Dosen pengampu:
Bapak Drs. Fakhrurazi, MA.
disusun oleh:
Amanda Selvita (2021051020002)
Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas dari Bapak
Drs. Fakhrurazi, MA. pada mata kuliah Hukum Keluarga Islam pada semester ini.
Dengan adanya makalah ini, kami harap dapat menambah pengetahuan kepada
penyusun dan juga pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta masih banyaknya kekurangan dalam
makalah ini baik dari tata bahasa, susunan kalimat maupun pada bagian isi. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pengertian Subjek Hukum Adat.....................................................................................2
B. Posisi Subjek Hukum dalam Hukum Adat....................................................................4
C. Perorangan dalam Hukum Adat.....................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum yang berkembang ditengah masyarakat yang hari ini kita kenal dengan
istilah hukum adat merupakan nilai-nilai yang sejak lama diakui sebagai norma.
Nilai–nilai ataupun norma-norma tersebut sudah lama tumbuh ditengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia, bangsa yang masyarakatnya memiliki
keanekaragaman suku, ras, agama dan adat yang menyebar di wilayah nusantara.
Tersebarnya keanekaragaman tersebut tumbuh nilai-nilai ataupun norma-
norma yang diakui di masing-masing wilayah yang mempunyai hukum adat.
Diakuinya hukum adat tersebut sudah menjadi suatu hal yang otomatis cara
penyelesaiannyapun secara adat. Hukum adat sebagai aspek kebudayaan masyarakat
yang memiliki nilai, norma sosial. Diantara manfaat mempelajari hukum adat adalah
untuk memahami budaya hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui
hukum adat yang mana yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan
hukum adat mana yang dapat mendekati keseragaman yang berlaku sebagai hukum
nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Subjek Hukum Adat
2. Posisi Subjek Hukum dalam Hukum adat
3. Perorangan dalam Hukum Adat
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Subjek Hukum Adat
2. Mengetahui Posisi dari Subjek Hukum dalam Hukum Adat
3. Mengetahui penjelasan tentang perorangan dalam Hukum Adat
1
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam Hukum Adat badan hukum dapat bertindak sebagai subjek hukum,
diantaranya adalah Persekutuan (Desa, Nagari, Famillie, Marga, dan
sebagainya)Perkumpulan (yang mempunyai Organisasi tegas dan rapi seperti
Mapalus(Minahasa), Jula-Jula (Minangkabau), Mohakka (Salayar), Sekaha Subak
2
dan Sekaha Banjar (Bali), dan lain-lain termasuk juga wakaf, yayasan, dan
koperasi. Sudah barang tentu kriteria untuk badan hukum menurut hukum adat
berbeda dengan syaratyang dipergunakan oleh Hukum Barat (Eropa). Menurut
pendapat R. Soerojo Wignjodipoero, S.H., dalam bukunya “Kedudukan Serta
Pengembangan Hukum Adat” menyatakan bahwa: suatu badan hukum harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan kesatuan yang memiliki tata peraturan yang rapi.
b. Memiliki pengurus sendiri.
c. Mempunyai harta kekayaan sendiri.
d. Mempunyai wilayah sendiri.
e. Bertingkah laku sebagai kesatuan terhadap dunia luar dan batin.
3
4. Yayasan (Stichting)
Menurut Mr. paul Scholten dikatakan sebagai berikut: “Yayasan adalah suatu
bendahukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
berisikanpemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu dengan penunjukkan,
bagaimanakahkekayaan itu diurus atau digunakan”. Sedangkan menurut ketentuan
Pasal 1 butir Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001menyebutkan sebagai berikut:
“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri ataskekayaan yang dipisahkan
untuk mencapai tujuan di bidang social, keagamaan, dankemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota”.
5. Koperasi
Koperasi adalah perkumpulan dimana keluar masuknya anggota diijinkan
secara leluasa. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya secara
gotong royong.
4
sudah lepas tanggung jawab dari orangtuanya dan sudah berada diluar rumah orang
tuanya.
Kemudian syarat yang menjadikan badan hukum ini bisa disebut badan
hukum yaitu:
1. Wakaf, Menurut hukum adat: Mencadangkan suatu pekarangan / tanah utk
masjid/langgar. Termasuk tanah pekarangan/ pertanian untuk memungut
hasil. Menentukan sebagian dari harta benda sebagai benda yg tidak dapat
dijual demi kepentingan keturunannya
Syarat-syarat wakaf: pembuat wakaf harus mempunyal hak penuh
(menurut hukum adat) atas apa yang ingin diwakafkan, Benda yang akan
diwakafkan harus ditunjuk terang dan maksud serta tujuannya yang tidak
bertentangan dengan agama, Pihak yang memberikan wakaf harus disebut
dengan terang, Maksudnya harus tetap, Yang menerima wakaf harus
menerimanya (kabul)
2. Yayasan, syaratnya Badan hukum yang bergerak di bidang social, Harus
berbadan hukum, dilakukan pendaftaran mengenai pendiriannya.
3. Koperasi, syaratnya Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.”, sesuai UU no 52 1992 tentang perkoperasian yaitu
(1) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui
kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk: a. anggota Koperasi yang
bersangkutan; b. Koperasi lain dan/atau anggotanya. (2) Kegiatan usaha
simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya
kegiatan usaha Koperasi.
5
kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakn hak-haknya, juga hak-hak yang
mempengaruhi kedudukan subjek hukum.
Dalam hukum perorangan ini yang dibicarakan adalah tentang masalah subjek
hukum dalam hukum adat. Dalam hukum adat, subjek hukum perorangan meliputi
badan-badan hukum dan manusia, badan-badan hukum antara lain desa, suku, nagari
dan wakaf. Manusia sebagai subjek hukum perorangan dalam hukum adat
menunjukkan arti bahwa setiap manusia baik laki-laki atau perempuan memiliki
kedudukan yang sama sebagai subjek hukum dalam hukum adat, karena setiap
manusia dalam hukum adat adalah pendukung atau pembawa hak dan kewajiban.
Meskipun pada prinsipnya semua orang dalam hukum adat diakui memiliki
wewenang hukum yang sama, akan tetapi didalam kenyataannya dibeberapa daerah
memiliki perkecualiannya, seperti dilingkungan Masyarakat Minangkabau, dimana
setiap orang perempuan tidak berhak menjadi “penghulu andiko” atau “mamak
kepala waris”.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mempelajari hukum adat maka kita akan mudah memahami hukum Indonesia,
karena hukum adat dibentuk menurut kebiasaan masyarakat Indonesia yang memiliki
sanksi dan diselaraskan dengan hukum nasional.
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban untuk
bertindak dalam hukum, sehingga subjek hukum menjadi pendukung bagi hak dan
kewajiban. Maka ia memiliki kewenangan untuk bertindak yaitu sesuai hukum.
Kategori dari subjek hukum ini ada dua yaitu Manusia atau orang (Natuurjlijk
person) dan juga Badan Hukum (Rechts persoon) yaitu Persekutuan Hukum, Wakaf,
Yayasan dan Koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Duswara, Dudu. 2010. Pengantar Ilmu Hukum sebuah Sketsa. PT. Refika Aditama.
Bandung.
Emeritus John Gilissen, Emeritus Frits Gorle, 2009. Sejarah Hukum suatu Pengantar.
PT. Refika Aditama. Bandung.
J.T. Prasetyo, J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin. 2010. Kamus Hukum. Sinar
Grafika. Jakarta.