Oleh:
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata - kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................7
3.2 Saran.....................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyelundupan hukum terjadi apabila seseorang yang mendapatkan berlakunya
hukum asing, telah melakukan suatu cara yang tidak wajar, untuk menghindari
pemakaian hukum nasionalnya. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
menghindarkan pemakaian berlakunya hukum nasional kepada orang tersebut
perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang guna mendapatkan akibat hukum
tertentu berdasarkan hukum asing, yang apabila perbuatan itu dilakukan menurut
hukum nasionalnya maka akibat hukum yang dikehendakinya tersebut tidak akan
terwujud.
Bagian penting dalam penyelesaian peristiwa hubungan Hukum Perdata
Internasional ialah yang berhubungan dengan soal hukum mana yang harus dianggap
berlaku dalam suatu hubungan Hukum Perdata Internasional tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kaidah HPI di Indonesia -- yang merupakan kaidah petunjuk – terdapat dalam pasal 16,
17 dan 18 AB. Kalau melihat dari redaksinya, maka nampaknya dalam pasal-pasal itu tidak
dimungkinkan adanya partij autonomie (kebebasan untuk menentukan hukum mana yang berlaku
bagi mereka).
Persoalan “Ketertiban Umum”, Orde Public, dalam bahasa prancis, Openbare Orde,
bahasa Belanda, Vorbehaltklaasel, bahasa Jerman, public policy, istilah bahasa Anglo Saxon,
sering kali kita ketemukan dalam bacaan HPI. Ajaran mengenai ketertiban umum ini memang
merupakan salah satu bagian terpenting daripada HPI dan telah dianggap sebagai salah satu
fundamen atau rukun daripada seluruh bangunan HPI. Mengapa masalah “Ketertiban Umum” ini
dianggap penting adanya ? oleh karena lembaga ketertiban umum ini mempunyai sangkut paut
yang erat dengan faham-faham agasi dan dasar dasar HPI. HPI diperkenalan seagai hukum untuk
memperlakukan unsur-unsur asing.
Lembaga penyelundupan hukum dapat juga dilihat dalam hubungannya dengan masalah
“hak-hak yang telah diperoleh” (droit acquis, verkregen rechten). Nyatalah bahwa
penyelundupan hukum justru bertentangan dengan hak-hak yang diperoleh, karena pada
penyelundupan hukum kaidah-kaidah asing dikesampingkan dan hukum nasional dipergunakan.
Tetapi pada “hak-hak yang telah diperoleh” justru hak-hak itu yang telah diperoleh menurut
hukum asing diakui dan dihormati oleh hukum nasional sang hakim sendiri.
Jadi tujuan penyelundupan ini adalah untuk menghindarkan suatu syarat atau akibat
hukum tertentu ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang guna mendapatkan akibat
hukum tertentu berdasarkan hukum asing, yang apabila perbuatan itu dilakukan menurut hukum
nasionalnya maka akibat hukum yang dikehendakinya tersebut tidak akan terwujud tidak di
kehendaki ataupun untuk mewujutkan atau menciptakan suatu akibat hukum yang di kehendaki.
Dengan melakukan penyelundupan hukum atau penghindaranpelaksanaan hukum (nasional).
Seseorang berusaha supaya diberlakukan hukum yang lain daripada seharusnya dipergunakan.
3
a. Hubungan dengan Ketertiban Umum
Ketertiban umum dan penyelundupan hukum mempunyai hubungan yang erat. Kedua-
keduanya bertujuan agar supaya hukum nasional dipakai dengan mengenyampingkan hukum
asing. Hukum asing dinyatakan tidak berlaku jika dipandang sebagai penyelundupan hukum.
Kedua-keduanya hendak mempertahankan hukum nasional terhadap kaidah-kaidah hukum
asing.Perbedaan antara ketertiban umum dan penyelundupan hukum adalah bahwa pada yang
pertama kita saksikan bahwa pada umumnya suatu hukum nasional dianggap tetap berlaku,
sedangkan dalam penyelundupan hukum kita, hukum nasional tetap berlaku itu dan dianggap
tepat pada suatu periwtiwa tertentu saja, yaitu ada seseorang yang untuk mendapatkan
berlakunya hukum asing telah melakukan tindakan yang bersifat menghindarkan pemakaian
hukum nasional itu. Jadi hukum asing dikesampingkan karena penyelundupan hukum, akan
mengakibatkan bahwa untuk hal-hal lainnya akan selalu boleh dipergunakan hukum asing itu.
Dalam hal-hal khusus, kaidah asing tidak akan dipergnakan karena hal ini dimungkinkan
(pemakaian hukum asing ini) oleh cara yang tidak dapat dibenarkan.
1. Praktek pinjam nama yang dilakukan orang asing untuk mendapatkan hak milik atas
tanah (SHM) di Indonesia.(sering terjadi di bali dan Yogyakarta)
2. Suatu agama tertentu melarang adanya perceraian, sehingga kadangkala perceraian
dilakukan di negara yang membolehkan perceraian
3. Banyak perusahaan atau perseroan yang pusat manajemennya berada di Indonesia
tetapi didirikan di luar negri dengan tujuan menghindari pajak tinggi dan
mendapatkan fasilitas serta intensif dari pemerintah sebagai perusahaan asing.
4. Untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, perempuan WNA menikah dengan
WNI sehingga terbuka kesempatan mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia.
4
2.2 Penyelundupan Hukum dan Hak-hak yang di peroleh
Lembaga penyelundupan hukum dapat juga dilihat dalam hubungannya dengan masalah
“hak-hak yang diperoleh”. Bahwa penyelundupan hukum justru bertentangan dengan hak-hak
yang diperoleh. Karena pada penyelundupan hukum kaidah-kaidah asing dikesampingkan dan
hukum nasional dipergunakan. Tetapi pada “hak-hak yang diperoleh” justru hak-hak itu telah
diperoleh menurut hukum asing diakui dan dihormati oleh hukum nasional hakim sendiri.
Contoh-contoh Pernikahan :
Greetna green adalah sebuah desa yang terletak di Skotlandia. Merupakan tempat dimahna
berlangsungnya pernikahan bagi orang-orang Inggris yang tidak memiliki persetujuan orang tua.
Terkenal dengan sebutan “ The Blacksmith of Gretna Green” yaitu hakim perdamaian dihadapan
siapa harus diucapkan untuk menikah.
Dalam praktek hukum Indonesia dikenal dengan larangan untuk menikah kembali bagi pihak
perempuan yang telah bercerai sebelum 300 hari lewat. Akan tetapi mereka dapat
melangsungkan penikawinan sebelum 300 hari lewat, mereka melakukan pernikahan di Pinang
atau Singapura, karena Singapura menganut hukum Inggris dimana hukum Inggris tidak ada
dikeneal jangka waktu masa idah 300 hari lewat.
Contoh-contoh perceraian :
Di dalam beberapa negara tidak mengenal adanya lembaga perceraian, demikian juga di dalam
Negara Italia atau Austria dahulu sebelum 1938. Menurut paragraph III dari B.G.B Australia
dulu perkawinan hanya dapat diputuskan antara orang beragama katholik karena meninggalnya
salah satu pihak. Jika warganegara Austria yang beragama katholik mau bercerai makan mereka
pergi ke Hongaria. Dengan cara:
5
1) Mereka memperoleh satu keputusan cerai dari meja dan tempat tidur dari badan peradilan
Australia
4) Setelah itu didapatkan putusan cerai meja dan tempat tidur a la Austria diubah menjadi
keputusan cerai yang difinitif oleh badan peradilan gerejami di Klausenburg. Oleh makamah
agung Austria pada tahun 1907 diakui sah perkawinan-perkawinan baru demikian terlebih
dahuku dilakukan perceraian.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini bahwa penyelundupan hukum yang banyak
dilakukan oleh masyarakat tidak dapat dibenarkan oleh sistim hukum Indonesia karena
sudahmenyimpangi ketentuan-ketentuan hukum Indonesia. Akan tetapi,penegakan hukum dari
birokrasi di Indonesia kurang jeli melihat kasus ini,misalnya saja dalam perkawinan beda
agamaataupun perkawinan campuran,panitia pencatatan sipil Indonesia masih saja mengesahkan
akta perkawinan beda agama ataupun campuran yang dilakukan dari luar negri tersebut
walaupuntanpa mengeluarkan akta nikah yang sah menurut hukum Indonesia. Apabila hal ini
terusmenerus dilakukan maka masyarakat Indonesia akan terus berusaha untuk melakukan
penyelundupan hukum tersebut karena tidak adanya aturan yang jelas ataupun ketegasan dari
para dinas terkait.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami rekomendasikan adalah hendaknya dibuat suatu
aturanhukum yang jelas guna membatasi dan mengawasi tindak tanduk penyelundupan hukum
tersebutagar terciptanya suatu sistim hukum yang baik. Serta,dilakukannya penyukuhan kepada
seluruh elemen baik dinas terkait maupun masyarakat agar tidak melakukan suatu perbuatan
yang mana perbuatan hukum tersebut belum jelas pengaturan nya. Kalaupun ingin melakukan
perbuatanhukum tersebut baiknya perbuatan itu tidak dilakukan atau di bawa kedalam sistim
hukum Indonesia.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://annisawally0208.blogspot.com/2016/04/materi-kuliah-hukum-perdata.html
https://www.academia.edu/4346362/penyeludupan_hukum
http://repository.uinbanten.ac.id/7469/5/BAB%20III.pdf
https://prezi.com/p/kwyuho0payng/penyelundupan-hukum-evasion-of-law/