Anda di halaman 1dari 21

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

KELOMPOK 1 :

MUHAMMAD ZIKRI(1706200283)

MUKHAINUR FARIZ NUGRAHA(1706200292)

ARIEF RAMADHAN(1706200254)

M.ANDRIANSYAH(1706200263)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

T.A 2019/2020

MEDAN

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, shalawat
dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan
para sahabat beliau, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, atas karunia dan rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga
makalah ini dapat disusun dan diselesaikan berdasarkan waktu yang telah diberikan.
Makalah ini berjudul “Hukum Perdata internasional”.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak M.Syukran Yamin Lubis SH, CN, M,kn selaku dosen mata kuliah hukum
Perdata internasional yang telah memberi arahan dan pembelajaran sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca bisa memberikan kritik dan
saran-saran yang membangun dan memotivasi penulis untuk lebih baik lagi dalam
membuat makalah
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun yang menulis. Amin
yarabbal a’lamiin.

Medan,4 Oktober 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...1
A. LATAR BELAKANG…………………………………….............................1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………1
C. TUJUAN……………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………2
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN HPI…………………………………3
B. PERBEDAAN HPI DENGAN HI……………………………………………6
C. MANFAAT HPI DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN HUKUM.7
D. BAGAIMANA POLA PIKIR YURIDIK HPI……………………………..9
E. MASALAH-MASALAH POKOK HPI…………………………………….11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………19
A. KESIMPULAN……………………………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dibandingkan dengan umumnya peristiwa hukum yang dihadapi orang dalam


kehidupan sehari-hari, baik di bidang-bidang hukum perdata, hukum pidana, hukum
administrasi Negara, hukum bisnis, maupun bidang-bidang hukum lain semakin
banyak dijumpai peristiwa-peristiwa hukum yang menunjukkan adanya cirri khusus,
yang membedakan HPI dengan bidang hukum lain dari umumnya peristiwa-peristiwa
hukum tadi. Beberapa contoh sederhana yang dapat mengilustrasikan hal tersebut :
Seorang warga Negara Indonesia menikah dengan seorang warga Negara jepang.
Pernikahan dilangsungkan di Tokyo dan karena salah satu pihak ternyata masih terikat
pada satu perkawinan lain yang sudah ada, pihak itu dianggap telah melakukan
poligami, dan pihak yang lain mengajukan gugatan cerai di pengadilan di Jakarta. Maka
dari itu kami akan membahas menganai apa itu Hukum Perdata Internasional yang
mana kami akan mengupas mengenai dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.

B.Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Hukum Perdata Internasional,istilah,ruang lingkup,
Sumber?
b) Apa perbedaan HPI dengan HI?
c) Apa manfaat HPI dalam Peneyelesaian persoalan-persoalan hukum ?
d) Bagaimana Pola berpikir Yuridik HPI?
e) Apa saja masalah masalah Pokok HPI?

1
C.Tujuan
a) Memahami apa yang dimaksud dengan Hukum Perdata
internasional,istilah,ruang lingkup dan sumbernya
b) Mengetahui Perbedaan HPI dengan HI
c) Mengetahui apa saja manfaat HPI dalam menyelesaain persoalan hukum
d) Mengetahui Pola berpikir Yuridik HPI
e) Mengetahui masalah pokok HPI

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Hukum Perdata Internasional

Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai pengertian, ruang


lingkup, serta persoalan-persoalan utama yang diatur di dalam HPI, maka perlu
diperhatikan beberapa batasan atau definisi HPI yang dikemukakan oleh beberapa ahli
:1

Prof.R.H Graveson

Hukum Perdata Internasional adalah bidang hukum yang bernaan dengan


perkara-perkara yang didalamnya mengandung fakta relevan yang menunjukkan
perkaitan dengan suatu sistem hukum lain, baik karena aspek territorial maupun aspek
subjek hukumnya, dan karena itu menimbulkan pertannyaan tentang penerapan hukum
sendiri atau hukum lain, atau masalah pelaksanaan yurisdiksi badan pengadilan sendiri
atau badan pengadilan asing.

Prof. van brakel

Hukum Perdata internasional adalah hukum nasional yang dibuat untuk


hubungan-hubungan hukum internasional.

Prof. Sunaryati Hartono

HPI mengatur setiap peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsure
asing, baik di bidang hukum public maupun privat. Karena inti HPI adalah pergaulan

1
Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata Internasional PT.citra
aditya bakti bandung 2017 hal 7

3
hidup masyarakat internasional, maka HPI dapat disebut sebagai hukum pergaulan
Internasional.2

Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja

Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata melewati batas negara, atau dengan kata lain, hukum yang
mengatur hubungan antar pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum
perdata (nasional) yang berbeda.

Sudargo Gautama

keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum


manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
atau peristiwa antar warga (warga) Negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan
titik-titik pertalian dengan stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih Negara
yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat, pribadi dan soal-soal.

Persoalan-persoalan di bidang HPI merupakan persoalan-persoalan perdata


sehari-hari biasa, tetapi khasnya ialah bahwa ada unsure luar negerinya yang turut
ambil bagian contoh : Perkawinan internasional orang Indonesia menikah dengan
orang Malaysia, Hukum mana yang berlaku untuk perkawinan ini apakah yang dari
Indonesia atau dari Malaysia? Bagaimana tentang harta mereka, harta bersama atau
terpisah, hukum mana yang menentukan hal ini lalu bagaimana status mengenai anak-
anak mereka dan sebagainya ?

Jadi persoalan perdata sehari-hari jika sudah melewati batas Negara sendiri
mengandung unsure luar negeri yang dinamakan foreign elemen, suatu unsure asing,
unsur, unsure luar negeri menjelma menjadi hubungan HPI. Dalam HPi kita bukan

2
Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata Internasional PT.citra
aditya bakti bandung 2017 hal 8

4
berada di bidang internasional publik kita menghadapi hubungan perdata sehari-hari,
sedangkan hukum perdata internasional public, hukum antar Negara, hukum antar
bangsa khusus mengenai masalah-masalah hubungan Negara dengan Negara.3

Istilah HPI

Dalam Hukum Perdata Internasional (HPI) terdapat beberapa istilah tergantung dari
dari masing- masing negara tersebut. Istilah HPI tersebut seperti :
1. Hukum Perselisihan
2. Hukum Collisie (Collisierechts)
3. Conflict of Laws
4. Conflict de Lois/ Conflict Des Statuts
5. Botsingbepalingen
6. Interrechtssordenrecht
7. HATAH/ Hukum Antar Tata Hukum
8. Quasi Internasional Privatrecht
9. Intergentiel Recht
10. Hukum antar golongan

Ruang Lingkup

1. Techtstoepassingrecht/choice of law (Aliran paling sempit). Artinya, istilah


HPI terbatas pada masalah-masalah hukum mana yang diberlakukan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang mengandung unsur asing. Contoh:
negara Jerman dan Belanda.
2. Mengatakan bahwa HPI adalah mengenai hakim mana yang harus
menyelesaikan masalah (Choice of Yuridiction), setelah itu baru hukum mana
yang berlaku terhadap permasalahan tersebut (Choice of Law). Contoh: negara
Anglo Saxon.

3
Prof.Dr.S.Gautama.S.H Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia Bina cipta
bandung 2016 hal 23

5
3. Luas bidang HPI meliputi mengenai hakim mana yang harus menyelesaikan
masalah (Choice of Yuridiction), hukum mana yang berlaku dan
status/kedudukan orang asing tersebut. Contoh: Italia dan Spanyol.
4. Luas bidang HPI meliputi mengenai hakim mana yang harus menyelesaikan
masalah (Choice of Yuridiction), hukum mana yang berlaku dan
status/kedudukan orang asing tersebut dan kewarganegaraannya. Contoh:
Perancis.

Sumber Hukum

Hukum Perdata Internasional Indonesia, sumbernya tersebar di mana-mana,


tetapi sumbernya yang utama adalah Algemene Bepalingen khususnya Pasal 16, 17
dan 18. Pasal 16, 17 dan 18 AB merupakan kaidah penunjuk Hukum Perdata
Internasional karena menunjuk pada suatu sistem hukum tertentu untuk berlaku.
Sedangkan kaidah berdiri sendiri/mandiri tidak menunjuk pada suatu sistem hukum
tersendiri tetapi mengatur sendiri. Contoh : Pasal 935 BW tentang testament. Kaidah
mandiri mengesampingkan kaidah penunjuk. Contoh : Pasal 935 BW
mengesampingkan Pasal 18 AB.

Pasal 16 AB : Lex Partiae


Pasal 17 AB : Lex Rei Sitae
Pasal 18 AB : Lex Loci Actus

B.Perbedaan HPI dengan HI

Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional


publik dan hukum internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan antara
individu yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Berbeda dalam definisi HPI
merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang

6
melintasi batas Negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara
para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang
berlainan[3]. Sedangkan hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata.

Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang biasa disebut dengan
internasional, namun sifat hukum atau persoalan yang diaturnya atau objeknya
berbeda.

Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber
hukumnya. Sumber HI, sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu
Perjanjian Internasional (traktat), Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum
hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab, kuputusan hakim (yurisprudensi) dan
doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI menggunakan sumber hukum
nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.

C.Manfaat HPI dalam Penyelesaian Persoalan hukum

Seorang ahli hukum yang bergerak di pengembangan ilmu pengetahuan hukum


sering kali harus menghadapi persoalan-persoalan yang mau tidak mau harus
diselesaiakan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan HPI karena ia dihadapkan
pada situasi bertemunya dua atau lebih sistem hukum nasional dalam sebuah peristiwa
hukum. Sebuah lembaga legislasi nasional atau internasional, sebagai ilustrasi lain,
yang memprakarsai gerakan untuk mewujudkan unifikasi atau harmonisasi hukum
secara internasional atau regional, tidak jarang terbentur pada masalah-masalah yang
hanya bisa diselesaikan dengan menunjuk pada sistem atau prosedur HPI yang di kenal

7
dalam hukum nasional. Masih contoh lain lagi, seorang penasihat hukum yang harus
membantu kliennya untuk dalam penyusunan dan perancangan kontrak-kontrak bisnis
internasional, selalu harus dapat menganjurkan kliennya untuk melakukan pilihan
hukum yang akan berlaku atas kontrak yang dibuatnya. Tindakan pilihan hukum
semacam itu sering kali harus didukung oleh pertimbangan-pertimbangan yang matang
di bidang HPI, khususnya dalam mengupayakan pemenuhan harapan-harapan yang sah
dan keadilan bagi para kliennya. Lebih jauh lagi dalam menata pendapat-pendapat
hukum atau menyusun argumentasi hukum untuk diajukan di dalam proses berperkara
di pengadilan atau arbitrase, seorang penasihat hukum juga sering kali dituntut untuk
menggunakan pendekatan-pendekatan HPI tertentu yang sedemikian rupa diharapkan
akan mendapat menempatkan kliennya dalam kedudukan yang menguntungkan atau
lebih adil. Contoh diatas belum menyentuh bidang perorangan,keluarga,benda, dan
pewarisan yang dewasa ini semakin banyak memperlihatkan aspek-aspek
transnasional.

Apabila secara teorititis ilmu pengetahuan HPI seakan-akan menyajikan


berbagai teoridan atau metode pendekatan yang berbeda-beda untuk menjawab
persoalan-persoalan hukum perdata yang mengandung unsure asing. Maka dalam
praktik teori-teori, doktrin-doktrin, atau metode-metode itu sebenarnya tersedia untuk:

1. Dianut dan digunakan secara konsisten dan konsukuen didalam sistem


peraturan perundang-undangan HPI suatu Negara dan menjadikan bagian dari
hukum dari hukum positif Negara yang bersangkutan.
2. Dianut dan digunakan dengan mengombinasikannya di dalam suatu
argumentasi yuridis yang dapat dipertanggung jawabkan demi tujuan tertentu.
3. Dimanfaatkan secara bergantian,bergantung dari dorongan untuk memberikan
keadilan dan kewajaran dalam keputusan hukum yang hendak dibuat.
4. Dimodifikasi dan dikembangkan menjadi metode metode pendekatan baru dan
atau unik disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi-kondisi yang khusus.

8
Tidaklah mengeherankan jika banyak pranata yang dikembangkan di dalam teori-teori
dan pendekatan HPI seakan-akan membuka kemungkinan pengadilan atau siapa pun
yang memanfaatkannya dalam proses pengambilan keputusan hukum untuk
merekayasa dan mengarahkan penarikan kesimpulan-kesimpulan hukum secara
diskresioner. Tidak jarang di satu saat pengadilan menganut suatu teori atau
pendekatan tertentu Namun, dalam perkembangannya berubah sikap dan mengganti
pola pendekatan yang digunakannya untuk menyelesaikan perkara-perkara HPI. Yang
penting dalam kaitan ini tentunya adalah nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi dalam
penegakan hukumlah yang harus mengendalikan perkembangan semacam itu artinya,
nilai-nilai keadilan,kewajaran,kepastian hukum, serta tanggung jawab professional
harus selalu menjadi dasar pemanfaatan HPI dalam aktivitas pengambilan keputusan
hukum sehari-hari. 4

D.Pola berpikir Yuridik HPI

Empat langkah berpikir hukum utama yang umumnya dijalani apabila orang hendak
menyelesaikan persoalan persoalan hukum semacam itu, Khususnya dalam
menetapkan hukum apa yang harus diberlakukan untuk menyelesaikan perkara yang
mengandung unsure asing. Penggambaran yang akan dilakukan dibawah ini
mengasumsi serangkaian langkah-langkah dasar dalam proses penyelesaaian perkara
HPI sederhana dan normal.

1. Hakim/forum menghadapi persoalan/perkara hukum yang berupa sekumpulan


fakta hukum yang mengandung unsure-unsur asing. Adanya unsure-unsur asing
mengharuskan forum untuk menentukan apakah perkara tersebut mengandung
persoalan HPI beserta segala konsekuensi.
2. Penentuan ada/tidaknya kompetensi/kewenangan yurisdiksional forum untuk
memeriksa,mengadili dan memutus perkara yang bersangkutan.

4
Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata Internasional PT.citra
aditya bakti bandung 2017 hal 11

9
3. Menentukan sistem hukum intern Negara mana yang harus diberlakukan untuk
menyelesaikan perkara/menjawab persoalan hukum yang mengandung unsure-
unsur asing itu.
Hakim perlu melibatkan diri dalam menemukan kaidah HPI Lex Fori yang tepat
dengan langkah langkah :
a) Mencari dan menemukan kaidah HPI yang tepat melalui tindakan
kualifikasi fakta dan kualifikasi hukum.
b) Menentukan kaidah HPI lex fori yang relevan dalam rangka
penunjukkan ke arah lex causae
c) Memeriksa kembali fakta-fakta dalam perkara dan menentukan sistem
hukum mana atau Negara apa yang seharusnya diberlakukan sebagai lex
causae

4. Menyelesaikan perkara dengan menggunakan/memberlakukan kaidah-kaidah


hukum intern dari lex causae5

E.Masalah-masalah Pokok HPI

Perkembangan HPI sebenarnya didasarkan atas kenyataan adanya koeksistensi


dari berbagai sistem hukum Negara-negara di dunia yang sederajat kedudukannya.
Pergaula internasional menyebabkan bertemunya sistem sistem hukum ini dalam

5
Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata Internasional PT.citra
aditya bakti bandung 2017 hal 13

10
hubungan hukum antara warga dari Negara atau lebih. Setiap pembuat hukum disuatu
Negara nasional dasarnya melaksanakan pembentukan hukum sesuai dengan situasi
kondisi yang ada di negaranya, Akan tetapi seperti telah disinggung sebelumnya,
interaksi transnasional sering kali menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa hukum
yang menunjukkan adanya keterkaitan antara peristiwa dengan lebih dari satu sistem
hukum atau kaidah hukum Negara-negara yang berbeda. Jika kenyataan ini dikaitkan
dengan orang dapat menyimpulkan bahwa ada persoalan-persoalan khas yang dapat
dianggap sebagai masalah-masalah Pokok HPI :

1. Hakim atau badan Peradilan manakah yang berwenang menyelesaikan perkara-


perkara hukum yang mengandung unsure asing.

Prof Graverson mengatakan bahwa asas-asas HPI berusaha membentuk aturan-


aturan yang dapat digunakan, antara lain untuk menjustifikasi secara
internasional mengenai kewenangan diksional suatu pengadilan untuk
mengadili perkara-perkara tertentu apapun. Masalah pokok ini mewujudkan
diri menjadi topic permasalahan khusus dalam HPI yang mungkin dapat
dianggap sebagai “Hukum acara perdata Internasional”

2. Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur dan menyelesaikan


persoalan-persoalan hukum yang mengandung unsure asing.

Masalah pemilihan hukum yang seharusnya berlaku ini, pada dasarnya


merupakan masalah utama HPI dan mengambil porsi terbesar dalam
perkembangan teori dan doktrin HPI di perlbagai bidang hukum. Setelah
sebuah forum menetapkan keabsahan kedudukan yurisdiksionalnya,
pertanyaan berikutnya yang umumnya timbul dalam perkara-perkara HPI
adalah sistem hukum manakah yang akan dipilih dan diterapkan oleh

11
pengadilan itu untuk menyelesaikan perkara seadil mungkin? Graveson
mengingatkan bahwa dala menjawab pertanyaan ini kaidah HPI tidak berusaha
menentukan aturan hukum intern yang mana dari suatu sistem hukum yang
akan digunakan untuk memutus perkara, tetapi hanya membantu pengadilan
dalam menentukan sistem hukum mana yang seharunya diberlakukan.

3. Bilamana sejauh mana suatu Pengadilan harus memerhatikan dan mengakui


Putusan-putusan Hukum Asing atau mengakui Hak-hak yang terbit berdasarkan
Hukum atau Putusan Pengadilan asing.
Masalah pokok ketiga ini berkaitan erat dengan persoalan: apakah pengadilan
asing memiliki kewenangan yurisdiksional untuk memutuskan suatu perkara
atau tidak. Setelah pengadilan menyatakan dirinya berwenang untuk mengadili
perkara, HPI pada umumnya akan berfungsi untuk menentukan hukum apa
yang berlaku namun, jika berdasarkan pendekatan HPI ternyata hukum yang
seharusnya diberlakukan atau hak-hak asing yang harus ditegakkan dalam
putusan perkara tetap masih menjadi masalah apakah pengadilan suatu Negara
selalu harus mengakui dan memberlakukan hukum atau hak asing itu di dalam
wilayah yurisdiksinya.selain itu apabila forum suatu Negara telah memutuskan
suat perkara yang mengandung elemen-elemen asing, masih dapat menjadi
pertanyaan apakah putusan pengadilan ini harus dianggap mengikat dan dapat
dilaksanakan di luar wilayah yurisdiksi pengadilan yang bersangkutan. Ada
atau tidakkah dasar bagi suatu Negara untuk menolak atau membenarkan
penerimaan/pengakuaan hukum atau hak ataupun masalah dalam HPI.

Pendek kata, persoalan pokok HPI ketiga memasalahkan apakah pengadilan


suatu Negara mengakui penetapan hak dan kewajiban yang telah dibuat
didalam putusan sebuah pengadilan asing, dan atau memastikan bahwa pihak
yang dikalahkan dalam putusan pengadilan asing akann mematuhi dan
melaksanakan perintah yang dijatuhkan di dalam putusan pengadilan asing itu.

12
Menurut Friedrich K.juenger yang merumuskan masalah-masalah pokok HPI:
“Hukum Perdata internasional terdiri atas 3 masalah yang berbeda-beda, namun
terkait satu sama lain: yurisdiksi,pilihan hukum, dan pengakuan putusan-
putusan hukum. Pembedaan ke dalam tiga bagian ini mencerminkan persoalan-
persoalan yang dihadapi seorang penasihat hukum yang menghadapi transaksi-
transaksi yang melampaui batas-batas yurisdiksi pengadilan : dalam hal
terjadinya sengketa, dimanakah gugatan hukum harus diajukan, hukum apa
yang akan di berlakukan oleh pengadilan di tempat perkara diajukan, dan
apakah putusan perkara yang dijatuhkan oleh pengadilan tersebut akan
dihormati di forum-forum pengadilan lain. 6

Contoh Permasalahan :

Kasus IPB dan Amerika

IPB melakukan perjanjian untuk mengirim 800 kera ke Amerika, Kera tersebut hanya
akan diambil anaknya saja dan babonnya akan dikembalikan ke Indonesia. Harga
perekor disepakati sebesar 80 (delapan puluh) juta dan pihak Amerika Serikat hanya
membutuhkan anaknya saja dan harus beranak di Amerika serikat. Ketika posisi
pesawat masih di Swiss, seekor monyet stress dan lepas,melahirkan anaknya. Karena
induknya telah dilumpuhkan dan mati, maka dokter hewan IPB menyuntik mati anak
monyet tersebut karena pertimbangan rasa kasihan . Lawyer Amerika serikat menuntut
IPB atas dasar perlindungan satwa dan dianggap tak memenuhi prestasi dengan
sempurna serta membunuh seekor anak monyet. Disatu sisi, Kera di Indonesia tidak
lebih sebagai hama, sedangkan bagi Amerika serikat merupakan satwa yang harus
mendapat perlindungan.

6
Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata Internasional PT.citra
aditya bakti bandung 2017 hal 20

13
Fakta-faktanya :

IPB melakukan perjanjian dengan Amerika untuk mengirim 800 kera ke Amerika, kera
tersebut hanya akan diambil anaknya saja dan harga perekornya 80 juta.

Amerika hanya membutuhkan anaknya saja dan harus beranak di Amerika Serikat.

Ketika posisi pesawat di Swiss, seekor monyet stress dan lepas, melahirkan anaknya,
dan induknya telah dilumpuhkan dan mati.

Dokter hewan IPB menyuntik mati anak monyet atas dasar rasa kasihan.

Lawyer Ameika menuntut IPB atas dasar perlindungan satwa dan dianggap tidak
memenuhi prestasi, serta membunuh seekor anak monyet.

Anak monyet bagi Amerika merupakan satwa yang dilindungi.

Titik Taut Primer :

Titik taut primer adalah faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang memperlihatkan


bahwa kita berhadapan dengan peristiwa hukum perdata Internasional. Atau faktor-
faktor dan keadaan-keadaan yang memperlihatkan bahwa suatu hubungan atau
peristiwa adalah peristiwa hukum perdata Internasional.

Dalam kasus ini titik taut primernya adalah kewarganegaraan dari para pihak. Dimana
pihak penggugat yaitu Lawyer berkewarganegaraan Amerika Serikat, sedangkan pihak
tergugat yaitu dokter hewan IPB berkewarganegaraan Indonesia.

Titik Taut Sekunder :

Titik taut sekunder adalah faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang menentukan hukum
Negara mana yang harus berlaku dalam suatu peristiwa hukum perdata internasional.

14
Dalam kasus ini titik taut sekundernya karena dari perjanjian antara IPB dan Amerika
Serikat tidak ada pilihan hukum atau pilihan forum yang diatur secara tegas dalam
perjanjiannya, maka titik taut sekundernya ada lebih dari satu yaitu :

Lex Loci Contractus (hukum tempat dilangsungkannya perjanjian).

Lex Loci Solutionis (hukum tempat dilaksanakannya perjanjian).

Lex Loci Delicti Commisi (hukum tempat perbuatan melawan hukum dilakukan).

The Most Characteristic Connection (pihak yang lebih menonjol dalam kontrak).

Hukum Yang Berlaku :

Berdasarkan Lex Loci Contractus,maka hukum yang berlaku adalah hukum perdata
Indonesia karena perjanjian dibuat di Indonesia.

Berdasarkan Lex Loci Solutionis, maka hukum yang berlaku adalah hukum Amerika
Serikat karena perjanjian dilaksanakan di Amerika Serikat yaitu, anak monyet yang
diperjanjikan harus beranak di Amerika Serikat.

Berdasarkan Lex Loci Delicti Commisi, maka hukum yang berlaku adalah hukum
Swiss, karena perbuatan melawan hukum berupa penyuntikan mati anak monyet yang
diperjanjikan dilakukan ketika pesawat berada diatas wilayah Negara Swiss.

Berdasarkan The Most Characteristic Connection, maka hukum yang berlaku adalah
hukum perdata Indonesia, karena pihak yang paling menonjol adalah IPB
(Indonesia) sebagai penjual kera, karena IPB yang harus menyerahkan kera,merawat
dan menjaga kera dengan baik sampai nanti kera diserahkan kepada
pihak Amerika Serikat. Dan dalam perjanjian jual-beli pihak yang paling menonjol
atau dominan adalah pihak penjual dalam hal ini adalah IPB

15
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

HPI mengatur setiap peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsure asing,
baik di bidang hukum public maupun privat. Dalam Hukum Perdata Internasional
(HPI) terdapat beberapa istilah tergantung dari dari masing- masing negara tersebut.
Istilah HPI tersebut seperti :
1. Hukum Perselisihan

16
2. Hukum Collisie (Collisierechts)
3. Conflict of Laws

Ruang lingkup HPI : Choice of law, Choice of yuridiction

Sumber Hukum : Pasal 16 17 18 ab

HPI merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan
perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata
(nasional) yang berlainan[3]. Sedangkan hukum internasional merupakan keseluruhan
kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata

Manfaat HPI dalam penyelesaian persoalan-persoalan hukum yang terjadi di


masyarakat sangat berperan besar karena dijaman yang sudah modern yang mana
banyak sekali terjadi hubungan hubungan keperdataan dari pihak luar atau unsure asing
maka dari dari itu dengan adanya HPI dapat mencari solusi atas permasalahan yang
timbul

Ada 4 langkah berpikir hukum yang bisa diterapkan untuk memecahkan


permasalahan HPI yaitu : memeriksa perkara apakah mengandung unsure asing,
Menentukan sistem hukum intern, menentukan ada atau tidak kewenangan
yurisdiksional, Menyelesaikan masalah dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum
intern dari lex causae.

Masalah-masalah pokok HPI terdiri atas 3 masalah berbeda namun masih terkait satu
sama lain 3 hal yang berkaitan itu adalah : Yurisdiksi, pilihan hukum, pengakuan
putusan hukum.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.Bayu seto Hardjowahono s.h.,LL.M, Dasar-dasar Hukum perdata


Internasional PT.citra aditya bakti bandung 2017 hal 20

2. Prof.Dr.S.Gautama.S.H Pengantar Hukum Perdata Internasional


Indonesia Bina cipta bandung 2016 hal 23

18

Anda mungkin juga menyukai