Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEBERLAKUAN HUKUM


ADAT DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Sistem Hukum
Pada Program Studi Hukum Keluarga (HK) Program Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palopo

IAIN PALOPO

Disusun Oleh :
Zulayka Muchtar (2205030025)

Dosen Pengampuh
Dr. H. Muammar Arafat Yusmad, S.H., M.H.

PROGRAM PASCASARJANA
HUKUM KELUARGA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Pembahasan.......................................................................................................2
1. Konsep Masyarakat Hukum Adat.....….........……..………………………2
2. Tinjauan Yuridis Tentang Keberlakuan Hukum Adat Di
Indonesia.........................................................…………………………….5
D. Penutup............................................................................................................10
1. Kesimpulan...............................................................................................10
2. Saran..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
A. Latar Belakang
Keberadaan masyarakat adat sudah ada di Indonesia dari zaman nenek
moyang sampai sekarang. Masyarakat adat adalah satu kesatuan memiliki masyarakat
teritorial atau genealogis dengan kekayaannya sendiri. Warga negara yang dapat
dipisahkan dari anggota masyarakat hukum lainnya bertindak secara internal atau
eksternal sebagai badan hukum yang mandiri dan mengatur diri sendiri.1
Para ahli berpendapat bahwa definisi masyarakat adat harus dibedakan dengan
masyarakat hukum adat. Konsep masyarakat adat bersifat komprehensif antara orang
tertentu dengan karakteristik tertentu. Pada saat yang sama masyarakat hukum adat
adalah istilah hukum teknis yang mengacu pada sekelompok orang yang hidup dalam
suatu wilayah (ulayat) tempat tinggal dan lingkungan kehidupan tertentu. Memiliki
kekayaan dan pemimpin yang bertugas menjaga kepentingan kelompok (keluar dan
ke dalam), dan memiliki tata aturan (sistem) hukum dan pemerintahan.2
Di bawah negara hukum, konstitusi Indonesia menjamin persamaan setiap
warga negara di depan hukum sebagai salah satu prinsip dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut asas ini, setiap warga negara berhak atas pemulihan dan
pemulihan atas pelanggaran haknya dan atas penyelesaian hukum yang adil. Dalam
hal ini, negara wajib menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut. Berdasarkan hak-hak
sipil tersebut, penting untuk memastikan akses terhadap perlindungan hukum, yang
merupakan jaminan konstitusional hak asasi manusia.
Bahkan harus diakui bahwa kemampuan lembaga negara untuk menghadirkan
keadilan bagi rakyat secara cepat dan murah masih terbatas, terutama karena
terbatasnya keadilan yang diberikan oleh peradilan formal. Masyarakat miskin
dan/atau terpinggirkan atau bahkan masyarakat adat seringkali dihalangi untuk
menyelesaikan masalah mereka melalui lembaga resmi. Oleh karena itu, makalah ini
membahas tentang tinjauan yuridis tentang keberlakuan hukum adat di Indonesia.
1
Husein Alting, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat
Hukum Adat atas Tanah, Yogyakarta: LaksBang PersSindo, 2010. h.31.
2
Taqwaddin, “Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat Oleh Masyarakat Hukum Adat
(Mukim) di Provinsi Aceh, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010) h. 34.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep masyarakat hukum adat?
2. Bagaimana tinjauan yuridis tentang keberlakuan hukum adat di Indonesia?
C. Pembahasan
1. Konsep Masyarakat Hukum Adat
Istilah masyarakat hukum adat adalah istilah resmi yang tercantum dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (yang selanjutnya
disebut UUPA), UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan,
Undang-Undang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 20014 Tentang
Perkebunan dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai padanan dari
rechtgemeenschapt, atau oleh sedikit literatur menyebutnya adatrechtgemenschap.
Istilah masyarakat hukum adat dilahirkan dan digunakan oleh pakar hukum adat
yang lebih banyak difungsikan untuk keperluan teoritikakademis. Sedangkan
istilah masyarakat adat adalah istilah yang lazim diungkapkan dalam bahasa
sehari-hari oleh kalangan nonhukum yang mengacu pada sejumlah kesepakatan
internasional.3
Definisi Ter Haar tentang masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang
yang terorganisasi yang mendiami suatu wilayah tertentu yang memiliki
kekuasaan dan kekayaannya sendiri berupa benda-benda yang tampak maupun
yang tidak tampak di mana anggota-anggota setiap kesatuannya mengalami
kehidupan. Komunitas ini adalah alam itu sendiri, mutlak, dan tidak ada
anggotanya yang memiliki pemikiran atau kecenderungan untuk memutuskan
ikatan yang telah tumbuh, atau menyerah dalam arti ikatan akhirnya putus.4
Masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh sistem
hukum adat mereka oleh kesamaan tempat tinggal atau warisan sebagai warga
negara biasa dari suatu masyarakat hukum. Berdasarkan konsep yang

3
Taqwaddin, Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat..., h. 36.
4
Husein Alting, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan..., h. 31.

2
dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa masyarakat hukum adat termasuk
dalam pengertian masyarakat, namun tidak semua masyarakat dapat termasuk
dalam pengertian masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat terikat oleh
sistem hukum adat yang tumbuh secara alami dalam masyarakat dan berkembang
mencerminkan jiwa masyarakat. Dalam kajian ini, masyarakat adat disamakan
dengan konsep masyarakat adat yang sering dijumpai dalam peraturan perundang-
undangan.
Padahal, di setiap provinsi Indonesia terdapat kesatuan-kesatuan masyarakat
adat dengan ciri khasnya masing-masing yang telah ada selama ratusan tahun.
Masyarakat adat adalah kelompok orang yang terorganisir yang bertindak sebagai
satu kesatuan, tinggal di wilayah tertentu, memiliki penguasa, memiliki hukum
adatnya sendiri, memiliki kekayaan berupa benda berwujud atau tidak berwujud
dan menguasai sumber daya alam yang tersedia bagi mereka. Mereka memiliki
sistem budaya yang kompleks untuk tatanan sosial mereka dan memiliki
hubungan yang kuat dengan tanah dan sumber daya alamnya. Masyarakat hukum
adat juga dipahami sebagai sekelompok orang yang terikat oleh sistem hukum
adatnya sebagai warga masyarakat biasa karena kesamaan tempat tinggal atau
warisan.5
Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar hukum tersebut maka dapat
dirumuskan kriteria masyarakat hukum adat sebagai berikut :
1) Terdapat masyarakat yang teratur.
2) Menempati suatu wilayah tertentu.
3) Terdapat kelembagaan.
4) Memiliki kekayaan bersama.
5) Susunan masyarakat berdasarkan pertalian darah atau lingkungan daerah.
6) Hidup secara komunal dan gotong-royong.

5
Limei Pasaribu, “Keberadaan Hak Ulayat dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba di
Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir”, (Tesis, Ilmu Hukum, Program Studi Magister
Kenotariatan,USU, 2011). h. 34.

3
2. Tinjauan Yuridis Tentang Keberlakuan Hukum Adat Di Indonesia
Hukum adat tumbuh dari cita-cita dan pemikiran masyarakat Indonesia.
Dengan demikian hukum adat dapat ditelusuri secara kronologis karena
Indonesia terdiri dari kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh nusantara.
Realitas sosiokultural dikonstruksi oleh seorang penyair, dikonstruksi oleh
penyair lain, dan direkonstruksi oleh penyair berikutnya.6
Masa Sriwijaya, Mataran Muno, Masa Majapahit, beberapa prasasti (prasasti)
menggambarkan perkembangan hukum saat ini (hukum asli) yang mengatur
beberapa daerah. Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa sistem hukum
adat yang ada sekarang ini di banyak daerah di Indonesia menunjukkan bahwa
hukum itu berasal dari masyarakat adat, baik dalam bentuk keputusan resmi
maupun dalam bentuk hukum masyarakat.7
Konstitusi pra-amandemen kita tidak secara jelas menunjukkan kepada kita
pengakuan dan penggunaan konsep common law. Namun jika dicermati lebih
dalam, dapat dilihat bahwa rumusan-rumusan yang terkandung di dalamnya
sesungguhnya mengandung nilai-nilai luhur dan semangat hukum adat.
Pembukaan UUD 1945 yang memuat pandangan hidup Pancasila mencerminkan
kepribadian bangsa yang hidup dalam nilai, cara berpikir dan hukum adat. Pasal
29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, Pasal 33 Ayat 1.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Pada tataran praktis bersumberkan pada UUD 1945 negara mengintroduser
hak yang disebut Hak Menguasai Negara (HMN), hal ini diangkat dari Hak
Ulayat, Hak Pertuanan, yang secara tradisional diakui dalam hukum adat. Dalam
konsitusi RIS pasal 146 ayat 1 disebutkan bahwa segala keputusan kehakiman
harus berisi alasan-alasannya dan dalam perkara harus menyebut aturanatiuran
undang-undang dan aturan-aturan hukum adat yang dijadikan dasar hukum itu
6
Dominikus Rato, Hukum Adat (Suatu Pengantar Singkat Memahami Hukum Adat di
Indonesia) Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2011. h. 110.
7
Marco Manarisip, Eksistensi Pidana Adat Dalam Hukum Nasional, Lex Crimen
Vol.I/No.4/Okt-Des/2012. h. 27.

4
Selanjutnya dalam UUD Sementara, pasal 146 ayat 1 dimuat kembali. Dengan
demikian hakim harus menggali dan mengikuti perasaaan hukumd an keadilan
rakyat yangs enantiasa berkembang. Dalam pasal 102 dan dengan
memperhatikan ketentuan pasal 25 UUDS 1950 ada perintah bagi penguasa
untuk membuat kodifikasi hukum. Maka hal ini termasuk di dalamnya hukum
adat. Perintah kodifikasi ini pada hematnya juga berlaku pula terhadap hukum
adat, dan perintah kodifikasi ini merupakan pertama kalinya disebtkan di dalam
Peraturan PerundangUndangan Republik Indonesia yang mengatur ketentuan
terhadapa kodifikasi hukum adat, walaupun dalam kenyatannya belum dapat
dilaksanakan.8
Pada tanggal 5 Juli 1959, Keputusan Presiden mengembalikan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai empat pokok pikiran, yaitu kesatuan yang
menyeluruh dari seluruh bangsa Indonesia yang di dalamnya termasuk cabang
hukum yang disebut hukum nasional. Gagasan utama lainnya adalah bahwa
negara ingin mencapai keadilan sosial. Hal ini berbeda dengan keadilan hukum.
Oleh karena itu, dalam implementasinya, penting untuk menerapkan prinsip-
prinsip kehidupan sosial manusia dan hak milik serta nilai-nilai dasarnya dan
menyesuaikannya dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Gagasan
pokok ketiga adalah: Negara melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan
kewarganegaraan, konsultasi dan perwakilan. Sudut pandang ini sangat
fundamental dan penting. Ada hubungan korporat antara rakyat dan
pemimpinnya, artinya pemimpin harus diharapkan memahami nilai dan sentimen
hukum serta sentimen politik dan mengeluarkan semangat dari mereka untuk
mewujudkan kebaikan bersama. Dengan keputusan publik. Ini mutlak diperlukan
dalam konteks ini. Sifat manusiawi seorang pemimpin masyarakat yang berani,
bijaksana, adil, membela kebenaran, berbudi luhur dan manusiawi. Gagasan
pokok keempat adalah: Karena negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

8
Dewi C Wulansari, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, Bandung: PT. Refika Aditama,
2010. h. 108.

5
Esa, maka cita-cita hukum dan masyarakat harus selalu dikaitkan dengan
kegiatan manusia, bahwa masyarakat harus beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan bahwa negara harus memandang Tuhan sebagai penentu
kehidupan. mengenali segalanya . dan kepemimpinan negara hanyalah sarana
untuk memajukan rakyat dan masyarakat, karena tindakannya harus selaras
dengan visi dan tujuan yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa. Namun, setelah
amandemen konstitusi, hukum adat diakui berdasarkan Pasal 18D(2) UUD 1945:
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak tradisionalnya sepanjang masih ada dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan
undang-undang.9
Hukum adat dalam Undang-undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951, tertuang
dalam Pasal 1 dan 5. Pasal 1 ditonjolkan. Kecuali pengadilan desa, semua badan
peradilan, termasuk pengadilan gubernur, badan pengadilan otonom
(Zellbestuurrechtspraak), dengan pengecualian pengadilan agama ketika
pengadilan merupakan bagian dari pengadilan otonom menurut hukum yang
hidup, dan pengadilan umum. (Inheemse Rechtspraak). in rechsreeks bestuard
gebied), kecuali peradilan agama yang living law court merupakan bagian
tersendiri dari peradilan biasa yang dihapuskan.
Hukum adat dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 merupakan pengaturan yang
sangat bersentuan langsung dengan masyarakat adat. Dalam pasal 5 UU No. 5
Tahun 1960 ditegaskan: hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara yang berdasarkan persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia serta dengan peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan
dengan peraturan undang-undang lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan
unsur-unsur yang bersumber pada hukum agama. Dalam Penjelasan Undang-
undang disebutkan: Hukum adat yang disempurnakan dan disuaikan dengan
9
Marco Manarisip, Eksistensi Pidana Adat Dalam Hukum Nasional..., h. 30.

6
kepentingan masyarakat dalam negara modern dan dalam hubungannya dunia
internasional serta sesuai dengan sosialisme Indonesia. Ketentuan tersebut
merupakan realisasi dari Tap MPRS II/MPRS/1960 Lampiran A Paragraf 402.
UU No. 39 Tahun 1999 (TLN No. 3886) Pasal 6(1) menyatakan bahwa hak
ulayat yang masih berlaku dan dihormati dalam suatu masyarakat adat harus
dihormati dan dilindungi sebagai bagian dari perlindungan dan pemajuan hak
asasi manusia dalam masyarakat tersebut. dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, penjelasan Pasal 6(2) menyatakan bahwa dalam
rangka membela hak asasi manusia, identitas budaya nasional masyarakat hukum
adat yang masih ditopang oleh masyarakat hukum adat setempat harus dihormati
dan dilindungi. tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum yang
berjiwa keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam ketentuan tersebut, hak
ulayat termasuk hak ulayat negara dalam arti harus dihormati dan dilindungi
sesuai dengan perkembangan zaman, dan ditegaskan bahwa pengakuan tersebut
diberikan kepada hak ulayat yang sejatinya diabadikan secara tegas dalam
lingkungan setempat masyarakat .
Pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat diatur dalam Pasal 18B
Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya selama
hidup, serta prinsip-prinsip pembangunan sosial dan negara kesatuan. .. “Negara
Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang.” Kemudian ketentuan
Pasal 18 B Ayat 2 UUD 1945 diperkuat dengan Pasal 28 I Ayat 3 UUD 1945
yang menurutnya budaya identitas masyarakat tradisional konsisten dengan
waktu dan peradaban dihormati. Selain itu, terdapat beberapa undang-undang
sektoral yang menjamin hak-hak masyarakat hukum adat, antara lain Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Perkebunan (UUPA),
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2014 Perkebunan, UU No 26 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Wilayah, UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

7
Lingkungan Hidup, UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Perundang-undangan terbaru yang mengatur tentang bentuk pengenalan atau
penetapan produk hukum adalah Perpu No. 32 Tahun 2015. Peraturan ini
memperluas produk hukum yang dapat digunakan untuk mengukuhkan atau
menetapkan keberadaan produk hukum daerah. Permendagri No. 1/2014 Produk
hukum daerah meliputi peraturan daerah atau nama lain, direksi daerah,
gabungan direksi daerah, peraturan dan keputusan DPRD. Keputusan itu sendiri
meliputi keputusan Direktur Daerah, keputusan DPRD, keputusan DPRD dan
keputusan Badan Kehormatan DPRD. Selain perbedaan hukum dalam bentuk
produk, tahapan memulai usaha atau memulai usaha juga dapat dibedakan
berdasarkan keterkaitannya dengan tahapan lainnya. Permendagri No. 52/2014
tidak mengaitkan pengukuhan atau penetapan keberadaan dengan tingkatan
pengakuan hak. Hal ini berbeda dengan Keputusan Menteri Pertanian dan
Perencanaan Daerah/Dir BPN No. 9 Tahun 2015 92, syarat pengakuan
masyarakat pedesaan adalah pengukuhan atau penetapan keberadaannya.
D. Penutup

1. Kesimpulan
Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang berlaku dalam masyarakat
hukum adat di suatu daerah dan berlaku terus selama masyarakat mematuhi hukum
adat yang ditanamkan oleh nenek moyang mereka sebelum mereka. Oleh karena
itu, meskipun hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis dan tidak sah
berdasarkan asas legalitas, namun keberadaan dan kedudukan hukum adat dalam
sistem hukum nasional tidak dapat disangkal. Common law akan selalu ada dan
hidup dalam masyarakat.
Hukum adat adalah hukum yang benar-benar hidup dalam kesadaran hati
nurani masyarakat dan tercermin dalam cara bertindak menurut kebiasaan dan pola
sosial budayanya, yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Era saat

8
ini dapat dikatakan sebagai era kebangkitan masyarakat adat yang ditandai dengan
munculnya berbagai kebijakan dan keputusan. Namun, yang tidak kalah penting
adalah perlunya penelitian dan pengembangan lebih lanjut yang akan
mempengaruhi penyusunan undang-undang nasional dan upaya untuk menerapkan
undang-undang yang ada di Indonesia.
2. Saran
Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak
terdapat kekurangan. Baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang
lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

9
Alting, Husein, Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat atas Tanah, Yogyakarta: LaksBang PersSindo, 2010.

Manarisip, Marco, Eksistensi Pidana Adat Dalam Hukum Nasional, Lex


Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012.

Taqwaddin, “Penguasaan Atas Pengelolaan Hutan Adat Oleh Masyarakat


Hukum Adat (Mukim) di Provinsi Aceh, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2010).

Pasaribu, Limei, “Keberadaan Hak Ulayat dalam Masyarakat Hukum Adat


Batak Toba di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir”, (Tesis, Ilmu Hukum,
Program Studi Magister Kenotariatan,USU, 2011).

Rato, Dominikus, Hukum Adat (Suatu Pengantar Singkat Memahami Hukum


Adat di Indonesia) Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2011.

Wulansari, Dewi C, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, Bandung: PT.


Refika Aditama, 2010.

10

Anda mungkin juga menyukai