Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SUBJEK HUKUM DALAM HUKUM ADAT

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Adat di Indonesia

Dosen pengampu:
Bapak Drs. Fakhrurazi, MA.

disusun oleh:
Amanda Selvita (2021051020002)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi banyak rahmat dan
kenikmatan pada kami, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “Subjek Hukum dalam Hukum Adat”

Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas dari Bapak
Drs. Fakhrurazi, MA. pada mata kuliah Hukum Keluarga Islam pada semester ini.
Dengan adanya makalah ini, kami harap dapat menambah pengetahuan kepada
penyusun dan juga pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta masih banyaknya kekurangan dalam
makalah ini baik dari tata bahasa, susunan kalimat maupun pada bagian isi. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pengertian Subjek Hukum Adat.....................................................................................2
B. Posisi Subjek Hukum dalam Hukum Adat....................................................................4
C. Perorangan dalam Hukum Adat.....................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum yang berkembang ditengah masyarakat yang hari ini kita kenal dengan
istilah hukum adat merupakan nilai-nilai yang sejak lama diakui sebagai norma.
Nilai–nilai ataupun norma-norma tersebut sudah lama tumbuh ditengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia, bangsa yang masyarakatnya memiliki
keanekaragaman suku, ras, agama dan adat yang menyebar di wilayah nusantara.
Tersebarnya keanekaragaman tersebut tumbuh nilai-nilai ataupun norma-
norma yang diakui di masing-masing wilayah yang mempunyai hukum adat.
Diakuinya hukum adat tersebut sudah menjadi suatu hal yang otomatis cara
penyelesaiannyapun secara adat. Hukum adat sebagai aspek kebudayaan masyarakat
yang memiliki nilai, norma sosial. Diantara manfaat mempelajari hukum adat adalah
untuk memahami budaya hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui
hukum adat yang mana yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan
hukum adat mana yang dapat mendekati keseragaman yang berlaku sebagai hukum
nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Subjek Hukum Adat
2. Posisi Subjek Hukum dalam Hukum adat
3. Perorangan dalam Hukum Adat

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Subjek Hukum Adat
2. Mengetahui Posisi dari Subjek Hukum dalam Hukum Adat
3. Mengetahui penjelasan tentang perorangan dalam Hukum Adat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Subjek Hukum Adat


Subjek hukum adalah setiap manusia yang berwenang untuk memiliki,
memperoleh, dan menggunakan hak-hak kewajiban dalam masalah hukum. Dan pada
dasarnya yang menjadi subjek hukum adalah manusia/orang atau person.
Dalam hukum adat selain manusia (natuurlijk person) juga dikenal
badan hukum (rechts person) sebagai subjek hukum. Adapun badan-badan hukum
yang ada menurut hukum adat antara lain adalah desa, suku, nigari, wakaf,
dan Yayasan. Sebagaimana diatur di dalam STB (Lembaran Negara) Nomor 91
Tahun 1927, kemudian disempurnakan dan diatur melalui Undang-Undang No. 16
Tahun 2001.
Manusia sebagai subjek hukum, berarti setiap manusia adalah sebagai
pendukung hak dan kewajiban. Jadi menurut hukum adat "setiap manusia baik pria
maupunwanita mempunyai kedudukan yang sama sebagai subjek hukum". Namun di
dalam kenyataannya di beberapa daerah (pada umumnya) terdapat pengecualian
perlakuankepada pria maupun wanita (karena memang secara kodrati berbeda satu
samalainnya), sehingga oleh karenanya terdapat pengecualian (Soerojo
Wignjodipoero,S.H., 1990; 103 dst.) sebagai berikut:
1. Di Jawa Tengah (sekitar tahun 1934-1938) di beberapa Desa hanya orang
laki-laki(pria) saja yang berhak menjadi Kepala Desa (Lurah/Kuwu).
2. Di Minangkabau, pada dasarnya dan pada umumnya perempuan (wanita)
tidakmempunyai hak untuk menjadi penghulu andiko atau mamak kepala waris.

Di dalam Hukum Adat badan hukum dapat bertindak sebagai subjek hukum,
diantaranya adalah Persekutuan (Desa, Nagari, Famillie, Marga, dan
sebagainya)Perkumpulan (yang mempunyai Organisasi tegas dan rapi seperti
Mapalus(Minahasa), Jula-Jula (Minangkabau), Mohakka (Salayar), Sekaha Subak

2
dan Sekaha Banjar (Bali), dan lain-lain termasuk juga wakaf, yayasan, dan
koperasi. Sudah barang tentu kriteria untuk badan hukum menurut hukum adat
berbeda dengan syaratyang dipergunakan oleh Hukum Barat (Eropa). Menurut
pendapat R. Soerojo Wignjodipoero, S.H., dalam bukunya “Kedudukan Serta
Pengembangan Hukum Adat” menyatakan bahwa: suatu badan hukum harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan kesatuan yang memiliki tata peraturan yang rapi.
b. Memiliki pengurus sendiri.
c. Mempunyai harta kekayaan sendiri.
d. Mempunyai wilayah sendiri.
e. Bertingkah laku sebagai kesatuan terhadap dunia luar dan batin.

Badan-badan hukum yang mengurus antara lain:


1. Persekutuan Hukum
Kedudukan desa, nagari, marga dan lain lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1948 masih tercantum sebagai daerah Tk-III yang berhak
mengatur dan menurus rumah tangganya sendiri.
2. Wakaf (Vrome stichting)
Menurut ketentuan pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
1977 menyatakan sebagai berikut: “Suatu perbuatan hukum seseorang atau badan
hukum yang memisahkan Sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah miliki
danmelembagakannya untuk selama-lamanya yang ditujukan untuk
kepentinganperibadatan atau kepentingan umum lainnya”
Sedangkan menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 (yang secara
khususmenyebutkan harta kekayaan yang berupa tanah) menegaskan bahwa: “Wakaf
adalahperbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan
hukum yangmemisahkan Sebagian dari harta miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan
umum lainnya yang sesuai denganajaran Islam.

3
4. Yayasan (Stichting)
Menurut Mr. paul Scholten dikatakan sebagai berikut: “Yayasan adalah suatu
bendahukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
berisikanpemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan penunjukkan,
bagaimanakahkekayaan itu diurus atau digunakan”. Sedangkan menurut ketentuan
Pasal 1 butir Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001menyebutkan sebagai berikut:
“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri ataskekayaan yang dipisahkan
untuk mencapai tujuan di bidang social, keagamaan, dankemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota”.
5. Koperasi
Koperasi adalah perkumpulan dimana keluar masuknya anggota diijinkan
secara leluasa. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya secara
gotong royong.

B. Posisi Subjek Hukum dalam Hukum Adat


Didalam hukum adat posisi subjek hukum bisa berlaku apabila subjek hukum
(manusia) bisa terkategorikan “cakap hukum”. Berbagai macam hukum dan
perundang-undangan yang mengatur tentang hal kecakapan hukum melakukan
perbuatan hukum baik tertulis maupun tidak tertulis. Hukum Adat tidak tertulis
mengenai hal cakap hukum ini. Akan tetapi setiap masyarakat adat dimana pun
berada memiliki suatu hukum yang tidak tertulis yang mengatur mengenai ukuran
atau kriteria seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Dalam kehidupan
sehari-hari, cakap hukum atau lebih dikenal oleh masyarakat dewasa telah menjadi
syarat utama bagi seseorang baik laki-laki maupun perempuan untuk menjalankan
suatu perbuatan hukum.
Selain dewasa ada juga syarat lain yang menjadikan manusia ini bisa disebut
cakap hukum antara lain yaitu, sudah menikah yang mengartikan bahwa orang ini

4
sudah lepas tanggung jawab dari orangtuanya dan sudah berada diluar rumah orang
tuanya.
Kemudian syarat yang menjadikan badan hukum ini bisa disebut badan
hukum yaitu:
1. Wakaf, Menurut hukum adat: Mencadangkan suatu pekarangan / tanah utk
masjid/langgar. Termasuk tanah pekarangan/ pertanian untuk memungut
hasil. Menentukan sebagian dari harta benda sebagai benda yg tidak dapat
dijual demi kepentingan keturunannya
Syarat-syarat wakaf: pembuat wakaf harus mempunyal hak penuh
(menurut hukum adat) atas apa yang ingin diwakafkan, Benda yang akan
diwakafkan harus ditunjuk terang dan maksud serta tujuannya yang tidak
bertentangan dengan agama, Pihak yang memberikan wakaf harus disebut
dengan terang, Maksudnya harus tetap, Yang menerima wakaf harus
menerimanya (kabul)
2. Yayasan, syaratnya Badan hukum yang bergerak di bidang social, Harus
berbadan hukum, dilakukan pendaftaran mengenai pendiriannya.
3. Koperasi, syaratnya Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.”, sesuai UU no 52 1992 tentang perkoperasian yaitu
(1) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui
kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk: a. anggota Koperasi yang
bersangkutan; b. Koperasi lain dan/atau anggotanya. (2) Kegiatan usaha
simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya
kegiatan usaha Koperasi.

C. Perorangan dalam Hukum Adat


Hukum perseorangan adalah keseluruhan kaidah hukum yang mengatur
kedudukan manusia sebagai subjek hukum dan wewenang untuk memperoleh,
memiliki, dan mempergunakan hak-hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum serta

5
kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakn hak-haknya, juga hak-hak yang
mempengaruhi kedudukan subjek hukum.
Dalam hukum perorangan ini yang dibicarakan adalah tentang masalah subjek
hukum dalam hukum adat. Dalam hukum adat, subjek hukum perorangan meliputi
badan-badan hukum dan manusia, badan-badan hukum antara lain desa, suku, nagari
dan wakaf. Manusia sebagai subjek hukum perorangan dalam hukum adat
menunjukkan arti bahwa setiap manusia baik laki-laki atau perempuan memiliki
kedudukan yang sama sebagai subjek hukum dalam hukum adat, karena setiap
manusia dalam hukum adat adalah pendukung atau pembawa hak dan kewajiban.
Meskipun pada prinsipnya semua orang dalam hukum adat diakui memiliki
wewenang hukum yang sama, akan tetapi didalam kenyataannya dibeberapa daerah
memiliki perkecualiannya, seperti dilingkungan Masyarakat Minangkabau, dimana
setiap orang perempuan tidak berhak menjadi “penghulu andiko” atau “mamak
kepala waris”.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mempelajari hukum adat maka kita akan mudah memahami hukum Indonesia,
karena hukum adat dibentuk menurut kebiasaan masyarakat Indonesia yang memiliki
sanksi dan diselaraskan dengan hukum nasional.

Hukum di Indonesia salah satunya bersumber dari costum, dimana sumber


tersebut mengikuti perkembangan zaman dan harus disesuaikan dengan azas-azas
hukum yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan ideologi bangsa. Suatu
peraturan yang telah diundangkan harus disepakati dan dipatuhi bersama dengan
tidak ada pengecualian.

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban untuk
bertindak dalam hukum, sehingga subjek hukum menjadi pendukung bagi hak dan
kewajiban. Maka ia memiliki kewenangan untuk bertindak yaitu sesuai hukum.

Kategori dari subjek hukum ini ada dua yaitu Manusia atau orang (Natuurjlijk
person) dan juga Badan Hukum (Rechts persoon) yaitu Persekutuan Hukum, Wakaf,
Yayasan dan Koperasi.

DAFTAR PUSTAKA

Duswara, Dudu. 2010. Pengantar Ilmu Hukum sebuah Sketsa. PT. Refika Aditama.
Bandung.

Emeritus John Gilissen, Emeritus Frits Gorle, 2009. Sejarah Hukum suatu Pengantar.
PT. Refika Aditama. Bandung.

J.T. Prasetyo, J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin. 2010. Kamus Hukum. Sinar
Grafika. Jakarta.

R. Soerojo Wignjodipoero, S.H., “Kedudukan Serta Pengembangan Hukum Adat”

Anda mungkin juga menyukai