahaan dengan negara dimana pihak satu merasa dirugikan oleh pihak lain. Aktor tesebut
memiliki keterkaitan atas kepemilikan suatu objek akibat fakta, hukum, atau kebijakan antara
satu dengan lainnya yang kemudian ditentang oleh pihak lain. Sengketa juga bisa diartikan
sebagai perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak dalam perjanjian karena adanya wanprestasi
yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Konflik atau sengketa merupakan situasi
dan kondisi di mana orang-orang saling mengalami perselisihan yang bersifat faktual maupun
perselisihanperselisihan yang ada pada persepsi mereka saja. Jenis-jenis sengketa dibagi menjadi
2 macam, yaitu :

a. Konflik Interest : Terjadi dimana dua aktor yang memiliki suatu tujuan atau keinginan
yaang sama terhadap suatu obyek. Konflik akan timbul jika kedua aktor memperebutkan.
b. Klaim Kebenaran : Klaim kebenaran di salah satu pihak namun menganggap pihak lain
bersalah. Argumen klaim ini berlandaskan pada terminologi kebenaran.

Sengketa yang muncul antar pihak harus segera diselesaikan, jika tidak akan ada
perselisihan yang berjangka panjang. Dan memberikan keadilan dan kepastian hukum bagi para
pihak. Secara garis besar metode penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
jalur yaitu damai maupun paksa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan sengketa internasional?
2. Apa yang didimaksud metode penyelesaian sengketa secara damai?
3. Apa yang dimaksud metode penyelesaian sengketa secara paksa?
4. Apa yang dimaksud perang dan hukum perang?

2
1.3. Tujuan
1. Agar kita mengetahui definisi dari sengketa
2. Agar kita mengetahui perkembangan dari sengketa internasional.
3. Agar kita mengetahui bagaimana metode dalam menyelesaikan isu-isu sengketa
internasional.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sengketa Internasional

Sengketa Internasional merupakan salah satu sisi dalam hubungan internasional. Hal ini
diketahui berlandasakan suatu prespektif bahwa hubungan-hubungan internasional yang
diadakan antar negara, negara dengan individu, atau negara dengan organiasasi internasional
menimbulkan sengketa di antara mereka. Hubungan internasional tersebut, meliputi beberapa
aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan sengketa internasional adalah sengketa yang muncul
atau terjadi di antara negara dengan negara maupun satu negara dengan beberapa negara lain,
atau mungkin bisa saja antara negara dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang menjadi
aktor hukum Internasional. Dalam studi hukum internasional publik, dikenal dua macam
sengketa internasional, yaitu sengketa hukum (legal or judicial disputes) dan sengketa politik
(political or nonjusticiable disputes).

a. Sengketa justisiabel
Sengketa justisiabel adalah sengketa yang bisa laporkan ke pengadilan berlandaskan
hukum internasional. Sengketa ini juga sering didefinisikan sebagai sengketa hukum.
Alasannya, sengketa ini muncul dari hukum internasional begitu juga metode
penyelesaiannya yaitu dengan hukum internasional.
b. Sengketa non-justisiabel
Sengketa non-justisiabel merupakan sengketa yang penyelesaian bukan melalui
pengadilan. Sengketa ini sering dikenal sebagai sengketa politik dikarenakan hanya
berkaitan dengan masalah kebijaksanaan atau urusan di luar hukum. Maka dari itu,
penyelesaian ini lebih mengedepankan pertimbangan politik

Sengketa internasional juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Politik luar negeri yang terlalu kaku.

4
2) Unsur moralitas dan kesopanan antarbangsa
3) Isu klaim batas negara atau wilayah kekuasaan
4) Hukum nasional(aspek yuridis) yang saling bertentangan
5) Sektor ekonomi

2.2. Penyelesain Sengketa Internasional

Penyelesaian sengketa internasional berelevan dengan hukum internasional yang


mempersoalkan tentang isu persengketana. Sejarah perkembangan penyelesaian sengketa
internasional ini memiliki keterkaitan dengan perkembangan hukum internasional. Dibuktikan
dengan adanya peraturan dan ketentuan yang mengikat. Upaya ini telah muncul dan di praktikan
di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20. Tujuan ini di buat guna menciptakan
hubungan antar negara lebih baik berlandaskan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.
Hukum internasional disini berperan untuk menyelesaikan isu sengketa internasional dengan
memberikan berbagai banyak pilihan cara bagaimana para pihak yang bersengketa menurut
hukum internasional. Metode-metode penyelesaian sengketa internasional publik digolongkan
dalam dua kategori:

● Penyelesaian sengketa internasional secara damai


● Penyelesaian sengketa internasional secara paksa

2.2.1. Penyelesaian sengketa internasional secara damai

Ketentuan Pasal 2 ayat (4): “melarang negara anggota menggunakan kekerasan dalam
hubungannya satu sama lain. Dengan demikian pelarangan penggunaan kekerasan dan
penyelesaian sengketa secara damai telah merupakan norma-norma imperative………” Oleh
karena itu hukum internasional memaparkan banyak penyelesaian sengketa internasional secara
damai untuk terjaminnya perdamaian dan keamanan hubungan antar bangsa. Penyelesaian
sengketa secara damai banyak sekali metode di dalamnya;

a) Negosiasi

Negosiasi merupakan cara paling dasar atau tradisional untuk menyelesaikan isu sengketa
internasional. Metode negosiasi ini juga telah menyelesaikan banyak permasalahan sengketa

5
karena metode ini dianggap penting. Walaupun prosesnya terkadang lebih lambat. Cara lain
hanya akan digunakan ketika negosiasi benar-benar tidak dapat menyelesaikan permasalahan.
Contohnya yaitu penyelesaian kasus Indonesia dengan Malaysia (sipadan ligatan) sempat
berupaya diselesaikan melalui perundingan antara Soeharto dan Mahatir dengan melahirkan
kesepakatan “Langkawi Understanding”.
b) Arbitrasi
Arbitrasi merupakan metode selain bersifat sukarela penyelesaian sengketa internasional yang
berlandaskan hukum. Penyelesaian ini di terapkan dengan adanya bantuan pihak ketiga. Pada
arbitrase internasional, negara-negara yang bersengketa biasanya mereka merekrut hakim dari
negara netral lalu mengadakan suatu peradilan di negara ketiga dan negra tersebut sudah sama
sama disepakati. Contohnya yaitu Konvensi Den Haag (1899 dan 1907).

c) Judicial Settlement

Judicial settlement merupakan metode penyelesaian sengketa internasional yang


bermekanisme peradilan resmi seperti contohnya, mahkamah internasional. Mahkamah
internasional bersifat permanen alasannya karena komposisi, organisasi, wewenang, dan tata
kerjanya sudah terbentuk sebelum adanya sengketa dan bebas dari kehendak negara-negara
yang bersengketa. Metode ini digunakan saat kedua belah pihak bersedia, tidak dpat hanya
satu pihak saja.

d) Mediasi

Mediasi bisa dibilang sebagai bentuk lain dari negosiasi. Perbedaannya adalah pihak ketiga
disini menjadi mediator. Tugas seorang mediator disini yaitu membentuk komunikasi kedua
pihak yang berada dalam konflik guna menghasilkan solusi untuk menyelesaikan persoalan
sengketa. Aktornya bisa saja negara, individu, atau organisasi internasional. Mediator ini
ditetapkan oleh negara yang berhubungan dengan konflik atau bisa juga dengan mengajukan
diri. Contohnya yaitu KTN (Komisi Tiga Negara) yang dibentuk PBB pada tahun 1947 untuk
menyelesaikan sengketa antara Indonesia dengan Belanda.

e) Konsiliasi

Metode konsilisasi merupakan suatu penyelesaian sengketa internasional dimana bantuan dari
negara lain, badan penyelidik, dan komite-komite penasihat yang tidak berpihak. Komite ini

6
kemudian memberikan laporan penyelidikan terkait fakta suatu persengketaan dan usulan
solusi terhadap penyelesaian sengketa kepada pihak yang bersamhkutan. Namun usulan ini
bersifat tidak mengikat. Contohnya yaitu pada krisis di Somalia, DK PBB sempat meminta
Sekjen PBB untuk mengupayakan konsiliasi (Resolusi DK-PBB 794 1992).

f) Penyelesaian melalui mekanisme organisasi internasional

Penyelesaian masalah sengketa internasional dapat diakhiri melalui mekanisme organisasi


internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), World Trade Organizations (WTO),
maupun organisasi regional seperti ASEAN. Dalam PBB, organ yang berperan dalam
penyelesaian sengketa internasional adalah dewan keamanan dan majelis umum. Dalam
WTO, penyelesaian sengketa dagang internasional diselesaikan oleh Dispute Settlement Body.

Setelah pemaparan metode penyelesaian secara damai, terdapat prinsip-prinsip mengenai cara
menyelesaikan konflik sengketa internasional secara damai (Adolf, 2008) :

1. Prinsip Pencegahan Sengketa

2. Prinsip Toleran Dalam Hubungan Internasional

3. Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa

4. Prinsip Iktikad Baik

5. Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa

6. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-Cara Penyelesaian Sengketa.

7. Prinsip kebebasan Memilih Hukum yang Akan Diterapkan terhadap pokok sengketa

8. Prinsip Exhaustion of local Remidies

9. Peningkatan kepentingan dan kerja sama bersama

10. Prinsip-prinsip hukum internasional tentang kedaulatan, kemerdekaan, dan intehritas


Wilayah Negara -negara

2.2.2. Penyelesaian Sengketa Secara Paksa

7
Penyelesaian sengketa secara paksa atau kekerasan dilakukan apabila negara-negara yang
berselisih tidak dapat mencapai suatu kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa
secara damai. Tetapi menurut Evans (1999) sebenarnya penggunaan kekerasan bersenjata untuk
penyelesaian sengketa internasional telah dilarang oleh hukum internasional terdapat di dalam
Piagam PBB Pasal 2 ayat (3) dan (4). Yang dimaksud penyelesaian melalui paksa atau
kekerasan yaitu seperti :

1. Perang

Istanto (1998) berpendapat bahwa perang merupakan suatu perlawanan yang diikuti dengan
penggunaan kekerasan dari angkatan bersenjata masing-masing pihak dengan tujuan untuk
menundukkan lawan dan menetapkan persyaratan perdamaian secara sepihak. Starke (2007)
juga menambahkan tujuan perang yaitu untuk dapat menaklukkan negara lawan serta untuk
membebankan syarat-syarat penyelesaian yang membuat negara yang ditaklukannya tidak
memiliki pilihan lain selain mematuhi syarat tersebut. Penggunaan perang merupakan
pilihan penyelesaian alternatife dalam sengketa internasional yang digunakan dalam situasi
tertentu saja.

2. Retorsi

Menurut Starke (2007), restorsi merupakan istilah teknis untuk suatu pembalasan dendam
suatu negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari negara lain. Balas dendam tersebut
seperti memutus hubungan diplomatik, pencabutan hak-hak istimewa diplomatik, penarikan
diri dari persetujuan-persetujuan pajak atau tarif, penghentian bantuan ekonomi, bisa juga
penolakan barang impor dari negara lawan. Ketentuan keadaan untuk membenarkan
penggunaan retorsi belum ditentukan karena pelaksanaannya yang beraneka ragam.

3. Tindakan-tindakan pembalasan ( Reprisal )

Reprisal merupakan metode pembalasan yang digunakan oleh negara-negara yang


mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara lain. Tindakan pembalasan itu seperti
pengeboman atas wilayah tertentu, penghentian pembayaran hutang. Menurut Mangku
(2012), reprisal berbeda dengan retorsi karena tindakan retorsi sejatinya tidak melanggar
hukum internasional.

8
4. Blokade secara damai (pacific blockade)

Blokade secara damai adalah tindakan penutupan akses keluar masuknya suatu negara
seperti pelabuhan oleh negara lain sebagai reaksi dari tindakan yang tidak pantas yang
dilakukan oleh negara lain. Blokade ini dikatakan damai karena tidak adanya pernyataan
perang dari masing-masing pihak.

5. Intervensi

Intervensi merupakan keadaan dimana adanya campur tangan secara paksa dari negara atau
organisasi internasional lain terhadap urusan atau masalah dalam maupun luar negeri suatu
negara yang dianggap melanggar kemerdekaan negara tersebut. Intervensi biasanya
berbentuk perintah yang sifatnya memaksa dengan tujuan untuk memelihara atau mengubah
keadaan atau situasi.

2.3. Perang dan Hukum Perang

Hukum perang yaitu bagian dari hukum internasional yang mengatur tentang permulaan,
perilaku, dan penghentian perang. Tujuannya adalah untuk membatasi penderitaan yang
ditimbulkan kepada para kombatan dan, lebih khusus lagi, bagi mereka yang dapat digambarkan
sebagai korban perang  yaitu, warga sipil non-pejuang dan mereka yang tidak dapat lagi
mengambil bagian dalam permusuhan. Jadi, yang terluka, yang sakit, yang sekarat, dan tawanan
perang juga membutuhkan perlindungan hukum. Hukum perang merasa sulit untuk mengikuti
perubahan cepat yang ditimbulkan oleh pengembangan senjata yang selalu lebih baru dan
peperangan yang lebih berteknologi maju, dengan kerusakan yang menyertainya pada
lingkungan alam.

Oleh karena itu, menjadi penting untuk terus-menerus melengkapi perjanjian sebelumnya.
Hukum perang dapat ditemukan tidak hanya dalam perjanjian yang dibuat oleh negara tetapi juga
dalam hukum kebiasaan internasional, yang ditemukan dalam praktek nyata negara dan dalam
kepercayaan “opini hukum” bahwa prakteknya sesuai dengan hukum internasional. Banyak dari
hukum kebiasaan internasional ini telah masuk ke dalam berbagai konvensi yang dijelaskan di
atas. Oleh karena itu, dengan tepat dapat dikatakan bahwa, meskipun suatu negara tertentu bukan
merupakan pihak dari suatu perjanjian tertentu, namun negara tersebut terikat oleh prinsip
hukum kebiasaan internasional yang dikodifikasi dalam perjanjian itu.

9
Lebih jauh, sebuah perjanjian mungkin memiliki penerimaan yang luas sehingga dapat
dikatakan mencerminkan praktik semua negara, dan kemudian dapat mengikat semua negara
sebagai mencerminkan hukum kebiasaan internasional. Sebagai contoh dari pendekatan ini,
Pengadilan Militer Internasional di Nürnberg pada tahun 1946 memutuskan bahwa Konvensi
Den Haag keempat tahun 1907, mengenai hukum dan kebiasaan perang di darat, mencerminkan
hukum kebiasaan internasional; karena itu, prinsip-prinsipnya mengikat Jerman meskipun
beberapa negara, yang berperang dengan Jerman, tidak menjadi pihaknya. Dua hal khusus yang
tidak dirujuk oleh salah satu perjanjian itu adalah arti dari kata perang dan batasan hak untuk
membela diri. Istilah perang tetap subjektif, memberikan kebebasan kepada negara-negara untuk
menahan istilah tersebut dari petualangan militer mereka jika mereka berpikiran demikian.
(Misalnya, dalam perebutan Manchuria antara Jepang dan Cina dari tahun 1937 hingga 1941,
Jepang menolak untuk menyebut konflik tersebut sebagai perang.) Sebagai sebuah konsep,
istilah tersebut ditinggalkan dengan sedikit arti setelah Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
tahun 1945, melarang ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau
kemerdekaan politik suatu negara, atau dengan cara lain yang tidak sesuai dengan tujuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain itu, semua Konvensi Jenewa berlaku untuk konflik
bersenjata, baik secara resmi disebut perang atau tidak.

10
BAB III
PENUTUP

Pada kesimpulannya, pemaparan di atas bahwa Sengketa Internasional merupakan adalah


suatu perselisihan antar subjek-subjek hukum Internasional. Perselisihan bisa mencakup mengenai
fakta-fakta, hukum atau politik. Banyak sekali metode-metode yang bisa digunakan dalam penyelesaian
sengketa internasional. Tiap negara yang bersengketa berhak memilih metode apa yang akan digunakan
dalam penyelesaian sengketa internasional, kalau memang penyelesaian sengketa tidak bisa dilakukan
secara damai bisa langsung dibawa ke Mahkamah Internasional supaya masalah initerselesaikan . jika
memang titik terang tidak ada, Mau tidak mau penyelesaian sengketa akan dilakukan secara paksa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adolf, H., 2008. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. 3rd ed. Jakarta: Sinar Grafika,
p.11.

Anon., 1992. Dictionary of The Internasional Law of Armed Conflict. s.l.:ICRC.

Chotib, d., 2007. Kewarganegaraan 2 : Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Yudhistira.

Evans, M. D., 1999. Blackstone's International Law Documents. London: Blackstone Press.

Hasim, M., 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Quadra.

Istanto, S. F., 1998. Hukum Internasional. Yogyakarta: Universitas Atma jaya.

Mangku, D. G. S., 2012. Suatu Kajian Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional
Termasuk Di Dalam Tubuh ASEAN. Perspektif, XVII(3), pp. 155-156.

Starke, J. G., 1989. Introduction to International Law. 10th ed. London: Butterworth-Heineman.

12

Anda mungkin juga menyukai