Disusun Oleh :
Nama : Yosephine
Nim : 210200187
Kelas B
FAKULTAS HUKUM
2022/2023
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, kasih
karunia serta berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Dewasa dan
Perkawinan Menurut Hukum Indonesia” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pembimbing mata kuliah
Hukum Perdata.Besar harapan penulis agar makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan pengetahuan penulis yang masih terbatas, oleh karena itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah ini. Demi
tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Penulis
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................4
Pendahuluan.....................................................................................................................................4
1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1. Hukum Internasional Regional................................................................................................4
2. Hukum Internasional Khusus...................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.4 Tujuan Pembahasan...............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
Pembahasan.....................................................................................................................................6
A. Hokum Internasional Dapat Masuk Menjadi Hokum Nasional...............................................6
BAB III..........................................................................................................................................11
B. Hubungan Antara Hokum Nasional dan Hokum Internasional..............................................11
BAB IV..........................................................................................................................................13
C. Kedudukan Hokum Pidana Nasional dan Hokum Pidana Internasional................................13
BAB V...........................................................................................................................................16
Penutup..........................................................................................................................................16
1.5 Kesimpulan..........................................................................................................................16
Daftar Pustaka................................................................................................................................17
BAB I
Pendahuluan
Menurut Hyde, hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara.
Untuk itu hukum internasional harus ditaati ketika negara-negara saling berhubungan.
Hukum Internasional merupakan bagian hukum yang mengatur aktivitas yang berskala
internasional. Pada awalnya, hukum internasional diartikan sebagai perilaku dan hubungan
antarnegara, namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin
kompleks pengertian ini ,meluas sehingga hukum internasional juga menyangkut struktur dan
perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional, dan
individu.
Pembahasan
1.Teori Monisme
Menurut teori ini hukum nasional dan hukum internasional hanyalah merupakan
bagian saja dari suatu hokum yang lebih besar yaitu hukum pada umumnya. Menurut
paham ini semua hokum yang merupakan suatu kesatuan yang sifatnya mengikat.
Mengikat individu maupun mengikat subjek-subjek hukum lainnya, semuanya itu
merupakan suatu kesatuan hokum yaitu hukum yang berlaku bagi umat manusia.
Dalam doktrin hierarki menurut Hans Kelsen analisis struktural antara hukum
internasional dan hukum nasional adalah asas-asas hukum ditentukan oleh
asas-asas lainnya yang menjadi sumber dan sebab kekuatan mengikat atas hukum. 2
hukum nasional dan hukum internasional merupakan dua aspek yang berasal dari satu
sistem hukum umumnya. Lebih jauh Kelsen mengemukakan, bahwa tidak perlu ada
pembedaan antara hukum nasional dengan hukum internasional, karena alasan
pertama adalah, bahwa objek dari kedua hukum itu sama, yaitu tingkah laku individu;
Kedua,bahwa kedua kaedah hukum tersebut memuat perintah untuk ditaati; dan
Ketiga,bahwa kedua-duanya merupakan manifestasi dari satu konsepsi hukum saja
atau keduanya merupakan bagian dari kesatuan yang sama dengan kesatuan ilmu
pengetahuan hukum. Monisme ini sebenarnya merupakan perwujudan dari ajaran
hukum alam yang memandang hukum sebagai suatu yang berlaku umum dan abstrak
serta berlaku dimana-mana, dan berlaku satu hukum bagi seluruh umat manusia di
dunia. Pendapat dari teori ini cenderung berpandangan kondisi “ideal”. Maksudnya
adalah menyatakan bahwa hokum internasional lebih tinggi kedudukannya dari pada
hukum nasional suatu negara. Jadi kondisi ideal yang dimaksudkan adalah jika hal ini
diterapkan pada negara-negara di dunia maka akan terwujud suatu kondisi ketertiban
dan kedamaian dalam masyarakat internasional.
2.Teori Dualisme
Anggapan dari teori ini adalah hukum internasional dan hukum nasional itu
merupakan dua bidang hukum yang berbeda satu sama lain. Pendukung aliran ini
adalah Triepel (1899) dan Anzilotti (1928) mengajarkan apa yang disebut dengan
teori dualisme atau teori pluralistik. Menurut teori ini, hukum nasional dan hukum
internasional merupakan dua sistem hokum yang sama sekali berbeda secara intrinsik.
Perbedaan antara hukum nasional dan hukum internasional, berdasarkan tiga
sandaran, yaitu perbedaan sumber hukum,subjek hukum, dan kekuatan hukum.
Mengenai sumbernya, jika hukum nasional bersumber pada kehendak negara itu
sendiri, sedangkan hukum internasional bersumber pada kehendak bersama negara-
negara dalam masyarakat internasional. Terkait subjek hukumnya, maka subjek
hokum nasional adalah individu-individu yang terdapat dalam suatu negara.
Sedangkan subjek hukum internasional adalah negara-negara anggota masyarakat
internasional. Sedangkan perbedaan mengenai kekuatan hukumnya, maka hukum
nasional lebih memiliki kekuatan mengikat dibandingkan dengan hukum
internasional yang lebih bersifat mengatur hubungan negara-negara secara horizontal.
Dalam hal ini, Anzilotti menggunakan pendekatan berbeda,walaupun memiliki muara
yang sama. Menurutnya, perbedaan mendasar dari hukum nasional dan hukum
internasional adalah terletak pada hakikat bahwa hokum nasional harus ditaati,
sedangkan hokum internasional harus dijunjung tinggi, sebagai hasil kesepakatan
bersama.
Di dalam teori ada 2 (dua) pandangan tentang hukum Internasional ini yaitu
pandangan yang dinamakan voluntarism, yang mendasarkan berlakunya hukum
Internasionaal dan bahkan persoalan ada atau tidaknya
hukum Internasional ini pada kemauan negara dan pandangan obyektif yang
menganggap ada dan berlakunya hokum Internasional ini lepas dari kemauan
Negara Faham dualisme, yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum
Internasional bersumberkan pada kemauan negara, maka hukum
Internasional dan hukum Nasional merupakan dua sistem atau perangkat
hukum yang terpisah satu dari yang lainnya. Akibat-akibat dari pandangan
dari faham dualisme ini bahwa menurut pandangan ini kaedah-kaedah dari
perangkat hukum yang satu tidak mungkin bersumberkan atau berdasarkan
pada perangkat hukum yang lain. Akibat kedua adalah bahwa menurut
pandangan ini tidak mungkin ada pertentangan antara kedua perangkat
hukum itu, yang mungkin hanya penunjukan (renvoi) saja. Akibat lain
yang yang penting pula dari pandangan dualisme ini bahwa ketentuan hukum
Internasional memerlukan transformasi menjadi hukum nasional sebelum dapat
berlaku di dalam lingkungan hokum nasional. Faham monisme didasarkan atas
pemikiran kesatuan dari pada seluruh hukum yang mengatur hidup manausia.
Dalam rangka pemikiran ini, hokum Internasional dan hukum Nasional
merupakan merupakan dua bagian daripada satu kesatuan yang lebih besar
yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat daripada pandangan
monisme ini adalah bahwa antara dua perangkat ketentuan hukum ini mungkin
ada hubungan hierarki. Persoalan hierarki antara hukum nasional dan hukumAndi
Tenripadang, Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional Internasional
inilah yang melahirkan beberapa sudut pandangan yang berbeda dalam aliran
monisme mengenai masalah hukum manakah yang utama dalam hubungan antara
hukum Nasional dan hukum Internasional ini. Ada pihak yang menganggap bahwa
dalam hubungan antara hukum Nasional dan hokum Internasional yang utama adalah
hokum Nasional.
Faham ini adalah faham monism dengan primat hukum Nasional. Faham lain yang
berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum Internasional
yang utama adalah hukum Internasional. Pandangan ini disebut faham monisme
dengan primat hukum Internasional. Pandangan yang melihat kesatuan antara hukum
Nasional dan hokum Internasional dengan primat hokum Nasional ini pada
hakikatnya menganggap bahwa hukum Internasional itu bersumberkan kepada hukum
nasional. Alasan utama daripada anggapan ini adalah:
(1) bahwa tidak ada satu organisasi di ataas negara-negara yang mengatur kehidupan
negara-negara di dunia ini;
(2) dasar daripada hokum Internasional yang mengatur hubungan
Internasional adalah terletak di dalam wewenang negara-negara untuk
mengadakan perjanjian-perjanjian Internasional, jadi wewenang
konstitusional. Paham monisme dengan primat hukum Internasional, maka hukum
nasional itu bersumber pada hokum Internasional yang menurut pandangan ini
merupakan suatu perangkat ketentauan hukum yang hierarkis lebih
tinggi. Menurut faham ini hokum Nasional tunduk pada hokum Internasional pada
hakikatnya berkekuatan mengikatnya berdasarakan suatu “pendelegasian” wewenang
daraipada hukum Internasional.
BAB IV
1. Hukum pidana internasional dalam arti ruang lingkup territorial pidana nasional
(internastional criminal law in the meaning of the territorial scope of municipal
criminal law);
2. Hukum pidana internasional dalam arti kewenangan internasional yang terdapat di
dalam hukum pidana internasional (international criminal law in the meaning of
internationally priscribel municipal criminal
law);
3. Hukum pidana internasional dalam arti kewenangan internasional yang terdapat
dalam hukum pidana nasional (international criminal law in the meaning of
internationally authorised municipal criminal law);
4. Hukum pidana internasional dalam arti ketentuan hukum pidana nasional yang
diakui sebagai hukum yang patut dalam kehidupan masyarakat bangsa yang beradab
(internasional criminal law in the meaning of municipal criminal law common to
civillised nations);
5. Hukum pidana internasional dalam arti kerja sama internasional dalam mekanisme
administrasi peradilan pidana nasional (internasional criminal law in the meaning of
international co-operation in the administration of municipal criminal justice);
6. Hukum pidana internasional dalam arti materiil (international criminal in the
material sense of the word). Di dalam hukum pidana nasional, hukum pidana
internasional diakui sebagai salah satu sumber hukumnya, disamping sumber hukum
lainnya seperti undang-undang, doktrin, yurisprudensi, dan kebiasaan. Berkaitan
dengan hal tersebut, dalam hubungan hukum pidana internasional dengan hukum
pidana nasional telah melahirkan beberapa pandangan berkaitan dominasi hukum dari
kedua bidang hukum tersebut, yaitu faham dualisme dan faham monisme yang terbagi
atas dua yaitu teori monisme dalam primat hukum nasional dan teori monisme dengan
primat hukum internasional. Faham yang pertama yakni faham dualisme yang
bersumberpada teori bahwa daya ikat hukum internasional bersumberkan pada
kemauan negara, maka hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua
sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang lainnya (Istanto, 1998:5).
8. Akibat-akibat dari pandangan dari faham dualisme ini bahwa menurut pandangan
ini kaedah-kaedah dari perangkat hukum yang satu tidak mungkin bersumberkan atau
berdasarkan pada perangkat hukum yang lain. Akibat yang kedua adalah bahwa
menurut pandangan ini tidak mungkin ada pertentangan antara kedua perangkat
hukum itu, yang mungkin hanya penunjukan (renvoi) saja. Akibat lain yang yang
penting pula dari pandangan dualisme ini bahwa ketentuan hukum pidana
internasional memerlukan transformasi menjadi hukum pidana nasional sebelum
dapat berlaku didalam lingkungan hukum pidana nasional. Faham yang kedua yakni
faham monisme yang didasarkan atas pemikiran kesatuan dari pada seluruhhukum
yang mengatur hidup manusia. Dalam rangka pemikiran ini, hukum pidana
internasional dan hukum pidana nasional merupakan dua bagian daripada satu
kesatuan yang lebih besar yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat
daripada pandangan monisme ini adalah bahwa antara dua perangkat ketentuan
hukum ini mungkin ada hubungan hierarki. Persoalan hierarki antara hukum pidana
nasional dan hukum internasional inilah yang melahirkan beberapa sudut pandangan
yang berbeda dalam aliran mononisme mengenai masalah hukum manakah yang
utama dalam hubungan antara hukum pidana nasional dan hukum pidana
internasional ini. Ada pihak yang menganggap bahwa dalam hubungan antara hukum
pidana nasional dan hukum internasional yang utama adalah hukum pidana nasional.
Faham ini adalah faham monisme dengan primat hukum nasional. Faham lain yang
berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hokum internasional
yang utama adalah hukum internasional. Pandangan ini disebut faham monisme
dengan primat hukum internasional Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa
hubungan antara hokum pidana nasional dengan hukum pidana internasional yang
lebih utama adalah hukum pidana internasional. Pandangan yang melihat kesatuan
antara hukum nasional dan hokum internasional dengan primat hukum nasional ini
pada hakikatnya menganggap bahwa hukum internasional itu adalah bersumberkan
dari hukum nasional. Alasan utama daripada anggapan ini adalah:
1. Bahwa tidak ada satu organisasi di atas negara-negara yang mengatur
kehidupan negara-negara di dunia ini;
2. Dasar daripada hukum internasional yang mengatur hubungan internasional adalah
terletak di dalam wewenang negara-negara untuk mengadakan perjanjian-perjanjian
internasional, jadi wewenang konstitusional. Berdasarkan pandangan ini maka yang
utama dalam hubungan antara hukum pidana nasional dengan hukum pidana
internasional adalah hokum pidana nasional. Meskipun hukum pidana nasional
mempunyai kewenangan sesuai dengan yuridiksi teritorialnya atas semua peristiwa
yang terjadi di wilayah kedaulatan suatu negara, tetap dikecualikan terhadap peristiwa
pidana atau kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan internasional,
misalkan International Criminal Court berdasarkan Statuta Roma tetap bias
menjalankan yuridiksi teritorialnya diwilayah yuridiksi negara yang berdaulat dengan
tujuan untuk menjaga keamanan, kedamaian dan melindungi hak-hak masyarakat
internasional. Olehnya itu, ada dualisme pemahaman mengenai kedudukan hukum
pidana internasional di dalam hukum pidana nasional negara yang berdaulat, yaitu:
1. Hukum pidana internasional merupakan sebagai pelengkap dalam hukum pidana
nasional. Kedudukan Hukum pidana internasional dalam hukum pidana nasional
hanya sebagai pelengkap karena baik hukum pidana internasional maupun hukum
pidana nasional memiliki hubungan yang bersifat komplementer antara satu dengan
yang lainnya sebab aturan hukum pidana internasional (Statuta Roma) sebagian besar
sudah diadopsi dan diratifikasi kedalam undang- undang hukum pidana nasional oleh
masing-masing negara yang berdaulat, disamping itu, negara berhak untuk mengadili
setiap pelaku kejahatan yang terjadi di wilayah yuridiksi teritorialnya, meskipun
perbuatan tersebut dikualifikasikan sebagai kejahatan internasional.
2. Hukum pidana internasional berada di atas hukum pidana nasional.Hukum pidana
internasional mempunyai kedudukan lebih tinggi dibandingkan hukum pidana
nasioanal manakala dalam proses peradilan terhadap para pelaku kejahatan
internasional terjadi praktek impunitas dengan maksud melindungi para pelaku
kejahatan internasional sehingga hukum pidana internasional dapat menerpakan
yuridiksinya berdasarkan Statuta Roma yang sudah disepakati sebagai aturan hukum
yang mengikat bagi negara-negara peserta maupun yang bukan peserta selama ada
persetujuan khusus dengan hokum pidana internasional.
BAB V
Penutup
1.5 Kesimpulan
Hukum Internasional dapat dirumuskan sebagai sekumpulan hokum yang sebagian besar
terdiri dari asas-asas dan peraturan-peraturan tingkah laku yang mengikat negara-negara dan
karena itu biasanya ditaati dalam hubungan negara-negara satu sama lainnya.
Pengutamaan hukum yang mengatur hubungan hukum antar Negara dalam hubungan
Internasional, dikenal adanya 2 (dua) faham (pandangan), yaitu:
1. Faham dualisme, yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hokum Internasional
bersumberkan pada kemauan negara, maka hokum Internasional dan hukum Nasional
merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang
lainnya.
2. Faham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari pada seluruh
hukum yang mengatur hidup manausia. Dalam rangka pemikiran ini, hukum Internasional
dan hokum Nasional merupakan dua bagian daripada satu kesatuan yang lebih besar yaitu
hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat daripada pandangan monisme ini adalah
bahwa antara dua perangkat ketentuan hukum ini mungkin ada hubungan hierarki. Persoalan
hierarki antara hukum nasional dan hokum Internasional inilah yang melahirkan
beberapa sudut pandangan yang berbeda dalam aliran monism mengenai masalah hukum
manakah yang utama dalam hubungan antara hukum Nasional dan hokum Internasional ini.
Ada pihak yang menganggap bahwa dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum
Internasional yang utama adalah okum Nasional.
Daftar Pustaka