NPM : 2052011121
Penyelesaian Sengketa jalur hukum adalah kekuatan hukum yang mengikat antara pihak yang
bersengketa. a. Arbitrase Hukum internasional telah mengenal arbitrase sebagai alternatif
penyelesaian sengketa, dan cara ini telah diterima oleh umum sebagai cara penyelesaian
sengketa yang efektif dan adil. Para pihak yang ingin bersengketa dengan menggunakan
metode arbitrase dapat menggunakan badan arbitrase yang telah terlembaga, atau badan
arbitrase ad hoc.
b. Pengadilan Internasional atau judicial settlement. Selain arbitrase, lembaga lain yang
dapat ditempuh untuk menyelesaikan sengketa internasional melalui jalur hukum adalah
pengadilan internasional. Pada saat ini ada beberapa pengadilan internasional dan pengadilan
internasional regional untuk menyelesaikannya.3
1
DGS Mangku, “Suatu Kajian Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional Termasuk di Dalam Tubuh
Asean”, Volume XVII No. 3 Tahun 2012 Edisi September, hlm 2,
https://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201303002803047914/3.pdf
2
N Rudi, “Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional”, hlm 3-5, 2018,
http://repository.lppm.unila.ac.id/12708/1/HPSI%20Buku%20Ajar_revisi_final.pdf
3
Desi Yunitasari, “Pelanggaran Prinsip Persona Grata Atas Penyerangan Duta Besar Ditinjau Dari Perspektif
Hukum Internasional”, Jurnal locus delicti volume 1 Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 9,
file:///C:/Users/stefa/Downloads/374-Article%20Text-865-1-10-20210420.pdf
- Kasus Manohara yang terjadin pada tahun 2009, yang mengalami KDRT oleh suaminya
yang berkebangsaan Malaysia. Sehingga dalam kasus penanganan Hukum Internasional serta
prosesnya Locus Delicti atau Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tempat Kejadian Perkara
yang dituduhkan oleh Manohara adalah di Negara Malaysia, yang berada di luar jurisdiksi
hukum nasional dan aparat kepolisian Indonesia. Jadi dalam kasus yang menimpa Manohara
ini, yang bisa menangani perkara tersebut adalah Kepolisian Diraja Malaysia karena Tempat
Kejadian Perkara ini adalah di Malaysia.
Mahkamah Internasional adalah peradilan untuk negara seperti dalam Pasal 34 ayat 1 Statuta
Mahkamah yang menyatakan bahwa: "Only states may be parties in cases before the Court".
Dengan demikian berarti bahwa perseorangan, badan hukum, serta organisasi internasional
pada umumnya tidak dapat menjadi pihak untuk berperkara di muka Mahkamah
Internasional. Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa
dipandang sebagai person yang mampu untuk mengadakan klaim atau gugatan terhadap
negara. Hal itu adalah satu-satunya perkecualian dari prinsip bahwa organisasi internasional
pada umumnya tidak dapat atau tidak diberi hak untuk menjadi pihak dalam perkara
kontradiktor. Jadi dalam kasus Manohara ini sudah jelas bahwa Manohara adalah seorang
individu perorangan dan berarti tidak bisa mengajukan perkara ke Mahkamah Internasional.
Mahkamah Internasional hanya biasa menerima kasus tersebut apabila kepentingan
Manohara tersebut diwakili oleh Negara Indonesia dan yang menjadi pihak yang
diperkarakan yaitu Suaminya Manohara diwakili oleh Negara Malaysia. Fakta menyebutkan
bahwa ternyata Manohara memiliki dua kewarganegaraan yaitu WNI dan Amerika Serikat
(dan mungkin juga WN Malaysia apabila ternyata Undang-Undang Kewarganegaraan
Malaysia dan Undang-Undang perkawinan mengaturnya). Berarti Manohara telah melanggar
Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia karena Indonesia tidak menganut Dwi
Kewarganegaraan atau kewarganegaraan ganda. Dalam Pasal 23 c Undang-Undang No 12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan diatur bahwa apabila seseorang WNI mempunyai
paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan
sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku di negara lain atas namanya, maka WNI
tersebut dapat kehilangan kewarganegaraannya.
Jadi kesimpulannya dalam kasus Manohara tersebut adalah Kasus Manohara tersebut
merupakan kasus Pidana Umum atau Biasa yang penanganan perkaranya hanya dapat
dilakukan oleh Kepolisian Malaysia. Kasus tersebut 'tidak bisa' diperkarakan di Mahkamah
Internasional. Manohara sebaiknya melaporkan kasus ke Kepolisian Malaysia karena hanya
Kepolisian Malaysia yang berwenang menangani kasus tersebut. Perlu ditelusuri lebih lanjut
tentang status kewargenagaran Manohara berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan
Indonesia, dan peraturan di Malaysia.