Anda di halaman 1dari 19

Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law, dan Islamic Law

Ditinjau dari Perspektif Sejarah Hukum dan Karakteristik Sumber


Hukum

Makalan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Perbandingan Hukum Perdata – A

Disusun Oleh :
Mikael Adityo Bakuh Hernanda
11000120120163

Dosen Pengampu : Ibu Herni Widanarti, S.H., M.H

Progam Studi S1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas Penulis ucapkan kecuali Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas terselesainya Makalah yang berjudul “Perbandingan Sistem Hukum Common
Law, Civil Law, dan Islamic Law Ditinjau dari Perspektif Sejarah Hukum dan
Karakteristiknya”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Perbandingan Hukum Perdata kelas A. Tidak lupa Penulis mengucapkan Terimakasih atas
segala bantuan serta dukungan moral dan materill yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka dari itu disini Penulis mengucapakan Terimakasih Kepada :

1. Ibu Herni Widanarti, S.H., M.H., Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Perbandingan
Hukum Perdata kelas A yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu, materi,
pengetahuan, saran, ide, dan kesempatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dalam
Mata Kuliah Perbandingan Hukum Perdata dan Ilmu Hukum lainya.
2. Orang tua Penulis yang selalu memberikan dukungan moril dan materill hingga
terselesainya makalah ini.
3. Teman teman kelas Perbandingan Hukum Perdata kelas A yang telah membantu,
bekerja sama, dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan satu semester.
4. Semua pihak yang tidak dapat Penulis rinci secara satu per satu yang telah membantu
dan membimbing Penulis dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis disini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdaoat
beberapa kekurangan, oleh karena itu disini Penulis sangata mengharapkan adanya saran dan
kritik yang membangun dari pembaca makalah ini untuk tujuan penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengahrapakan semoga tulisan makalah ini dapaat bermanfaat bagi pembaca
makalah ini.

Semarang, 19 Mei 2023

Mikael Adityo Bakuh Hernanda


NIM 11000120120163
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
1. Apa yang Dimaksud Dengan Perbandingan Sistem Hukum ?..........................................7
2. Bagaimana Perbandingan Sistem Hukum Civil Law, Common Law, dan Islamic law
dari Persepektif Sejarah ?..........................................................................................................8
3. Bagaimana Karakteristik Sumber Hukum yang Terdapat dalam Sistem Hukum
Common Law, Civil Law, dan Islamic Law ?..........................................................................16
BAB III...........................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
a. Kesimpulan.......................................................................................................................19
b. Saran.................................................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasar pada Adagium Hukum Dormiunt Aliquoando leges, nunquam
moriuntur yang berarti hokum terkadang tidur tetapi hukum tidak pernah mati. Hal ini
selajaln dengan kehidupan berbangsa dan bernengar, didalam suatu bangsa atau
negara tentu terdapat hukum di dalamnya yang berguna untuk mengatur kehidupan
masyarakat bangsa atau negara tersebut walaupun terkadang hukum itu tidak terlihat
di dalam masyarakat namun hukum itu ada dan selalu berada dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hukum adalah hasil produk politik yang terpengaruh oleh
moral, agama, dan ideologis dalam setiap produk perundang undnagan yang
dikeluarkan. Hukum membaur dan sudah mengikat dari tatanan kehidupan terkecil
sebelum masyarakat yaitu keluarga yang terus berkembang semakin komplek
menjadi masyarakat. Hukum ditujukan untuk mengatur dan mempertahanakn
sistem pergaulan hidup anggta masyarakat secara keselruuhan menjaga batas
Batasan hak dan kewajiban. Setiap hukum memiki kehidupanya sendiri sesuai
dengan apa yang menjadi pergaulan nya dimana dalam pergaulan hidup terbagi
menjadi beberapa bangsa dan negara yang tentu juga memiliki hukum sendiri yang
saling mengikat dalam suatu tatanan sistem hukum.
Sistem hukum menjadi satu kesatuan dengan konsep hukum yang saling
memiliki keterkaitan satu dengan lainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sistem hukum diartikan sebagai unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Sedangkan apabila disatukan dengan hukum yang dapat
diartikan sebagai peraturan yang terdapat dalam suatu negara yang sifatnya
mengikat, mengatur, dan memaksa setiap warga negara. Sehingga sistem hukum
dapat dipahami sebagai keseluruhan aturan mengenai hal yang harus dilakukan dan
yang tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat dan secara terpadu dari satuan
kegiatan satu sama lain manusia untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam hukum
tersebut. Sistem hukum juga dapat diartikan sebagai kesatuan dari tatanan atas
unsur unsru yang satu sama lain hal saling behubungan secara erat dan bekerja sama
untuk mengatur kehidupan manusia yang satu dengan lainya agara terjalin
hubungan yang saling menguntungkan tanpa adanya petikaian dalam kehidupan
bernegara antara masyarakat. 1
Sistem hukum terkadang juga disebut sebagai tradisi hukum karena memiliki
ilmu yang bisa dikaji lebih dalam dan spesifik melalui proses perbandingan yang
dilakukan dengan melihat dan menilai terkait dengan ideologi, letal geografis,
persamaan, sejarah, suku atau ras, sumber hukumnya, dan lembaga hukumnya. Hal
hal tersbeut yang dapat menjadi pembeda dari setiap sistem hukum yang ada di
dunia ini karena ada kekhasan dalam setiap sistem hukum yang dijadikan sebagai
objek pembanding. Sistem hukum yanga akan dibahas pada Makalah ini yaitu sistem
hukum Civil Law (Sistem hukum Eropa Kontinental), sistem hukum Common Law
(sistem hukum Anglo Saxon), dan sistem hukum islam. Sistem hukum Civil Law
banyak diterapkan pada negara negara di Eropa Barat, Amerika Latin, Timur Dekat,
Afrika, dan salah satunya adalah Indonesia. Civil Law banyak diterapkan pada negara
yang menguataman peraturan dengan tertulis seperti perundang undangan yang
dijadikan sebagai dasar hukum yang harus ditaati warga negaranya. Sedangkan
Common law dianut oleh negara Inggris yang kemudian menyebar luas ke Amerika
Serikat, Kanada, Amerika Utara, dan Australia. Sistem hukum Common Law lebih
mengutamakan outusan hakin atau yuresprudensi yang telah disahkanb dan
mengikat mewujudkan kepastian hukum namun tetapi memggunakan peraturan
perundang undangan sebagai pelengkap peraturan. 2 Sedangkan Islamic Law atau
Hukum Islam banyak dianut oleh negara negara yang terlatak pada Asia Timur
Tengah atau negara negara yang terletak berdekatan dengan Arab Saudi. Sistem
hukum Islamic Law lebih mengutamakan ajaran ajaran agama islam yang bersumber
dari Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad atau kesepakatan para Ulama untuk
menetapkan hukum atas suatu perkara. 3

1
Praise Juinta Siregar, Perbandingan Sistem Hukum Civil Law dan Common Law dalam
Penerapan Yurisprudensi Ditinjau dari Politik Hukum. Vol 2 No 2, Jurnal Program Magister
Hukum Fakultas Universitas Indonesia, Juni 2022, hlm 1027
2
Peter de cruz, Perbandingan Sistem Hukum Commom Law, Civil Law dan Socialist Law,
Jakarta : Diadit Media, 2013, hlm 4
3
Tim Penyusun, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama
Islam, Departemen Agama, Agustus 2002, hlm 16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang makalah ini yang telah diuraikan
diatas maka disini akan diangkat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apa yang Dimaksud dengan Perbandingan Sistem Hukum ?
2. Bagaimana Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law, dan Islamic
law dari Persepektif Sejarah ?
3. Bagaimana Karakteristik Sumber Hukum yang Terdapat dalam Sistem Hukum
Common Law, Civil Law, dan Islamic Law ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini disusun adalah untuk mengetahui secara umum
Perbandingan sisetem Hukum Civil Law, Common Law, dan Islamic Law, adapun
secara khusus tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Perbandingan Sistem Hukum.
2. Mengetahui Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law, dan Islamic
Law dari Perspektif Sejarah.
3. Mengetahui Karakteristik Sumber Hukum yang terdapat dalam Sistem Hukum
Common Law, Civil Law, dan Islamic Law.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa yang Dimaksud Dengan Perbandingan Sistem Hukum ?


Istilah penyebutan perbadingan hukum secara garis besar terbagi menjadi
beberapa bahasa. Dalam Bahasa Inggris disebut Comparative Law, dalam Bahasa
Jerman disebut Rechsvergleichung atau Vergeleichende Rechtslehre, dalam bahsa
Belanda disebut sebagau Rechtsvergelijking, dan dalam Bahasa Perancis disebut
dengan Droit Compare.4 Perbandingan merupakan cara yang dilakukan dalam suatu
ilmu pengetahuan dimana mencari perbedaan atau persamaan dari beberapa objek
yang dicari atau dibahas. Secara terminologi, perbandingan sistem hukum adalah
salah satu bidang ilmu pengetahuan dalam perspektif akademik secara lebih khusus
dalam ranah ilmu hukum untuk melakukan perbandingan sistem hukum,
perbandingan ilmu hukum, dan perbandingan tradisi hukum. Perbandingan sistem
hukum memiliki peran dalam ilmu hukum untuk mendefinsiikan dari segi persamaan
dan segi perbedaan suatu ilmu atau sistem hukum yang dibandingakn antar dua atau
lebih sistem hukum. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbandingan sistem hukum itu
adalah bentuk ilmu dan metode pendekatan ilmu hukum yang mengungkapkan sisi
persamaan atau perbedaan perbandingan sistem hukum juga dapat disebut sebagai
ilmu perbandingan tentang hukum. 5
Menurut Rudolf B. Schlesinger dalam bukunya Comparative Law menyatakan
bahwa Comparative Law merupakan salah satu metode penyelidikan dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu.
Selanjutnya diartikan juga Comparative Law bukan suatu perangkat dan azas-azas
hukum, bukan suatu cabang hukum, lebih dalam diartikan kembali bahwa
Comparative Law adaalah suatu cara menggarap unsu rasing yang aktual dalam suatu
masalah hukum. Sedangkan menurut Gutteridge dalam bukunya yang berjudul
Comperative Law yang terbit pada tahun 1949 mengartikanb bahwa perbandingan

4
Praise Juinta W.S. Siregar, Perbandingan Sistem Hukum Civil Law dan Common Law dalam Penerapan
Yurisprudensi Ditinjau dari Politik Hukum, Vol 2 No 2, Jurnal Progam Magister Hukum Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Juni 2022, hlm 1027
5
Misbahul Huda, Perbandingan Sistem Hukum, Jakarta, CV Cendekia Press, 2020, hlm 2
hukum tidak lain dari suatu metode yaitu metode perbandingan yang digunakan dalam
semua cabang ilmu hukum. 6
Sehingga dalam hal ini, perbandingan sistem hukum adalah cara untuk
membandingkan hukum yang satu dengan sistem hukum yang lain mengenai
persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan disini memberi penejlasan dan
fungsinya dimana hukum dapat mempengaruhinya. Setiap bangsa atau negara
memiliki system hukum nya masing masing namun dapat juga terjadi kesamaan
aturan natara negaera yang satu dengan yang lainya walaupun terdapat perbdaan dari
segi filosofis dan prosedur hukumnya.

2. Bagaimana Perbandingan Sistem Hukum Civil Law, Common Law, dan


Islamic law dari Persepektif Sejarah ?
Setiap sistem hukum memiliki ciri kekhasannya masing masing yang dapat
ditinjau dari segala sisi yang dapat menentukan adanya perbedaan bahkan adanya
persamaan dari setiap sistem hukum, tersebut, pada sub bab ini akan dibahas
Perbandingan Sistem Hukum Civil Law, Common Law, dan Islamic Law dari
Perspektif Sejarah, antara lain :
a. Sejarah Sistem hukum Civil Law (Hukum Eropa Kontinental)
Civil Law atau dapat juga disebut sebagai system hukum Eropa
Kontinental lahir dari adanya Hukum Romawi di dunia ini, bahkan dapat
dikatakan bahwa Hukum Romawi menjadi roh dari system hukum Eropa
Kontinental walaupun sistem hukum Anglo Saxon juga memakai sedikit Hukum
Romawi. Sistem hukum Eropa Kontinental biasa disebut juga dnegan sistem
hukum Romano Germania atau Civil Law. Sistem hukum Eropa Kontinental
banyak dianut oleh negara negara di eropa sepeteri Jerman, Italia, Belanda,
Perancis, Swiss, Austria, sebagian negara Amerika Latin, Turki, Afrika utara dan
Madgascar. Pada akhirnya negara negara Asia juga banyak menggunakan sistem
hukum Eropa Kontinental yang dibawa oleh negara penjajah yang terus
disebarkan di daerah jajahan seperti contoh Belanda yang membawa sistem
hukum Eropa Kontinental ke Indonesia. 7

6
Nurul Qamar, Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan, Makasar, Refelksi, 2010, hlm 6
7
Munir Fuady, Perbandingan Ilmu Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm 31
Sistem hukum Eropa Kontinental lebih menguatamakan pada penggunaan
Hukum Tertulis yaitu Peraturan Perundang undnagan sebagai sumber hukum
utamanya, walaupun pada perkembanganya pada saat ini beberapa negara sudah
menerapkan sumber lain seperti putusan hakim atau Yurisprudensi sebagai sumbr
hukum pelengkap dari yang telah tercantum dalam peraturan perundang
undangan. Penganut sistem hukum Eropa Kontinental menjadikan hukum
menggabungkan unsur polits yang kuas sehingga menjad lebih teoritism koheren
dan terstruktur dengan baik. Sejarah dan Perkembangan sistem hukum Civil Law
atau sistem hukum Eropa Kontinental terjadi dalam beberapa Fase, antara lain :8
1. Fase Formasi Hukum Romawi
Pada fase ini terjadi sekitar tahun 450 Sebelum Masehi yang dimulai
sejak berlakunya The Twelve Tables atau Undang Undang Dua Belas
Pasal yang dijadikan sebagai sumber utama dan pertama hukum
romawi yang memuat kumpulan peraturan dasar dari adat latin dan
beberapa campuran hukum Yunani. Pada Fase ini The Twelbe Tables
masih dikatakan kurang komplis sebagai bagian dari legislasi karena
masih banyak terdakah hukum yang belum dituliskan.
2. Fase Kematangan Hukum Romawi
Fase kematangan hukum romawi terjadi sekitar abad ke VI masehi
dimana dalam Fase ini berlaku Corpus Juris Civilis yang merupakan
kompliasi aturan hukum yang dibuat atas perintah Raja Justinian yang
bersumber dari keputusan raja sebelumnya dengan sedikit perubahan
yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada saat
itu. Hukum ini terdiri atas campuran dari adat istiadat germanik dan
hukum romawi yang ditujukan untuk bangsa Jerman dan Romawi.
Corpus Juris Civilis hancur bersamaan dengan jatuhnya kekaisaran
Romawi. Corpus Juris Civilis terdiri atas beberapa bagian di dalamnya
seperti Instituate yang memuat risalah sebagai pengantar hukum bagi
yang belum mengenal hukum dengan baik, kemudian terdapat Digest
atau Pandect yang memuat kompliasi dari pendapat Juris Romawi
yang disusun dengan rapi berdasarkan judulnya dan kategorinya.
Bagian ketiga terdapat Code yang memuat kumpulan aturan hkum
termasuk maklumatb dan keputusan yang disususn secara kronologi
8
Ibid, hlm 56
agar bias mudah dicari. Bagian terakhir terdapat bagian The Novels
yang berisi kumpulan aturan dari Raja Justinian sendiri dari koleksinya
pribadi yang kemudian disebarluaskan.
3. Fase Kebangkitan Kembali Hukum Romawi
Pada fase bangkitnya kembali hukum Romawi terjadi sekitar abad ke
XI Masehi yang ditandai dengan diberlakukanya kembali Corpus Juris
Civilis yang sempat hancur bersamaan dengan hancurnya kekaisaran
Romawi. Diberlakukanya kembali Corpus Juris Civilis karena adanya
konsep imperium Romawi Suci atau Holy Roman Empire yang
menganggap Raja Justinian sebagai Raja Suci yang kemudian banyak
diakui oleh para Ahli yang meyakini bahwa Corpus Juris Civilis
adalah Kitam Hukum yang sangat baik. Seiring dengan perkembangan
waktu hukum Romawi terus berkembang sebagai objek pembelajaran
hukum pada universitas universitas di seluruh Eropa yang pada
akhirnya banyak melnciptakan para ahli hukum dan kelompok ahli
hukum seperti Glossator dan Commentator yang keduanya banyak
mempelajari Corpus Juris Civilis yang kemudian disebut juga sebagai
Jus Commune yang didalamnya terdapat gabungan Corpus Juris
Civilis dan hukum kanonik yang pada saat itu juga mengalami
perkembangan yang baik.
4. Fase Resepsi Hukum Romawi
Fase ini terjadi sekitar abad XVI masehi yang ditandai dengan
berlakunya Jus Commune di Eropa. Pada fase ini pusat studi hukum
belanda mengalami perkembangan pesat dan melahirkan kelompok
The Humanist yang mengkaji hukum alam modern dengan Teknik
kajian sejarah dan filosofi yang pada akhirnya dapat mengembangkan
sistem hukum yang sistematis yang berlaku universal, sehingga
Corpus Juris Civilis hanya dipandang sebagai bahan sejarah hukum
saja.
5. Fase Kodifikasi Hukum
Fase ini dinamakan kodifikasi hukum karena pada fase ini terdapat
berbagai kodifikasi di berbagai negara yang salah satunya adalah Code
Napoleon di Perancis yang merupakan akibat dari aliran hukum alam
yang terus dikembangkan untuk mempertahankan aturan dan prinsip
hukum yang logis.
6. Fase Resepsi Kodifikasi
Pada fase ini beberapa negara di Eropa memberlakukan Code
Napoleon yang disesuaikan dengan kondisi negaranya, misalnya di
Belanda pada tahun 1838 diberlakukan Burgerlijke Wetboek yang
merupakan hasil kodifikasi hukum perdata.
Fase kejayaan dari Hukum Romawi terjadi pada saat diberlakukanya
berbagai peraturan perundang undnagan yang mendanakan dimulainya Civil Law
sebagai sistem hukum yang lahir, tumbuh, dan berkembang di Eropa Kontinental.
Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin berubah sistem hukum ini
selalu mengalami pernyempurnaan untuk menyesuaikan kebuatuhan masyarakat,
sistem hukum Civil Law atau Eropa Kontinental ini berlaku di daratan Eropa
Barat dan sekitarnya hingga ke Asia dan Afrika yang dibawa oleh bangsa Eropa
saat menjajah wilayah tersebut dengan menggunakan Asas Konkordasi. 9

b. Sejarah Sistem Hukum Common Law (Hukum Anglo Saxon)


Sistem hukum Common Law atau yang biasa disebut dengan sistem
hukum Anglo Axon berlaku dan berkembang sejak abad ke 16 di negara Inggris
yang kemudian dengan adanya factor geografis, politik, dan social yang baik
sistem hukum ini bekembang hingga keluar wilayah negara Inggris seperti di
Amerika, Kanada, dan negara bekas jajahan Inggris atau negara persemakmuran.
Pada sistem hukum ini sumber hukum tertinggi hanya pada kebiasaan masyarkaat
yang kemudian dikembangkan di pengadilan dan menjadi putusan pengadilan
sehingga sistem hukum Common Law juga terkadang disebut sebagai Unwritten
Law atau sistem hukum tidak tertulis. 10
Sistem Hukum Common Law atau Anglo Saxon ini lahir pada tahun 1066
dimana pada saat itu negara Inggris bersifat Feodalistik yang melakukan
pembagian wilayah yang dikasakan kepada Lord dimana rakyat tersebut harus
menyewanya kepad Lord yang memimpin wilayah itu. Semakin lama kekuasan
lord semakin besar dan luas dengan memben tuk pengadilan sendiri yang

9
Agus Supriyadi, Perbandingan SIstem Hukum Common Law dan Civil Law di Bidang Hubungan Industrial,
Jakarta Penelitian Mandiri Dosen Universitas Esa Unggul, 2018, hlm 6
10
Munir Fuady, Opcit, hlm 58
dinamakan Minoral Court dnegan tugasnya menjalanakan kebiasaan masyarakat
dan hukum yang ditetapkan oleh Lord itu sendiri. Oleh karena hal tersebut banyak
muncul kesewenang wenangan dan penyelewenga yang berakibat banyaknya
pemberontakan dan terdengar oleh Raja Henry II. Sehingga Kerajaan Inggris
melakukan beberapa tindakan seperti menyusuk hukum inggris agar terdapat
kepastian hukum yang ditulis dalam Bahasa latin oleh Raja Henry II berjudul
Legibus Angliae., kemudian juga memberlakukan Writ System atau surat perintah
raja kepada tergugat untuk membuktikan hak hak penggugat tidak benar, sehingga
tergugat memiliki hak untuk membela diri. Serta melakukan sentralisasi
pengadilan yang mengacu pada Common Law dengan mengesampingkan hukum
kebiasaan. 11
Semakin lama semakin banyak perkara bermunculan namun system
hukum inggris dan Writ System dapat dikatakan masih terbatas sehingga banyak
rakyat Inggris mencari pembelaan dan keadilan pada Gereja atau disebut sebagai
Lord of Chancellor. Pengadilan Gereja ini dilaksanakan oleh Pimpinan Gereja,
system ini tidak bertentangan dengan Hukum Inggris karena didasarkan pada
prinsip Common Law dengan hakim yang bertindak untuk dan atas nama Gereja.
Oleh karena hal tersebut semakin banyak kepercayaan dari masyarakat untuk
mencari keadilan pada Lord of Chancellor yang pada akhirnya membentuk
pengadilan sendiri yaitu Court of Chancerry. Pada tahun 1873 hingga 1875
Inggris menyatukan pengadilan Royal Court dengan Court of Chancerry untuk
menyelesaikan perkara Common Law dan Equity. System Hukum Inggris ini
dipegang oleh Juri dalam institusi peradilan. Termasuk pada perkara pidana yang
diganti oleh Grand Jury. 12
Lambat laun, Raja Henry II juga melakukan pengembangan hukum dengan
melakukan pengiriman hakim dari pengadilan pusan untuk menyelesaikan
perselisihan di seluruh wilayah. Hakim disini dapat menyelesaikan secara ad hoc
dengan apa yang ia tafsir yang kemudian akan kembali ke pengadilan pusat untuk
dibahas dan diputus. Hakim disini terikat untuk mengikuti keputusan hakim
sebelunya untuk memudahkan dalam menafsirkan suatu perkara dengan
menerpalm prinsip yang sama dengan hakim sebelumnya kemudian putusan
tersebut dianggap sebagai preseden yang mengikat. Sehingga putusan hakim

11
Ibid, hlm 59
12
The Common and Civil Law Tradition, The Robbins Collection, Oxford, 2010, hlm 4
dapaty dijadikan sebagai sumber hukum dalam system hukum Common Law.
Pada asaat ini hukum inggris juga menciptakan pengadilan tertulis prerogative
untuk orang yang keberaatan terhadap keputusan administratif dan pejabat negara.
Sistem hukum Inggris atau Common Law sistem terus berkembang hingga ke
Amerika yang menganggap bahwa Common Law adalah hukum yang paling
akrab dan dapat diterima daripada sistem hukum yang lainya. 13

c. Sejarah Sistem Hukum Islamic Law (Sistem Hukum Islam)


Fase awal ada dan berkembanya hukum Islam sejak adanya Nabi
Muhammad di Kota Makkah yang merupakan Nabi dan Rasul yang dipercayai
oleh Allah untuk menyampaikan ajaran dan kebenaran agama islam hingga saat
ini banyak dianut oleh berbagai bangsa dan negara. Sistem hukum Islam dibagi
menjadi beberapa fase perkembangan, antara lain 14:
1. Fase Rasulullah Muhammad SAW
Fase ini terjadi sekitar tahun 610 hingga 632 sebelum masehi. Pada
fase ini dimuali dari sebelum adanya Nabi Muhammad di kota Makkah hanya
sebatas kota yang tandus, gersang, dan banyak permasalahan yang timbul,
bahkan banyak terjai konflik antar suku pada saat mereka menemukan adanya
sumber air atau tanaman hijau yang dapat dijadakan sebagai sumber pangan.
Perlu diketahui bahwasanya masyarakat kota Makkah hidup secara patrilineal
atau laki laki yang kuat dan bijaksna akan diangkat sebagai kepala suku.
Sehingga disini perempuan tidak dianggap terlalu penting bahkan wanita
hanya dibebani kewajiban saja tanpa adanya hak bagi mereka, sehingga pada
waktu itu banyak bayi perempuan baru lahir langsung dikubur hidup hidup
karena dianggap sebagai aib keluarga. Pada saat itu masyarakat Makkah juga
meninggalkan ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dengan
menyimpang menyembah berhala yang ada di sekitar Ka’bah.
Pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau pada tanggal 20 April 571 Masehi
Muhammad lahir dari ibu bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah.
Namun, saat masih anak-anak, Muhammad harus menjadi seorang yatim piatu,
sehingga pengasuhan dilanjutkan oleh kakek beliau, yakni Abdul Muthalib.

13
Munir Fuady, Opcit, hlm 60
14
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 1996, hlm 153-190
Beranjak dewasa, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah di usia 25
tahun. Muhammad beranjak memasuki usia matang dan tersadar akan kondisi
kota Makkah. Di usia ke-37, Muhammad memutuskan untuk berkhalwat
(menyendiri) di Gua Hira‟. Beliau sering melakukannya hingga usia ke-40
tahun. Saat itu pula Allah menurunkan wahyu melalui perantara malaikat
Jibril, tepat di bulan Ramadhan tahun 610 Masehi. Setelah 3 tahuh
mendapatkan Wahyu dari Allah, maka Muhammad mendapatkan tugas untuk
memperbaiki akhlaq masyarakat Makkah sehingga mendapat panggilan
Rasulillah SAW.
Dalam hukum Islam yang terdapat dalam klasifikasi ayat ayat Al-Quran dan
juga dari pendapat Beliau yang berjumlah kurang lebih 4.500 hadits, dalam
klasifikasi ayat ayat Al-Quran antara lain :
a. Hukum Keluarga (Perkawinan dan Waris Islam)
b. Hukum perikatan
c. Hukum ekonomi
d. Hukum pidana
e. Hukum tata negara
f. Hukum acara dan peradilan
g. Hukum internasional.
2. Fase Khulafaur Rasyidin
Fase ini terjadi antara 632 hingga 662 sebelum masehi. Setelah
Rasululah wafat maka Wahyu yang diberikan oleh Allah menjadi terhanti.
Islam untuk selanjutnya dibawah pimpinan para Khalida yang berjumlah 4
orang khalifah antara lain Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib. Abu bakar terkenal dengan kehati hatianya dengan
menerapkan hukum islam Beliau selalu menjadikan Al-Quran sebagai dasar
utama. Jika membutuhkan sumber lain Abu Bakar akan mencari pada Hadits.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar berlaku ijtihad dan ijma para ulama.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar juga dikenal adanya pelopor
pembentukan panitia penghimpun Al-Quran yang ditulis dengan pelepah
kurma, kulit unta, untuk kemudian dikumpulkan.
Setelah Abu Bakar wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh Umar bin
Khatab yang mencetuskan tahun hijriyah dan membiasakan shalat sunnah
tarawih di bulan Ramadhan. Umar berpedoman juga pada nash denga nada
beberapa ijtihad yang dilakukan terkait konsep talak tiga dan larangan rujuk
serta xakat yang tidak diberikan bagi muallaf, hukum mencuri saat kelaparan,
dan larangan menikahi ahlul bait. Umar juga berpesan agar dalam mengambil
keputusan harus didasarkan bagi Al-Quran dan Hadits. Jika tidak terdapat bia
dengan membandikan putusan terdahulu atau menggunakan pendapat hakim
yang adil dan bijaksana. Cara sepeti ini kurnag lebih sama dengan system
hukum Common Law. Setelah Umar wafat digantikan oleh Utsman yang
dikenal dengan keberhasilanya membukukan Al-Quran hingga saat ini
dipakai. Beliau yang menjaga otentifikasi Al-Quran sampai sekarang. Setelah
Utsman wafat digantikan oleh Ali bin Abi Thalib namun pada masa ini tidak
bias berkembang luas dan ada perpecahan antara Sunni dan Syiah.
3. Fase Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan
Fase ini terjadi selama 250 tahun dengan berada dalam dua kekhalifahan yaitu
Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Pada fase ini muncul para mujtahid
yang pemikranya digunakan hingga saat ini antara lain 15:
a. Abu Hanifah (Al-Nukman bin Tsabit)
Sumber hukum yang digunakan oleh Madzhab Hanafi yaitu Al-Quran,
Hadits, dan Ar-Ra’yu dnegan menggunakan Ijma, Qiyas, Istihsan, dan Urf
sebagai cara penemuan hukum.
b. Malik bi Anas
Beliau menghasilkan kitab Hadits yang berjudul Al-Muwatta dengan
sumber hukum Al-Quran dan Hadits dengan menggunakan Ijma penduduk
Madinah, Qiyas, da Maslahah Mursalah.
c. Muhammad Idris Asy-Syafi
Beliau mencaptakan karya Ar-Risalah dan Al-Umn dengan sumber hukum
Al-Quran dan Hadits dan menggunakan Ijma, Qiyas, dan Istishab.
d. Ahmad bin Hambal
Beliau mengarang bukun yang berjudul Al-Musnad atau Al-Masnad.
Sumber hukum yang digunakan yaitu Al-Quran dan Hadits. Beliau juga
mengambil Ijtihad dari para Fuqoha dalam menciptakan hukum.
4. Fase Kelesuan Pemikiran
Terjadi sekita abad ke sepuluh hingga abad ke Sembilan belas yang
ditandai dengan adanya pola pikir dan budaya Taqlid. Dalam fase ini tidak ada
15
Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1970, hlm 174
semangat untuk memperbaharui konsep dan pemikiran hukum Islam yang
ditimbulkan dengan banyaknya muncul negara baru di Eropa, Asia, Afrika,
dan Timur Tengah yang menyebabkan terjadi ketidakstabilan politik pada saat
itu sehingga pada fase ini bias dikatakan fase kelesuan atau kemunduruan
hukum Islam.
5. Fase Kebangkitan
Fase kebangkitan ini terjadi pada abad ke 19 hingga sekarang
menandakan naik nya kembali hukum Islam beserta adanya pemikiran yang
melandasi gagasan yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab
dengan Wahabinya. Gagasan ini melahirkan gerkaan politik Pan Islamisme
yang didasari oleh Jamaludin Al-Afghari yang berusaha membangktkan
semangat mencapai kemerdekaan dari penjajahan negara barat. Karena adanya
hal ini muncul berbagai organisasi islam seperti Muhammadiyah yang
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Lambat laun hukum Ilam
menyebar ke berbagai negara dan terdapat bergagai tempat Pendidikan di
dunia juga mempelajari hukum Islam. Hal lain juga dapat dibuktikan di
seluruh universitas di Indonesia yang terdapat progam studi hukum pasti
terdapat hukum Islam sebagai mata kuliah wajib dalam pembelajaran. 16

3. Bagaimana Karakteristik Sumber Hukum yang Terdapat dalam Sistem


Hukum Common Law, Civil Law, dan Islamic Law ?
Setiap sistem hukum memiliki kekhasanya masing masing yang dapat ditinjau
dari bebagai segi, termasuk salah satunya disini dari segi karakteristiknya sumber
hukum nya bukan hanya kepada sumber hukum saja tapi akan dibahas lebih dalam
lagi mengenai karakteristik sumber hukum dari setiap sistem hukum. Pada sub bab
pembahasan kali ini penulis akan membahas karakteristik sumber hukum dari sistem
Hukum Common Law, Civil Law, dan Islamic Law, sebagai berikut :
a. Karakteristik Sistem Hukum Common Law
Sistem hukum Common Law atau biasa disebut sistem hukum Anglo
Saxon muncul dan lahir di Inggris dengan karakteristik pendekatan yang
berdasar pada pengadilan. Pengadilan Common Law tidak dipimpin oleh
beberapa hakim seperti Civil Law, tetapi dipimpin hanya oleh satu hakim

16
Ibid, hlm 189
sebagai wait atau juri dalam mencari dan menemukan jawaban atas
perkara yang ada. Para ahli hukum terdahulu dalam memutus suatu
perkara digunakan untuk sebagai acuan atau dasar dalam menentukan
jawaban atau penyelesaian perkjara di masa depan, sehingga dalam hal ini
tidak menggunakan pengaturna hukum sebagai dasar utama. Kasus hukum
sebelum adanya suatu perkara tersebut sering kali sama sehingga dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam menegakan hukum tersebut dengan
dipandang sebagai konsolidasi dari hukum yang ada. Sehingga peraturan
perundang undnagan dalam system hukum Common Law ditujukan untuk
mengembangkan kasus hukum yang sudah ada. 17
b. Karakteristik Sistem Hukum Civil Law
Civil Law atau Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih mengutamakan
pada penggunaan peraturan perundang undanagn baik kitab undang
undang atau undang undang nasional sebagai sumber hukum paling utama.
Sehingga hal ini membentuk masyarakat Eropa Kontinental berfikir secara
abstrak, konseptual, dan simetris. Hal ini juga dikarenakan dengan system
hukum Eropa Kontinental lebih merencanakan, mengatur,
mensistematisasikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari hari
dengan peraturan hukum perundang undangan. Apabila terjadi suatu kasus
atau perkara maka hakim akan mencari penyelesaian pada peraturan
hukum yang sesuai sehingga disini hakim bersifat aktif dalam mencari
fakta dan pandai dalam menilai alat bukti untuk dapat memberikan putusan
yang adil sesaui dengan perkara dan hukum yang diberikan kemudian
hakim dapat memilih untuk menggunakan peraturan yang akan diterapkan
dalam perkara tersebut. 18
c. Karakteristik Sistem Hukum Islamic Law
Berbeda dengan kedua system hukum lainya, system hukum Islam atau
Islamic Law berpedoman pada Al-Quran dan. Hadits sebagai sumber
hukum utama. Akan tetapi juga terdapat beberapa sumber hukum yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan dan menentukan
perkara sesuai dengan hukumnya antara lain19 :

17
Agus Suprayogi, Opcit, hlm 5
18
Munir Fuady, Opcit, hlm 72
19
Hanafi, Opcit, hlm 185
1. Ijtihad
Dalam hal ini para ahli Fiqh akan menecari lebih dalam hukum Islam
dari Al-Quran atau Hadits dengan tidak hanya mencari berdasarkan
nash, tetapi juga melihat asbabun nuzul atau alasan diturunkanya suatu
Ayat atau lahirnya suatu Hadits.
2. Ijma
Ijma dapat diartikan sebagai bentuk kesepakatan para ulama atas suatu
perkara. Ijma itu seperti kumpulan para ahli Fiqh yang berijtihan atas
suatu dalil.
3. Urf
Urf disebut juga sebagai adat kebiasaan yang ada dalam masyarakat
yang sudah mandarah daging dan tidak terlalu menimbulkan mudhorot.
4. Qiyas
Qiyas adalah bentuk upaya untuk membandingkan sumber hukum
yang telah ada dengan putusan perkara sebelumnya seperti yang
diamanhkan Umar bin Khattab kepada hakim Abu Musa Al-Asyari.
5. Istihab
Banyak digunakan oleh pengikut madzhab Syafii dengan meneruskan
hukum yang ada sebelumnya karena tidak terlihat adanya hukum baru
yang melarang.
6. Maslahah Mursalah
Dapat dikatakan sebagai cara untuk menentukan hukum Islam dengan
melihat kemaslahatan bagi masyarakat seperti yang dilakukan oleh
Umar bin Khattab yang mebebaskan hukuman bagi pencuri yang
sedang kelaparan.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Setelah melebarkan cakrawala berfikir, beranalogi, dan beranalisa pada Bab
Pembahasa, maka dapat penulis simpulkan secara singkat bahwa

b. Saran

Anda mungkin juga menyukai