Anda di halaman 1dari 11

GANESHA LAW REVIEW

Volume 4 Issue 2, November 2022


P-ISSN: 2656 – 9744 , E-ISSN: 2684 – 9038
Open Access at : https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/GLR

HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DI


DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL
Made Chintya Sastri Udiani, Dewa Gede Sudika Mangku, Ni Putu Rai Yuliartini

Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha,


E-mail: chintya.sastri@undiksha.ac.id

Info Artikel
Masuk: 1 Januari 2022 Abstract
Diterima: 3 Maret 2022 International law is a branch of law that is still
Terbit: 1 May 2022 developing rapidly today, one of which is the source of
international law as a legal umbrella in resolving
Keywords: international disputes between countries. Generally,
countries involved in international treaties are
International Law, automatically governed by a rule (pacta sunt servanda).
Sources of Law, In addition, there are various methods that can be used
International Dispute by the disputing parties in solving problems, such as
using a peaceful settlement method or a violent
Resolution settlement. It all depends on each party how the
agreement is chosen in resolving the dispute.

Kata kunci: Abstrak


Hukum Internasional, Hukum internasional merupakan salah satu cabang
Sumber Hukum hukum yang masih berkembang pesat hingga saat ini,
Internasional, salah satunya adalah sumber hukum internasional
Penyelesaian Sengketa sebagai payung hukum dalam menyelesaikan sengketa
Internasional internasional antar negara. Umumnya, negara-negara
yang terlibat dalam perjanjian internasional secara
otomatis diatur oleh suatu aturan (pacta sunt
servanda). Selain itu, ada berbagai metode yang bisa
dijadikan sebagai solusi bagi pihak-pihak yang
bersengketa dalam menyelesaikan masalah, seperti
menggunakan metode penyelesaian secara damai atau
penyelesaian dengan kekerasan. Itu semua tergantung
73
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

pada masing-masing pihak bagaimana kesepakatan itu


Made Chintya Sastri Udiani dipilih dalam menyelesaikan sengketa.

@Copyright 2022.

PENDAHULUAN
Didalam kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa tidak bisa terlepas dari
suatu permasalahan yang ada kaitannya dengan subjek-subjek hukum internasional,
bisa itu berkaitan antar Negara, Negara dengan individu, atau bahkan Negara dengan
individu atau organisasi internasional. Untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di lintas negara tersebut, harus terdapat payung hukum, dimana semua hal
tersebut termuat dalam sumber-sumber hukum internasional sehingga mampu
dijadikan pedoman bagi para pihak yang terlibat dalam perjanjian internasional. Jadi
hukum internasional dapat dikatakan berperan besar dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang bersangkutan dengan suatu negara.
Hukum internasional diyakini bisa mengatasi atau memberikan solusi bagi
negara-negara yang sedang bersengketa berdasarkan ketentuan hukum internasional.
Selain itu, diketahui bahwa suatu sengketa bukanlah suatu sengketa menurut hukum
internasional apabila penyelesaiannya tidak mempunyai akibat bagi hubungan pihak
yang bersangkutan1. Hukum internasional dikatakan juga sebagai kumpulan
ketentuan hukum, dimana hukum internasional memenuhi unsur-unsur pengertian
hukum, yaitu serangkaian peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan
bersifat mengikat atau memaksa, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, dengan
maksud untuk membatasi tingkah laku manusia dalam lingkup sosial.
Sumber hukum merupakan hal yang sangat penting dalam suatu hukum. Sumber
hukum harus dipahami dari berbagai perspektif yang ada karena untuk bisa
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat, sumber hukumlah yang
menentukan dasar hukum yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman
penyelesaian masalah. Sumber hukum internasional berbeda dengan sumber hukum
Nasional (hukum positif). Hukum Internasional memiliki keunikan sendiri, salah
satunya tidak memiliki organ-organ pada umumnya seperti lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. 2
Dapat dikatakan bahwa jka terdapat permasalahan yang berkaitan dengan lintas
Negara atau bahkan tentang perjanjian internasional, maka secara otomatis ini masuk
ke dalam ranah hukum internasional publik dimana berfungsi dalam menyelesaikan
sengketa internasional dan sekaligus dijadikan sebagai pedoman oleh suatu negara
yang mengikatkan diri pada suatu aturan internasional.

1 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika,2004), hlm.3.
2 Martin Dixon, International Law, 1993, 2003, 19.
74
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

PEMBAHASAN
HUKUM INTERNASIONAL
Menurut para ahli hukum, ada berbagai definisi alternatif dari hukum
internasional, dan masing-masing secara langsung terkait dengan pertumbuhan dan
sejarahnya sendiri. Hingga akhir Perang Dunia II, ada semakin banyak negara, dan ada
semakin banyak topik yang dibahas dalam hubungan internasional sebagai hasilnya,
membuat kata-kata hukum antar negara bagian, hukum antar negara, dan hukum
negara tidak lagi dianggap relevan.
Hukum internasional dapat diartikan sebagai seperangkat ketentuan hukum
yang berlaku bagi negara-negara dalam hubungannya diantara mereka3. Tujuan dari
adanya hukum internasional yakni untuk menciptakan ketertiban dan keadilan bagi
seluruh lapisan masyarakat, menciptakan kerangka dan pola hubungan internasional
yang sudah disetujui oleh masyarakat internasional dengan cara mengutamakan
kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat internasional. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada umumnya hukum internasional bermaksud untuk dapat
menciptakan suatu keharmonian dan ketentraman didalam masyarakat internasional.
Hukum Internasional merupakan seperangkat aturan yang ditujukan dan dibuat
oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif yang sebagian besar mengatur tentang
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara (subjek
hukum internasional), dan hubungannya satu sama lain 4. Hukum internasional meliputi
dua bagian, diantaranya hukum internasional publik dan hukum perdata internasional. 5
Menurut Moctar Kusumaatmaja, bahwa hukum perdata internasional
merupakan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata yang melintasi batas negara 6. Jika berkaitan dengan kata internasional dalam
ranah hukum internasional publik, maka sumber hukum tersebut berlaku untuk semua
negara, sedangkan dalam ranah hukum internasional perdata, hanya menunjukkan
bahwa terdapat unsur-unsur asing dan hanya mengatur antara subjek-subjek hukum
yang pada saat bersamaan tunduk pada sistem hukum yang berlainan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hukum internasional publik inilah yang dikenal sebagai hukum
bangsa-bangsa dan juga hukum internasional dalam arti sempit.
Dari definisi yang dijelaskan oleh Moctar Kusumatmaja terkait pengertian
hukum internasional, bahwa hukum internasional mengatur permasalahan yang ada
kaitannya dengan batas negara yang bukan bersifat perdata, maka terdapat 3 (tiga)
unsur dari batasan tersebut, diantaranya; 7
1) Terdapat prinsip (asas) hukum dan norma (kaidah) hukum;
2) Berfungsi untuk melandasi hubungan antara subyek-subyek Hukum
Internasional dan juga mengontrol segala permasalahan yang termasuk ranah
hukum publik khusus menyangkut perbatasan suatu negara, serta
3) Umumnya bersifat publik.
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Sumber hukum atau the source of law adalah suatu sumber asli kewenangan dan
memiliki kekuatan untuk memaksa dari produk hukum. Dilihat dari artinya,
menyatakan bahwa sumber hukum dibedakan menjadi dua, diantaranya yakni sumber
3Dr. Dewa Sudika Mangku, S.H., LL.M, Pengantar Hukum Internasional Publik, (Jawa Tengah: Lakeisha,
2021), hlm.5
4 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta: Binacipta,1982), hlm.1
5 Andi Tenripadang, Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional, Jurnal Hukum Diktum,

Volume 14, Nomor 1, Juli 2016: 67 - 75


6 Ibid, h.12.
7 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta: Binacipta,1997), hlm. 3-4.

75
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

hukum materil dan sumber hukum formal 8. Umumnya, sumber hukum materil hukum
internasional berfungsi untuk membahas dasar-dasar berlakunya suatu hukum. Intinya,
sumber hukum materil memuat materi dasar yang nantinya digunakan sebagai pokok
dalam hal membuat sendiri hukum tersebut (Fahmi, 2014).
Disamping itu, sumber hukum formal hukum internasional berarti sumber
hukum yang didalamnya membahas tentang berbagai aturan hukum secara formal
untuk dijadikan acuan didalam menyelesaikan suatu sengketa yang sifatnya konkrit dan
sekaligus dapat memberikan jawaban dari persoalan terhadap asal mula aturan-aturan
hukum sehingga bisa digunakan untuk mengatasi konflik yang konkrit (Noor, 2012).
Sumber formal merupakan sumber hukum yang berwibawa dan berfungsi
sebagai landasan legalitas suatu produk hukum. Sumber material dapat dilihat sebagai
produk hukum di satu sisi. Misalnya, ketentuan hukum hanya memiliki efek mengikat
jika sesuai dengan standar adat yang ditetapkan, yang merupakan bagian dari sumber
hukum formal hukum internasional, dan berasal dari praktik negara yang masuk ke
dalam sumber material kebiasaan.
1. Sumber Hukum Formal Hukum Internasional
Sumber hukum formal berarti faktor yang menjadikan suatu ketentuan
menjadi ketentuan hukum yang berlaku umum. Dapat dikatakan bahwa,
sumber hukum formal merupakan suatu proses yang dapat membuat suatu
ketentuan menjadi ketentuan yang bersifat positif (“positieveringsproces”).9
Sumber hukum formal bagi hukum internasional berarti perjanjian
internasional “treaty" dan kebiasaan internasional “international custom”.10
Jadi pada intinya, sumber hukum formal berisi tentang persoalan–persoalan
yang berasal dalam kajian ilmu hukum itu sendiri.
2. Sumber Hukum Materil Hukum Internasional
Sumber hukum material merupakan substansi dari suatu ketentuan
hukum yang berlaku dimasyarakat. Dari asas-asas yang berlaku umum di
masyarakat terdapat prinsip-prinsip hukum. Pada hakekatnya, asas hukum
ini sama tidak ada perbedaannya dengan ketentuan hukum, dikarenakan
isinya sama-sama berupa perihal perilaku setiap individu dalam lingkungan
sosial. Asas hukum adalah ketentuan yang mengatur tingkah laku orang-
orang dalam masyarakat pada umumnya, sedangkan ketentuan hukum
mengatur tingkah laku orang-orang dalam masyarakat secara rinci yang
tertuang dalam bentuk ketentuan hukum.
PENGATURAN SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
Sumber hukum internasional (the source of international law) diatur di dalam
Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah International (International Court of Justice-ICJ).11
Statuta ini hanya dapat berlaku untuk dan mengikat organisasi internasional karena
pada dasarnya sama dengan undang-undang umum yang berfungsi sebagai dasar untuk
penciptaan dan operasi organisasi internasional.
Selain itu dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, menetapkan
bahwa ketentuan ini hanya berlaku untuk Mahkamah ketika memeriksa dan
memutuskan kasus sesuai dengan pasal ini. Namun, para sarjana hukum internasional

8 https://heylawedu.id/blog/traktat-sumber-utama-hukum-internasional, diakses pada 25 Mei 2022


9 http://web.archive.org/web/20210618125902/https://butew.com/2018/06/16/sumber-sumber-
hukum-formal-dan-material-hukum-internasional/ diakses pada 24 Mei 2022
10 Dr. Dewa Sudika Mangku, S.H., LL.M, Pengantar Hukum Internasional Publik, (Jawa Tengah: Lakeisha,

2021), hlm.13
11 Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS. dkk., “Buku ajar Hukum Internasional”, (FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, 2017) hlm.36


76
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

telah menanggapi klaim tersebut, dan mengklaim bahwa Pasal 38 Statuta ayat 1 telah
secara universal menerima signifikansi hukum. Atau dapat diklaim bahwa akademisi
hukum menganggapnya sebagai sumber hukum dalam arti formal, yang disebabkan
oleh fakta bahwa dalam bentuk atau bentuknya Mahkamah harus dapat mengeksplorasi
dan menemukan prinsip-prinsip hukum apa yang dapat diterima dalam menetapkan
hukuman untuk kasus yang sedang dipertimbangkannya.
Adapun isi dari Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah menentukan sebagai berikut: The
Court, whose function is to decide in accordance with international law such disputes as
are submitted to it, shall apply: 12
a. International conventions, whether general or particular, establishing rules
expressly recognized by the contesting States;
b. International custom, as evidence of a general practice accepted as law;
c. The general principles of law recognized by civilized nations;
d. Subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of
the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary
means for the determination of rules of law.
1. Perjanjian Internasional;
Perjanjian internasional merupakan suatu perjanjian yang diadakan antar
negara yang telah disetujui untuk melakukan suatu perjanjian, yang mana dari
perjanjian tersebut menimbulkan hak dan kewajiban. Perjanjian Internasional juga
terdapat berbagai istilah di dalam penyebutannya seperti final act, convention,
declaration, agreement, memorandum of Undern Standing (MOU), protocol dan lain
sebagainya.
2. Kebiasaan internasional;
Kebiasaan Internasional merupakan suatu kebiasaan umum yang telah menjadi
bagian dari hukum internasional dan menjadi praktik bagi negara-negara yang yang
bersangkutan. Kebiasaan itu sendiri terdapat dua syarat sehingga bisa dikatakan
sebagai kebiasaan internasional, yaitu (1) Kebiasaan harus yang bersifat umum,
maksudnya masuk sebagai unsur material; (2) Kebiasaan yang diterima sebagai
hukum sebagai unsur psikologis.
3. Prinsip atau Azas Hukum;
Prinsip atau azas hukum berarti sebuah prinsip yang melandasi semua sistem
hukum modern di dunia, sebagaimana bukan hanya sebatas lingkup hukum
internasional saja, melainkan melibatkan hukum acara, hukum perdata, hukum
pidana, hukum lingkungan dan lain sebagainya yang dijumpai melalui praktik-
praktiknya dari suatu negara.
Prinsip atau azas hukum yang berkaitan dengan hukum internasional ini, yakni:
a. Voluntary, yang berarti tidak tidak ada pihak yang dapat diikat oleh
suatu treaty melalui suatu cara yang dilakukan hukum internasional
(penandatannganan, peratifikasian atau pengaksesan) tanpa
persetujuan.13
b. Pacta Sunt Servanda, berarti perjanjian tersebut bersifat mengikat
layaknya Undang-Undang bagi pihak yang bersangkutan.
c. Pacta tertiis nocunt nec prosunt, sebuah perjanjian tidak mengikat pihak
lain yang tidak membuat perjanjian, atau dengan kata lain pihak ketiga

12 Dr. Dewa Sudika Mangku, S.H., LL.M, Pengantar Hukum Internasional Publik, (Jawa Tengah: Lakeisha,
2021), hlm.15
13 https://dwiputro689.blogspot.com/2016/11/peran-perjanjian-internasional-dalam.html, diakses

pada 24 Mei 2022


77
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

atau juga pihak lain tidak terikat dalam sebuah perjuanjian yang dibuat
pihak lain.14
4. Putusan pengadilan dan ajaran dari para sarjana
Termuat pada Pasal 38 Statuta MI menyatakan bahwa putusan pengadilan
sebagai sumber hukum tambahan (subsidiary) untuk sumber-sumber hukum yang
lebih tinggi derajatnya. Oleh karena sumber hukum ini tidak dapat berdiri sendiri
dan perlu adanya suatu putusan yang diambil oleh hakim, maka putusan pengadilan
ini dikatakan sebagai sumber hukum tambahan.
Menurut pasal 59 Satuta MI dinyatakan bahwa putusan pengadilan hanya dapat
mengikat pihak-pihak yang bersangkutan dan sekaligus hanya diibaratkan sebagai
pendukung gagasan mengenai ada dan kebenaran dari norma hukum. Pada
umumnya, hukum tambahan ini diperoleh dari para ahli atau sarjana hukum
terkemuka yang karya penulisannya sering dipakai sebagai pedoman dalam hukum
internasional.
Sedangkan Pasal 38 ayat (2), memberikan wewenang bagi ICJ untuk
memutuskan kasus secara tepat dan adil (ex aequo et bono) sesuai dengan prinsip-
prinsip umum. Oleh karena itu, Pasal 38 ayat 1 dan 2 berfungsi sebagai pedoman
bagi Mahkamah ketika mempertimbangkan dan memutuskan suatu perkara yang
telah diajukan kepadanya.
Urutan-urutan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 38 ayat (1), bukanlah
menunjukkan urutan atas yang paling penting dan utama, melainkan hanyalah
untuk memudahkan saja. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, dari empat sumber
tersebut, dapat dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, diantaranya sumber
hukum utama atau primer (perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan
prinsip umum) dan sumber hukum tambahan atau subsidier (putusan pengadilan/
pendapat dari para sarjana). Persoalan mana sumber hukum yang terpenting atau
yang paling utama tergantung darimana sudut pandang Hakim dalam memutus
sengketa.15
Dengan adanya sumber hukum dalam hukum Internasional, mengakibatkan
pihak-pihak atau negara-negara yang bersangkutan harus mengikuti segala
ketentuan dan aturan-aturan utama. Hal ini dikarenakan aturan itu tertuang dalam
bentuk perjanjian internasional, sehingga negara-negara mengikatkan dirinya pada
perjanjian internasional, atau dapat dikatakan negara terikat dengan pacta sunt
servanda.16
Dari yang tertuang dalam Pasal 38 ayat (1), dikatakan bahwa di dalam
menyelesaikan suatu permasalahan antar lintas negara, maka harus mendasarkan
pada hukum internasional, seperti treaty dan kebiasaan internasional. sekaligus ini
merupakan pengakuan terhadap traktat sumber hukum formal dan Statuta sebagai
sumber hukum material. 17
HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL
Salah satu peran hukum internasional yaitu sebagai dasar untuk menyelesaikan
suatu sengketa yang terjadi di lintas negara. Umumnya, sengketa terjadi karena adanya
suatu kesalahpahaman antara pihak-pihak yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa
14https://www.terusberjuang.com/2017/12/pengertian-asas-pacta-tertiis-nec-no-cent-prosunt.html,

diakses pada 24 Mei 2022.


15 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta: Binacipta,1989), hlm.34
16 Peristilahkan yang berasal dari Bahasa Inggris “Aggrements Must Be Kept”. Asas hukum yang

menyatakan bahwa setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan
suatu perjanjian
17 Dina Sunyowati. “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DALAM HUKUM NASIONAL”,

Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 1 Maret 2013, hlm.3


78
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

sengketa internasional merupakan suatu perselisihan antar pihak-pihak yang


bersangkutan, mengenai fakta, hukum ataupun politik dimana pernyataan satu pihak
ditolak/ditentang, ataupun diingkari oleh pihak yang lain. Namun tidak secara ekslusif
melibatkan negara tapi berpotensi lebih kepada lingkup internasionalnya. 18
Di dalam menyelesaikan suatu sengketa, terdapat metode atau cara yang dapat
ditempuh, dan metode-metode ini digolongkan menjadi dua kategori diantaranya
melalui jalan perdamaian, dan melalui paksaan dengan kekerasan. (A.A.S.P. Dian
Saraswati, 2007:19).

PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI


Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan sudah sepakat untuk mencari solusi yang bersahabat.
Penyelesaian sengketa secara damai pada umumnya didasarkan pada beberapa cara
diantaranya sebagai berikut:19
a. Arbitrasi
Ditinjau dari segi kasus sengketa internasional, bahwa sengketa diajukan
kepada paraarbitrator yang dipilih bebas oleh para pihak yang bersangkutan.
Selain itu, jalur arbitrasi ini mengharuskan beberapa negara di dalam
menjalankan keputusannya harus dengan itikad baik. Jadi dengan kata lain,
arbitrase merupakan penyelesaian sengketa yang hanya dapat dilakukan
apabila telah disetujui oleh negara-negara yang bersangkutan.
b. Penyelesaian Yudisial (Judicial Settlement)
Penyelesaian yudisial merupakan suatu penyelesaian dari suatu
pengadilan yudisial internasional dengan berpedoman pada suatu kaidah-
kaidah hukum. Perdailan internasional digolongkan menjadi dua bagian
yakni peradilan internasional permanen dan peradilan internasional khusus.
Salah satu contohnya yaitu Mahkamah Internasional (ICJ).
c. Negosiasi
Negosiasi diartikan sebagai cara untuk dapat mempelajari dan merujuki
mengenai sikap yang dipersengketakan sehingga memperoleh hasil yang
nantinya bisa detujui oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik.
Umumnya, negosiasi hanya berpusat pada diskusi oleh pihak-pihak yang
terkait. Dari perbedaan pemahaman yang ada, maka akan memperoleh jalan
keluar yang dirasa adil dan mampu untuk memecahkan sengketa
internasional lebih mudah.
d. Mediasi
Mediasi dapat dikatakan sebagai melibatkan pihak ketiga dalam
menyelesaikan sengketa internasional. Pihak ketiga hanya berperan sebagai
pelaku mediasi atau mediator komunikasi dalam hal mencarikan
kesepakatan atau negosiasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan adanya
suatu kontak atau hubungan langsung di antara para pihak. Mediasi
umumnya mediator memberikan usulan penyelesaian secara informal dan
usulan tersebut didasarkan pada laporan yang diberikan oleh para pihak,
tidak dari hasil penyelidikan sendiri. Namun usulan yang diajukan pihak
mediator tersebut sifatnya tidak mengikat, tapi hanya berupa saran yang

18 http://pkntrisna.wordpress.com/2010/06/16/pengertian-sengketa-internasional, diakses pada 23


Mei 2022
19 Dr. Dewa Sudika Mangku, S.H., LL.M, “SUATU KAJIAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA

INTERNASIONAL TERMASUK DI DALAM TUBUH ASEAN”, Perspektif Volume XVII No. 3 Tahun 2012,
hlm.151-155

79
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

dianggap tepat.
e. Konsiliasi
Konsiliasi menurut the Institute of International Law melalui the
Regulations on the Procedure of International Conciliation yang telah
diadopsinya pada tahun 1961 dalam Pasal 1 dinyatakan, sebagai suatu
metode dari penyelesaian sengketa bersifat internasional yang sifatnya baik
permanen ataupun ad hoc (sementara) berkaitan dengan proses
penyelesaian sengketa. Konsiliasi ini dapat dikatakan sebagai salah satu
upaya menetralkan perbedaan pemahaman-pemahaman pihak yang
bersangkutan walaupun saran pernyelesaian yang disusun dari konsiliator
tidak ddapat mengikat secara hukum.
f. Jasa-jasa Baik (Good Offices)
Jasa-jasa baik merupakan suatu tindakan dari pihak ketiga yang hendak
memberikan fasilitas ke arah terselenggaranya perundinga. Pihak ketiga
hanya bertugas dalam hal mempertemukan kedua pihak yang sedang
mengalami konflik dan juga membantu serta untuk memberikan beberapa
solusi terkait permasalahan tersebut dan tidak ikut serta dalam perundingan
mendalam mengenai aspek-aspek sengketa terkait.
g. Pencarian Fakta (Inquiry)
Digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa memalui
pembangunan sebuah komisi atau badan yang sifatnya internasional
sehingga bisa menemukan dan mendengar langsung bukti-bukti yang ada.
Adapun tujuan dari pencarian fakta yaitu untuk membentuk suatu dasar bagi
penyelesaian sengketa di antara dua negara, yaitu mengawasi pelaksanaan
dari suatu perjanjian internasional, dan juga memberikan informasi sehingga
bisa menghasilkan sebuah putusan di tingkat internasional.
PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN KEKERASAN
Penyelesaian sengketa secara damai pada umumnya didasarkan pada beberapa
cara diantaranya sebagai berikut:20
1. Perang dan Tindakan Bersenjata Non Perang
Pertikaian senjata disertai dengan kekerasan angkatan bersenjata
masing-masing pihak dengan tujuan menundukkan lawan dan menetapkan
persyaratan perdamaian secara sepihak. Tujuan dari perang yakni agar dapat
menaklukkan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat
penyelesaian dimana negara yang ditaklukkan itu tidak memiliki alternatif
lain selain mematuhinya.
2. Retorsi
Menurut J.G. Starke, retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan
dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas atau
tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk
tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi negara
yang kehormatannya telah dihina, misalnya merenggangnya hubungan-
hubungan diplomatik, pencabutan privilege-privilege diplomatik, atau
penarikan diri dari konsensi-konsensi fiskal dan bea.
3. Tindakan-tindakan Pembalasan (Reprisal)
Menurut pemikiran dari Richard B. Lilich (1980: 130), pembalasan adalah
suatu metode-metode yang dipakai oleh negara-negara untuk

20Dr. Dewa Sudika Mangku, S.H., LL.M, “SUATU KAJIAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA
INTERNASIONAL TERMASUK DI DALAM TUBUH ASEAN”, Perspektif Volume XVII No. 3 Tahun 2012,
hlm.155-156
80
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

mengupayakan diperolehnya ganti kerugian dari negara-negara lain dengan


melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan. Tidak seperti
restorasi, perbuatan reprisal pada hakikatnya merupakan perbuatan yang
melanggar hukum.
4. Intervensi
Intervensi merupakan campur tangan dari suatu negara terhadap masalah
dalam negara-negara lain dengan tujuan untuk mengubah situasi yang terjadi.
Campur tangan harus berbentuk suatu perintah, yaitu bersifat memaksakan (J. L.
Brierly, 1996:256), serta disertai dengan suatu bentuk tindakan untuk
mengganggu kemerdekaan politik negara bersangkutan.
SENGKETA INTERNASIONAL INDONESIA DENGAN SINGAPURA TERKAIT
REKLAMASI WILAYAH
Alasan Singapura pernah melakukan reklamasi pantai yakni disebabkan oleh
sempitnya luas wilayah daratan yang dimiliki Singapura. Reklamasi ini juga dilakukan
dengan maksud untuk mengantisipasi perkembangan penduduk, serta pertimbangan
ekonomi dan bisnis. Hampir seluruh pantai yang ada di Singapura dilakukan reklamasi
karena ingin menambah sekitar kurang lebih 160 km2. Untu mereklamasi pantainya,
memerlukan bahan seperti pasir laut yang sudah diimpor dari beberapa negara,
termasuk salah satunya Indonesia khususnya daerah di Kepulauan Riau.
Seperti diketahui, sejak 1966, Singapura telah mengalami reklamasi pesisir, yang
telah meningkatkan negara bagian wilayah kota itu dari 581,5 km2 pada tahun 1960
menjadi 697,2 km2 pada masa Lee Kuan Yew. Melalui reklamasi pesisir yang efisien,
luas daratan Singapura berhasil ditingkatkan, tumbuh menjadi 766 km pada tahun
2000. Laut teritorialnya benar-benar berubah posisi ke selatan karena perluasan
daratannya, yang juga menyebabkan pergeseran otomatis rute pelayaran lautnya ke
arah itu. Salah satu dampak positifnya bagi Singapura yakni bertambahnya luas wilayah
yang dimiliki dan akan lebih mengutungkan bagi Singapura. Lain halnya dengan
Indonesia, dimana wilayah perairan Indonesia akan semakin berkurang sehingga dapat
dikatakan bahwa Indonesia akan kehilangan hak teritorialnya terhadap kawasan
tersebut.
Ditahun 2003, Indonesia mengeluarkan Kepmen perindag
No.117/MPP/Kep/2/2003 yang memuat ketentuan Penghentian Sementara Ekspor
Pasir Laut. Pada 18 Februari 2003, aturan tersebut mulai berlaku. Sejak itu, Indonesia
telah berhenti mengekspor pasir, terutama untuk kebutuhan reklamasi pesisir
Singapura. Jika kedua negara telah mencapai kesepakatan perbatasan maritim,
Indonesia ingin kembali mengekspor pasir laut ke Singapura (Soliman et al., 2015).
Salah satu nya kondisi Pulau Nipa yang terletak langsung dengan perbatasan Singapura.
Hal ini membuat orang percaya bahwa wilayah Indonesia sedang mengalami kontraksi.
Ketegasan Indonesia menolak reklamasi pantai Singapura sebagai garis pangkal
penarikan batas laut Indonesia dan Singapura ditunjukkan dalam suatu pertemuan
diskusi kedua negara. Menyikapi hal itu, Indonesia berpegang teguh terhadap UNCLOS
Pasal 60 yang secara khusus membahas mengenai pulau buatan, instalansi dan
bangunan-bangunan di zona ekonomi eklusif. Aturan ini dipertegas pada Pasal 60 (8)
yang menyatakan pulau buatan, instalansi dan bangunan tidak mempunyai status pulau,
pulau buatan, instalansi dan bangunan tidak memiliki laut teritorial sendiri dan
kehadirannya tidak mempengaruhi penetapan batas laut tertorial, zona ekonomi eklusif
atau landas kontinen. Munculnya perselisihan internasional antar negara yang
disebabkan oleh kesalahpahaman dan perbedaan dapat difasilitasi oleh perkembangan
hukum internasional. (Susanti & Afrizal, 2018); (Sollitan et al., 2020).
Pemerintah Indonesia telah menggunakan sejumlah alat yang ada untuk

81
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

menyelesaikan masalah perbatasan maritimnya dengan Singapura. Sesuai dengan


ketentuan Pasal 1 konvensi tentang penyelesaian damai Isu-isu yang ditandatangani di
Den Haag pada 18 Oktober 1907, Indonesia dan Singapura memutuskan untuk
menyelesaikan sengketa maritim mereka melalui metode damai. Kedua negara yang
meratifikasi UNCLOS 1982 harus mematuhi persyaratan hukumnya untuk
menyelesaikan sengketa teritorial ini juga. Untuk menjaga perdamaian, keamanan
internasional, dan supremasi hukum, deklarasi tersebut menyerukan kepada semua
negara untuk menyelesaikan perbedaan mereka secara damai (Boer Mauna, 2016).
Indonesia sendiri sedang mencari solusi diplomatik untuk konflik ini melalui dialog
bilateral.21

KESIMPULAN
Hukum Internasional merupakan seperangkat aturan yang ditujukan dan dibuat
oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif dan pada dasarnya mengatur norma-
norma dan standar yang harus dijunjung tinggi oleh pemerintah (subjek hukum
internasional) serta interaksi dengan negara lain.
Sumber hukum internasional (the source of international law) diatur di dalam
Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah International (International Court of Justice-ICJ).
Dengan adanya sumber hukum dalam hukum Internasional, mengakibatkan pihak-
pihak atau negara-negara yang bersangkutan harus mengikuti segala ketentuan dan
aturan-aturan utama. Hal ini dikarenakan aturan itu tertuang dalam bentuk perjanjian
internasional, sehingga negara-negara mengikatkan dirinya pada perjanjian
internasional, atau dapat dikatakan negara terikat dengan pacta sunt servanda.
Selain itu, ada banyak cara bagi setiap negara untuk menyelesaikan konflik
dengan negara lain dalam hal masalah internasional. Selama ada kesepakatan dari
kedua belah pihak, para pihak yang berselisih bebas memilih strategi yang mereka
yakini akan menyelesaikan konflik dengan sebaik-baiknya. Begitu juga sengketa yang
terjadi antara Singapura dan Indonesia terkait reklamasi wilayah. Dimana Singapura
dan Indonesia menggunakan cara diplomatik untuk menyelesaikan sengketa
perbatasan maritim mereka secara damai. Hal ini dibuktikan dengan kedua negara
sama-sama meratifikasi UNCLOS 1982 dan berpegah teguh pada aturan tersebut.

SARAN
Kita ketahui bahwa dalam kehidupan internasional, pasti tidak bisa lepas dengan
adanya konflik atau sengketa yang menyangkut lintas negara. Untuk itu, dalam
menghadapi suatu sengketa internasional lebih baik memilih metode-metode
penyelesaian secara damai agar tidak terjadi peperangan yang dapat merenggut banyak
nyawa. Disamping itu juga, tidak ada salahnya kita sebagai generasi muda lebih
memperdalam pemahaman mengenai eksistensi dari hukum internasional sehingga
kita bisa mengkritik berbagai isu-isu yang ada baik di dalam negri maupun dari luar.

DAFTAR PUSTAKA
Andi Tenripadang, Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional, Jurnal
Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 1, Juli 2016.
Dina Sunyowati. “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DALAM
HUKUM NASIONAL”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 1 Maret 2013.
Firdaus, Aos Yuli, and Isma Mutmainah. "Langkah Diplomasi Indonesia Terkait

21Aos Yuli Firdaus dan Isma Mutmainah, “Langkah Diplomasi Indonesia Terkait Penyelesaian Sengketa
Wilayah Reklamasi Singapura”, Syntax Literate: Vol. 5, No. 9, September 2020, hl.743-746

82
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Penyelesaian Sengketa Wilatah Reklamasi Singapura." Syntax Literate; Jurnal Ilmiah


Indonesia 5.9 (2020): 739-750.
Heylaw, Edu. “Traktat: Sumber Utama Hukum Internasional”, dalam
https://heylawedu.id/blog/traktat-sumber-utama-hukum-internasional, (diakses 25
Mei 2022)
“Hukum Internasioal dan Sumber Sumber Hukum Internasional dalam
https://iusyusephukum.blogspot.com/2015/11/makalah-tugas-hukum-internasional-
dan.html (diakses pada 23 Mei 2022)
“Istilah Istilah dalam Perjanjian Internasional” dalam
http://hikmatulula.lecture.ub.ac.id/2012/07/istilah-istilah-dalam-perjanjian-
internasional/. (akses pada; 19 Mei 2022).
Kusumaatmadja, Mochtar, and Etty R. Agoes. Pengantar hukum internasional. Penerbit Bina
Cipta, 1982.
Langkah Diplomasi Indonesia Terkait Penyelesaian Sengketa Wilayah Reklamasi Singapura
dalam“https://www.academia.edu/72608416/Langkah_Diplomasi_Indonesia_Terkai
t_Penyelesaian_Sengketa_Wilatah_Reklamasi_Singapura”, (akses 24 Mei 2022).
Mangku, Dewa Gede Sudika, and LL M. SH. Pengantar Hukum Internasional. Penerbit
Lakeisha, 2020.
Mangku, Dewa Gede Sudika. "Suatu Kajian Umum tentang Penyelesaian Sengketa
Internasional Termasuk di Dalam Tubuh ASEAN." Perspektif 17.3 (2012): 150-161.
Pengertian Asas Pacta tertiis nec no cent nec prosunt dalam
“https://www.terusberjuang.com/2017/12/pengertian-asas-pacta-tertiis-nec-no-cent-
prosunt.html”, (diakses pada 24 Mei 2022)
Peran Perjanjian Internasional Dalam Hubungan Internasional Kontemporer dalam
“https://dwiputro689.blogspot.com/2016/11/peran-perjanjian-internasional-
dalam.html”, (diakses pada 24 Mei 2022)
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS. dkk., “Buku ajar Hukum Internasional”,
(FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, 2017.
Sunyowati, Dina. "Hukum Internasional Sebagai Sumber Hukum dalam Hukum Nasional
(Dalam Perspektif Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional di
Indonesia)." Jurnal Hukum dan Peradilan 2.1 (2013)

83

Anda mungkin juga menyukai