TUGAS HPSI
1
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan ke-3, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002) hal.433
2
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika,2008) hal.2
lainnya, seperti organisasi internasional dan individu yang memungkinkan timbulnya
sengketa itu sendiri antara satu sama lainnya.
Dalam perjanjian internasional, diaturlah hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh negara-negara yang ikut terlibat dalam perjanjian tersebut.
Hak dan kewajiban harus dipenuhi oleh masing-masing negara yang bersangkutan
agar dapat terjadi hubungan mutualisme atau saling menguntungkan satu sama lain.
Namun pada praktiknya, ada hal-hal dari hak dan kewajiban dalam perjanjian yang
dapat dilanggar oleh salah satu atau kedua belah pihak.
Bentuk pelanggaran seringkali berkaitan dengan pemenuhan hak salah satu atau
kedua belah pihak ketika kewajiban sudah selesai dilakukan.
B) Perbedaan Pandangan/ Tafsiran Terhadap Perjanjian Internasional
Dalam setiap menentukan dan menetapkan perjanjian internasional, dibutuhkan
kesepatakan diantara pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian tersebut. Setelah
ditetapkan, idealnya kedua belah pihak melaksanakan perjanjian tersebut sesuai
dengan kesepakatan yang sudah ditentukan bersama, sebagai berikut:
Perebutan kekayaan negara baik berupa barang tambah, kayu, perikanan, dan
lainnya dilakukan dengan mencari celah kelemahan dari perjanjian internasional
yang telah dibuat sebelumnya oleh pihak-pihak yang terkait.
Perebutan kekayaan tidak dilakukan secara terus terang tetapi dilakukan secara
halus dengan memanfaatkan kelemahan negara yang bersangkutan.
Kelemahan yang timbul seringkali terkait dengan ketidaksiapan suatu negara dalam
menghadapi dampak globalisasi di berbagai bidang, salah satunya ekonomi.
Menurut Huala Adolf pendekatan yang diambil kelompok Waldock lebih tepat. Jika
Sengketa yang timbul antara dua negara, bentuk atau jenis sengketa yang
bersangkutan ditentukan sepenuhnya oleh para pihak. Suatu sengketa hukum,
misalnya penetapan garis batas wilayah, pelanggaran hak-hak istimewa diplomatik,
sengketa hak-hak dan kewajiban dalam perdagangan, dan lain-lain. Pastinya,
sengketa demikian sedikit banyak mempengaruhi hubungan (baik) kedua negara.
Bagaimana kedua negara memandang sengketa tersebut adalah faktor penentu
untuk menentukan apakah sengketa yang bersangkutan sengketa hukum hukum
atau politik.3
3) Prinsip-Prinsip Hukum Internasional terkait Penyelesaian Sengketa
Internasional
1. Prinsip Non-intervensi
Prinsip ini tidak berarti luas sebagai segala bentuk campur tangan Negara
asing dalam urusan satu negara, melainkan berarti sempit, yaitu suatu
campur tangan negara asing yang bersifat menekan dengan alat kekerasan
atau dengan ancaman melakukan kekerasan, apabila keinginannya tidak
terpenuhi4.Prinsip non-intervensi ini juga mencerminkan penghargaan
terhadap kedaulatan dan yurisdiksi suatu negara dalam batas-batas
wilayahnya.
2. Prinsip Kebebasan memilih cara Penyelesaian Sengketa
Prinsip free choice of means adalah prinsip dimana para pihak memiliki
kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme
bagaimana sengketanya diselesaikan. Terkandung dalam section 1
paragrpah 3 manila declaration berbunyi:
“International disputes shallbe settled on the basis of the sovereign
equality of States and in accordance with the principle of freechoice of
means in conformity with obligations under the Charter of the United
Nations and with the principles of justice and international law.”
3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum yang Akan Diterapkan terhadap
Pokok Sengketa
Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan
untuk memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono). Dalam sengketa
antar negara, sudah lazim bagi pengadilan internasional, misalnya Mahkamah
Internasional (The International Court of Justice), untuk menerapkan hukum
Internasional meskipun penerapan hukum internasional ini dinyatakan tegas
oleh para pihak.
3
Ibid, hal.7
4
Wirjono Prodjodikoro, Azaz-azaz Hukum Publik Internasional, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1967) hal.149-150
4. Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa (Konsensus)
Prinsip kesepakatan para pihak merupakan prinsip fundamental dalam
penyelesaian sengketa internasional. Prinsip inilah yang menjadi dasar untuk
pelaksanaan dari prinsip ke (2) dan (3) di atas. Prinsip-prinsip kebebasan
hanya akan bisa dilakukan atau direalisasi manakala ada kesepakatan dari
para pihak. Sebaliknya, prinsip kebebasan tidak akan mungkin berjalan
apabila sepakat hanya ada dari salah satu pihak saja atau bahkan tidak ada
kesepakatan sama sekali dari kedua belah pihak.5
DAFTAR PUSTAKA
7
Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, (Terjemahan A. Rahman Zainuddin), (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005) hal. 10
8
Huala Adolf, Op.Cit, hal. 16
Sudarsono. 2002. Kamus Hukum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Huala Adolf. 2008. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional.
Jakarta: Sinar Grafika.
Wirjono Prodjodikoro. 1967. Azaz-azaz Hukum Publik Internasional,
(Jakarta: Pembimbing Masa.
Antonio Cassese. 2005. Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah,
(Terjemahan A. Rahman Zainuddin). Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.