Dosen:
Disusun oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUBANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas pertolongan, rahmat dan
karuniaNYA penyusunan makalah sebagai tugas kuliah mata Pelajaran Hukum Perdata
Internasional ini dapat saya selesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan, dan tak lupa saya
ucapkan terimakasih atas semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah tentang
Makalah ini saya susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai Bahan Kajian Hukum Perdata Internasional. Adapun metode
yang saya ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber
informasi dari berbagai karya tulis dan kajian dengan tema makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan tidak lupa
saya mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam
Saya sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 0
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 0
BAB II ....................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini globalisasi semakin meluas. Globalisasi bersifat tanpa batas di antara
menyebabkan negara Indonesia ikut dalam pergaulan hidup bersama dengan negara lain.
Adanya pergaulan hidup dengan bangsa-bangsa lain, melahirkan berbagai persoalan hukum
asing tersebut perlu dikembangkan ilmu hukum yang mengatur hubungan-hubungan hidup
antara warga negara dengan warga negara lain. Semakin terbukanya Indonesia dalam
unsur asing.
dengan warga negara asing, selama ini masih menggunakan aturan peninggalan kolonial yaitu
Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor Nederlands Indie. Aturan tersebut masih tetap
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD NRI Tahun 1945 (Pasal 1 Aturan
Peralihan UUD NRI Tahun 1945). Dalam dunia hukum, subsistem dari hukum nasional
unsur asing, dikenal dengan nama Hukum Perdata Internasional (HPI). Dalam bidang Hukum
Perdata Internasional dikenal berbagai konsepsi tentang luas bidangnya. Seperti diketahui,
1. Pengertian HPI
Hukum Perdata Internasional (HPI) merupakan badan hukum yang mengatur interaksi
antarnegara, yang meliputi organisasi negara dan nonnegara, organisasi internasional, dan
individu atau perusahaan. Bidang ini cukup kompleks. Bahkan dapat menjadi cukup rumit.
Prof. J.G. Sauveplanne berpendapat bahwa hukum perdata internasional atau Internationale
hubungan hukum yang memiliki kaitan dengan negaranegara asing, sehingga dapat
pertanyaan apakah penundukan langsung ke arah hukum asing itu tanpa harus menundukkan
sebagai keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi
batas negara. Dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara
para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang
berlainan.
HPI dalam pandangan Sudargo Gautama merupakan suatu keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan atau peristiwa antara warga (warga) negara pada
suatu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel dan kaidah-kaidah
hukum dari dua atau lebih negara yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat, pribadi, dan
soal-soal.
1
Adapun, hukum perdata internasional dalam pandangan Prof. Sunaryati merupakan
Sebagai contoh hukum perdata internasional dapat dilihat dari beberapa persoalan berikut ini
yang dirangkum dari buku ajar “Hukum Perdata Internasional” yang disuusn oleh Ida Bagus
Seorang warga negara Indonesia menikah dengan seorang warga negara Jepang. Pernikahan
dilangsungkan di Tokyo, dan karena salah satu pihak ternyata masih terikat pada suatu
perkawinan lain yang sudah ada, maka pihak itu dianggap telah melakukan poligami, dan
Sebuah kontrak jual beli antara sebuah perusahaan ekspor dari Indonesia dengan sebuah
perusahaan importir di negara bagian Florida Amerika Serikat mengenai barang-barang yang
harus diangkut dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke Miami Florida. Perjanjian dibuat
di Jakarta. Ketika barang siap dikirimkan, ternyata importir tidak memenuhi janjinya untuk
mengajukan gugatan wanprestasi dan menuntut ganti rugi melalui Pengadilan di kota Miami,
Florida.
(Yurisdiksi Pengadilan)
Asas-asas HPI berusaha mebentuk aturan-aturan yang dapat digunakan, antara lain untuk
2
untuk mengadili perkara-perkara tertentu apapun (choice of jurisdiction). Masalah pokok ini
mewujudkan diri menjadi topik permasalahan khusus dalam HPI yang mungkin dapat
Hukum mana yang harus dipakai untuk menyelesaikan persoalan hukum (Pilihan
Hukum)
Pemilihan hukum ini pada dasarnya adalah masalah utama HPI. Kaidah HPI tidak berusaha
menentukan aturan hukum intern yang mana dari suatu system hukum yang akan digunakan
untuk memutus perkara, tetapi hanya membantu pengadilan dalam menentukan sistem hukum
asing atau mengakui hak-hak yang terbit berdasarkan hukum atau putusan pengadilan
Persoalan pokok ketiga ini memasalahkan apakah pengadilan suatu negara mengakui
penetapan hak dan kewajiban yang telah dibuat di dalam putusan sebuah pengadilan asing,
dan/atau memastikan bahwa pihak yang dikalahkan dalam putusan pengadilan asing akan
mematuhi dan melaksanakan perintah yang dijatuhkan di dalam putusan pengadilan asing itu.
Friedrich K. Juenger yang merumuskan permasalahan pokok HPI ini secara padat
menyimpulkan:
"Hukum perdata internasional terdiri atas tiga masalah yang berbeda-beda, namun terkait satu
sama lain: yurisdiksi, pilihan hukum, dan pengakuan putusan-putusan hukum. Pembedaan ke
dalam tiga bagian ini mencerminkan persoalan-persoalan yang dihadapi seorang penasihat
pengadilan: dalam hal terjadinya sengketa, di manakah gugatan hukum harus diajukan,
3
hukum apa yang akan diberlakukan oleh pengadilan di tempat perkara diajukan, dan apakah
putusan perkara yang dijatuhkan oleh pengadilan tersebut akan dihormati di forum-forum
pengadilan lain?"
Hukum Perdata Internasional hanya terbatas pada masalah hukum yang diberlakukan
dengan hukum yang harus laksanakan. Hal-hal lain yang berkenaan dengan kompetensi
hakim, status orang asing, dan kewarganegaraan tidak termasuk bidang HPI. Sistem semacam
Menurut sistem ini, HPI tidak hanya terbatas pada persoalan-persoalan conflict of
kompetensi atau wewenang hakim. Jadi HPI tidak hanya menyangkut masalah hukum yang
diberlakukan, tetapi juga tentang kewenangan hakim yang dipilih. Sistem HPI yang lebih luas
ini dikenal di Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Anglo Saxon lainnya.
c. HPI sebagai Choice of Law + Choice of Jurisdiction + Condition des Etrangers (yang lebih
luas lagi)
4
Dalam sistem ini, HPI tidak hanya mengenai persoalan pilihan hukum dan pilihan forum atau
hakim, tapi juga menyangkut status orang asing (condition des etrangers = statuutlingen =
statuut). Sistem semacam ini dikenal di negara-negara latin, antara lain Italia, Spanyol, dan
Menurut sistem ini, HPI menyangkut persoalan pilihan hukum, pilihan forum atau hakim,
yang sangat luas ini dikenal dalam HPI Perancis, dan juga dianut kebanyakan penulis HPI.
Hukum perdata internasional merupakan sebuah hukum yang berlaku di dunia namun bersifat
privat. Hukum perdata internasional adalah cabang hukum yang mengatur hukum antara
individu atau badan hukum yang berasal dari negara yang berbeda.
negara.
Hukum perdata internasional dibuat khusus untuk menjadi patokan hukum yang berlaku
kata lain hukum perdata internasional menjaga keamaan kedua belah pihak yang memiliki
transaksi.
5
Karena hukum internasional merupakan sebuah sistem aturan, prinsip, dan konsep mengatur
hubungan antar negara, organisasi internasional, individu, dan aktor lainnya dalam politik
dunia. Sehingga hukum perdata internasional dibuat khusus untuk menjadi patokan hukum
berbeda. Dengan kata lain hukum perdata internasional menjaga keamanan kedua belah pihak
Alur logikal yang harus dilalui dalam penyelesaian suatu perkara HPI dengan pendekatan
1) Hakim menghadapi persoalan hukum dalam wujud sekumpulan fakta hukum yang
mengandung unsur asing (foreign elements) dan harus menentukan apakah merupakan
persoalan HPI.
keterkaitan antara perkara ini dengan tempat-tempat asing (tempat di luar wilayah
• Menghadapi suatu perkara HPI, maka hakim tidak dapat mengabaikan kemungkinan
bahwa Lex Fori bukanlah satu-satunya sistem hukum yang diberlakukan, artinya ada
6
Hakim harus menetapkan forum memiliki kewenangan yurisdiksional untuk memeriksa
perkara. Untuk menentukan hakim harus berpegang pada kaidah-kaidah dan asas-asas
Hukum Acara Perdata Internasional yang berlaku dan merupakan bagian dari sistem HPI Lex
Fori.
3) Menemukan TPS di dalam kaidah/asas/aturan HPI Lex Fori yang dianggap tepat.
• Bila perkara jelas merupakan perklara HPI dan pengadilan telah mempunyai
• Pada tahap ini pengadilan harus dapat menentukan TPS yang bersifat menentukan dan
• Hakim harus menemukan TPS yang tepat di dalam kaidah/aturan/ asas HPI yang tepat
dan relevan dengan pokok perkara yang sedang dihadapi. Kaidah/asas HPI yang
• Dalam tahap ini, hakim dihadapkan pada kenyataan akan berurusan dengan
sekumpulan kaidah/asas/aturan HPI yang beraneka ragam dan berlaku dalam pelbagai
bidang hukum dan untuk pelbagai kategori perkara, dan di sini hakim harus dapat
menetapkan satu kaidah HPI yang relevan dan tepat untuk perkara yang dihadapi.
4) Mencari dan menemukan kaidah HPI yang tepat melalui tindakan kualifikasi fakta
• Untuk dapat menetapkan kaidah HPI yang tepat di antara berbagai kaidah HPI di
dalam lex fori, hakim harus terlebih dahulu menentukan kategori yuridik dari
perkara status anak, kedudukan ahli waris, wanprestasi (ingkar janji) dalam
7
perjanjian, keabsahan kontrak, kedudukan isteri atas harta warisan, dan sebagainya.
Upaya ini disebut tindakan kualifikasi fakta, yang pada dasarnya merupakan upaya
untuk menentukan kategori yuridik dari sekumpulan fakta yang dihadapi dalam
perkara dan menentukan kualifikasi hukum dari pokok perkara berdasarkan kategori
yuridik yang dikenal hakim (biasanya berdasarkan kategori yang dikenal dalam lex
fori).
• Di dalam HPI, khususnya dalam pendekatan tradisional, persoalan kualifikasi ini lebih
masing-masing.
• Hasil proses kualifikasi adalah hakim dapat menentukan kategori perkara, pokok
• Contoh: Hakim Indonesia mengkualifikasikan fakta yang dihadapi dalam perkara dan
berdasarkan kualifikasi hukum yang dikenal dalam hukum Indonesia (lex fori),
melanggar hukum.
5) Menentukan kaidah HPI Lex Fori yang relevan dalam rangka penunjukan ke arah Lex
Causae.
• Sesudah hakim menetapkan kategori yuridik pada perkara yang dihadapinya melalui
tindakan kualifikasi, maka berikutnya hakim menetapkan kaidah HPI yang tepat
• Contoh: Sejalan dengan contoh pada angka 4 di atas, dianggap saja kaidah HPI yang
harus digunakan dalah kaidah HPI lex fori tentang pelaksanaan perjanjian.
8
• Umumnya rumusan kaidah atau asas HPI, maka kaidah ini akan merupakan kaidah
penunjuk yang akan memuat titik taut sekunder yang harus digunakan. Kaidah
• Contoh: Kaidah HPI tentang pelaksanaan perjanjian yang rumusan sebagai berikut:
kualifikasi) harus diatur berdasarkan hukum dari tempat di mana perjanjian itu
6) Memeriksa kembali fakta-fakta dalam perkara dan mencari TPS yang harus
• Sesudah titik taut sekunder yang harus digunakan dapat diketahui berdasarkan kaidah
HPI tertentu, maka hakim akan memeriksa kembali fakta-fakta perkara (terutama titik
tautnya) dan menemukan fakta mana yang harus dianggap sebagai titik taut sekunder.
hakim harus menemukan fakta tentang di mana tempat pelaksanaan perjanjian yang
• Bila titik taut sekunder itu telah ditemukan, maka hakim dapat tiba pada kesimpulan
bahwa hukum dari tempat/negara yang ditunjuk oleh kaidah HPI itulah yang harus
perjanjian ternyata adalah di Jepang, maka hukum Jepanglah yang harus dianggap
sebagai lex causae, artinya kaidah-kaidah hukum perdata intern Jepanglah yang akan
9
7) Menyelesaikan perkara dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum intern dari Lex
Causae.
• Dengan ditemukannya lex causae sebenarnya tugas HPI pada dasarnya telah selesai,
10
BAB III
PENUTUP
Ada empat aneka ragam pandangan tentang luas lingkup HPI, yaitu (1) pandangan
yang tersempit, (2) pandangan yang lebih luas, (3) pandangan yang lebih luas lagi dan (4)
Peraturan perundang-undangan yang terkait HPI yaitu ada Instrumen hukum nasional
Conflict of Laws, Private International Law, dan Hukum Antar Tata Hukum (HATAH).
11