Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ADAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Hukum Adat
Dosen pengampu: Kemas Muhammad Gemilang, S.H.I.,M.H.

OLEH KELOMPOK 2
1. ABDUR RAHMAN SYAHID (12120113011)
2. GLADYS TRIANA RIUWITA (12120120900)
3. M.ZIKRILLAH (12120112699)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUSKA RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas untuk mata kuliah Hukum Adat dengan judul: “ Sejarah Perkembangan
Hukum Adat”
dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Hukum Adat. Selain itu,bertujuan juga agar menambah pengetahuan
dan wawasan bagi para pembaca .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami dalam
mengetahui sejarah perkembangan hukum adat masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat

Pekanbaru,9 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Proses Terbentuknya Hukum Adat...................................................2
B. Sejarah Hukum Adat..........................................................................3
C. Sumber Pengenal Hukum Adat.........................................................6
D. Perkembangan Hukum Adat Masa Kini.............................................7
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................10
B. Saran
...........................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hukum adat adalah suatu kompleks norma norma yang bersumber pada
perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan
peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari dalam
masyarakat,Sebagian besar tidak tertulis,senantiasa ditaati dan dihormati oleh
rakyat,karena mempunyai akibat hukum (sanksi).
Tetapi tidak semua adat adalah hukum. Menurut Ter Haar untuk melihat
apakah sesuatu adat istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka kita wajib
selalu mengalami perubahan. Tiap peraturan hukum adat timbul, berkembang
dan selanjutnya lenyap dengan lahirnya peraturan baru,akan tetapi kemudian
akan lenyap dengan perubahan perasaan keadilan yang hidup dalam hati
Nurani rakyat melihat sikap penguasa masyarakat hukum yang bersangkutan
terhadap si pelanggar peraturan adat istiadat yang bersangkutan.
Peraturan hukum adat yang terus berkembang inilah membuat hukum adat
yang menimbulkan perubahan peraturan
Oleh karena sifat hukum adat yang tidak statis atau dengan kata lain
fleksibel,maka di dalam peraturan hukum adat perlu disepakati suatu penetapan
agar menjadi hukum positif. Hal ini sudah tentu bertujuan untuk
mempertahankan eksisensinya sekaligus menjadikan peraturan tersebut
peraturan hukum yang tertulis dan memiliki kekuatan hukum yang tetap.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses terbentuknya hukum adat
2. Sejarah hukum adat dan sumber pengenal
3. Bagaimana perkembangan hukum adat masa kini
C.TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui proses terbentuknya hukum adat
2. Mengetahui sejarah hukum adat dan sumber pengenal
3. Mengetahui perkembangan hukum adat masa kini

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terbentuknya Hukum Adat


Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan putusan para warga
masyarakat hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu
pelaksanaan perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan kepentingan dan
keputusan para hakim mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan
keyakinan hukum rakyat, senapas,dan seirama dengan kesadaran tersebut
diterima atau ditoleransi. Ajaran ini di kemukakan oleh Ter Haar yang dikenal
sebagai Teori keputusan.
 Hukum Adat Adalah Hukum Non Statutair
Hukum adat pada umumnya memang tidak tertulis. Oleh karena itu
dilihat dari mata seorang ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum
adatnya dengan pikiran juga perasaan. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut
maka akan ditemukan peraturan peraturan dalam hukum adat yang
mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang tidak boleh dilanggar dan
apabila dilanggar maka akan dituntut dan kemudian dihukum.
 Hukum Adat Tidak Statis
Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena dia menjelmakan
perasaan hukum yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya
sendiri,hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan
berkembang seperti hidup itu sendiri.
Menurut Prof. Soepomo, pada umumnya hukum adalah suatu sistem
yaitu norma-normanya merupakan suatu kesatuan alam pikiran. Demikian pula
halnya terdapat hukum adat yang merupakan suatu sistem. Sungguhpun
demikian walaupun setiap hukum itu merupakan suatu sistem akan tetapi dasar
berpijaknya (dalam hal ini adalah suatu kebetulan yang didasarkan atas
kesatuan pikiran).1

1
Soepomo,Hukum Adat,(Jakarta:PT Pradnya Paramita,1989),hlm.3.

2
B. SEJARAH HUKUM ADAT
1. Sebelum Kemerdekaan Periode sejarah hukum adat pada masa penjajahan
Belanda terbagi dalam beberapa zaman:

a . Zaman Deandels (1808-1811)


Beranggapan bahwa memang ada hukum yang hidup dalam masyarakat
adat tetapi derajatnya lebih rendah dari (ukum Eropa, jadi tidak akan
mempengaruhi apa-apa sehingga (ukum Eropa tidak akan mengalami
perubahan karenanya.

b . Zaman Raffles (1811-1816)


Pada zaman ini Gubernur Jenderal dari )nggris membentuk komisi atau
panitia yang tugasnya mengkaji/meneliti peraturan-peraturan yang ada
dalam masyarakat, untuk mengadakan perubahan-perubahan yang pasti
dalam membentuk pemerintahan yang dipimpinnya. Setelah hasil penelitian
komisi dikumpulkan pada tanggal 11 Februari 1814, dibuat peraturan yaitu
Regulation for The More Effectual Administration of Justice in The
Provincial Court of Java, yang mengatur tentang:
i. Residen menjabat sekaligus sebagai Kepala Hakim
ii. Susunan pengadilan terdiri dari Residen’s court, Bupati’s
court, Division court, Circuit of court atau pengadilan
keliling
iii. Native law dan unchain costum untuk Bupati’s court dan
untuk Residen (orang Inggris) memakai Hukum Inggris.

c. Zaman Komisi Jendral (1816-1819)


Pada zaman ini, tidak ada perubahan dalam perkembangan hukum adat dan
tidak merusak tatanan yang sudah ada pada zaman Raffles.

d. Zaman Van den Bosch


Pada zaman ini, hukum waris itu dilakukan menurut Iukum Islam serta hak
atas tanah adalah campuran antara peraturan Bramein dan )slam.

e . Zaman Chr.Baud.
Pada zaman ini, sudah banyak perhatian pada hukum adat misalnya, tentang
melindungi hak-hak ulayat. 2

2
Yulia,Buku Ajar Hukum Adat,(Aceh: Penerbit Unimal Press,2016),hal.7

3
Demikian juga putera-putera Indonesia sudah menulis disertasi mengenai
Hukum Adat di Perguruan Tinggi di Belanda, antara lain: tahun 1922,
Kusumaatmadja yang menulis tentang wakaf, tahun 1925 Soebroto yang
menulis tentang gadai sawah, tahun 1925, Endabumi yang menulis tentang
hukum tanah suku Batak, tahun 1927, Soepomo yang menulis tentang hak tanah
di kerajaan-kerajaan.

2.Setelah Kemerdekaan
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, mengakui keberadaan hukum adat,
yang yang menyatakan “segala badan negara dan peraturan yang masih
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar”.
Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 ( Konstitusi RIS) juga
mengatur mengenai hukum adat antara lain dalam Pasal 144 AYAT (1)
tentang hakim adat dan hakim agama, Pasal 145 Ayat (2) tentang pengadilan
adat, dan Pasal 146 ayat (1) tentang aturan hukum adat yang menjadi dasar
hukuman.
Dalam Pasal 104 ayat (1) Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS
1950), juga terdapat penjelasan mengenai dasar berlakunya hukum adat. Pasal
tersebut menjelaskan bahwa, segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-
alasannya dan dalam perkara hukuman menyebut aturan-aturan Undang-
Undang dan aturan-aturan hukum adat yang dijadikan dasar hukuman itu.
Tap Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II/MPRS/1960,
memberikan pengakuan badi hukum adat, yaitu:
a. Asas pembinaan hukum nasional supaya sesuai dengan Haluan Negara
dan berlandaskan hukum adat.
b. Dalam usaha homogenitas di bidang hukum supaya diperhatikan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat.
c. Dalam penyempurnaan Undang-Undang Hukum Perkawinan dan
waris, supaya diperhatikan factor faktor agama, adat, dll.
Kemudian juga, dalam penyusunan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), juga berdasarkan pada azas
hukum adat. Undang undang tersebut juga mengakui keberadaan hukum adat,3

3
Yulia,Buku Ajar Hukum Adat,(Aceh: Penerbit Unimal Press,2016),hal.7-8

4
seperti pengakuan terhadap keberadaan hak ulayat. Pasal 5 UUPA
menyatakan:
“Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan
Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam
Undangundang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala
sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum
agama”.
Pasal ͵ Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman memberikan pengakuan bahwa,
“Hukum yang dipakai oleh kekuasaan kehakiman adalah hukum yang
berdasarkan Pancasila, yakni yang sidatnya berakar pada kepribadian
bangsa”. Seterusnya, dalam Pasal 17 ayat (2) yang menjelaskan bahwa
berlakunya hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Peraturan perundang-
undangan tersebut dengan nyata menyebutkan keberadaan dalam keberlakuan
hukum adat dalam masyarakat Indonesia.
Setelah amandemen ke-dua Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945),
Pasal 18B menjadi dasar pengakuan hukum adat dalam konstitusi Negara
Indonesia, yaitu:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat
hukum adat berserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik )ndonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

Terdapat pelbagai variasi, yang berusaha untuk mengidentifikasikan


kekhususan hukum adat di Indonesia, apabila dibandingkan dengan Hukum
Barat. Pembidangan tersebut biasanya dapat diketemukan pada buku-buku
standar, di mana sistematika buku-buku tersebut merupakan suatu petunjuk
untuk mengetahui pembidangan mana yang dianut oleh penulisnya . Bentuk-
bentuk masyarakat hukum adat ,Tentang Pribadi , Pemerintahan dan peradilan
Hukum Keluarga ,Hukum Perkawinan ,Hukum Waris ,Hukum Tanah , Hukum
Hutang piutang.4

4
Yulia,Buku Ajar Hukum Adat,(Aceh: Penerbit Unimal Press,2016),hal.10-11

5
C.SUMBER PENGENAL HUKUM ADAT
1. Sumber hukum Welbron
Sumber hukum Welbron adalah sumber hukum adat dalam arti dari mana
hukum adat timbul atau sumber hukum “adat” dalam arti yang sebenarnya.
Sumber hukum adat dalam arti Welbron tersebut, tidak lain dari keyakinan
tentang keadilan yang hidup dalam masyarakat tertentu.
Sumber hukum Welbron adalah sumber yang menunjukkan lembaga yang
berwenang mengeluarkan hukum atau menyebabkan terjadi hukum. Sumber
hukum ini menunjukkan adanya lembaga tertentu yang berwenang
mengeluarkan peraturan. Sumber hukum ini digunakan dalam (ukum Tata
Negara yang mengatur tentang lembaga Negara sesuai dengan wewenangnya
dapat mengeluarkan peraturan

2. Sumber hukum Kenbron


Sumber hukum Kenbron adalah sumber hukum adat dalam arti di mana
hukum adat dapat diketahui atau ditemukan. Sumber hukum Kenbron ini
menunjukkan kepada tempat atau bahan yang dapat digunakan untuk
mengetahui di mana hukum itu ditempatkan dalam lembaran Negara. Kenbron
adalah sumber hukum adat dalam arti di mana hukum adat dapat diketahui
atau ditemukan. Oleh karena itu, sumber di mana asas-asas hukum adat
menempatkan dirinya di dalam masyarakat sehingga dengan mudah dapat
diketahui.
Kenbron merupakan penjabaran dari Welbron, atas dasar pandangan
sumber hukum seperti itu, maka para sarjana yang menganggap hukum itu
sebagai kaidah berpendapat sumber hukum dalam arti Kenbron itu adalah adat
kebiasaan, yurisprudensi, Fiqh, Peraturan Piagam RajaRaja, Peraturan-
Peraturan Perkumpulan Adat, Kitab-Kitab (ukum Adat, Buku-Buku Standard
mengenai Hukum Adat.5

D.PERKEMBANGAN HUKUM ADAT MASA KINI


5
Yulia,Buku Ajar Hukum Adat,(Aceh: Penerbit Unimal Press,2016),hal.15.

6
Pada mulanya sebelum disebut sebagai era globalisasi, mulanya telah ada
beberapa pandangan yang mendahului pandangan yang menggambarkan era
globalisasi saat ini. Pandangan ini pertama muncul di Amerika Serikat yaitu
yang dibawa oleh para petualang eropa salah satunya Colombus karena
memiliki harapan di benua Amerika yang pertama ditemuinya ia dapat
memperoleh keinginan untuk memperbaiki nasibnya agar lebih baik,salah
satunya dengan mencari harta. Karena besarnya keinginan tersebut pendatang
dari eropa barat ini menganut paham individualisme dan materialisme dengan
jiwa tersebut filsafat ini kemudian dikenal dengan hedonisme. Filsafat ini
memandang tujuan hidup adalah mencari kenikmatan dan kebahagiaan
melalui kekayaan materil yang melimpah. Aliran inilah yang dominan pada
saat itu di Amerika Serikat. Para pendatang ini sering di sebut kaum pionir.
Dalam perkembangannya filsafat hedonisme ini menjadi menajam
kepada filsafat yang disebut pragmatisme. Filsafat ini mengajarkan dalam
hidup bagi seseorang yang terpenting harus dapat berbuat dengan baikdan
tepat guna yang dikenal dengan ajaran can do-isme, yaitu dalam memenuhuhi
kebutuhan hidup harus memiliki kemampuan yang lebih hebat ,baik,dan cepat.
Dalam melakukan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik dan efesien
kemudian muncul ajaran engineering. Ajaran tersebut kemudian membawa
kemajuan yang benar benar pesat dan mengagumkan karena dalam proses dan
pengelolaan pemenuhan kebutuhan menjadi lebih baik,lebih sistematis,dan
efisen.
Kemajuan teknologi ini kemudian memberi percepatann memenuhi
kebutuhan itu lebih bersifat kompleks yaitu ekonomis,teknik,komunikasi,sosial
politik , kesenian dan sebagainya. Perkembangan ini sering disebut paham
hedonisme baru yang dalam dasarnya menganut 3 ideologi
 Ideologi terus menerus.
 Ideologi kemajuan yang berjalan mantap secara linear.
 Ideologi kemewahan dengan menggunakan peralatan yang hebat untuk
kemajuan yang cepat.
Kekuatan ini melanda dengan cepat hampir seluruh masyarakat di seluruh
muka bumi terbawa arus kekuatan hedonisme baru.6

Dalam hal ini terlihat bahwa adat dan hukum adat dalam menghadapi kekuatan
yang melanda masyarakat berada sebagai pihak yang bertahan. Hal ini terlihat
6
Laksanto Utomo,Hukum Adat,(Depok:Rajawali Pres,2020).hal,170-171

7
dalam menghadapi kemajuan global, adat dapat menerima dan berusaha untuk
mengikutinya dan memberi konsensi kepada prinsip prinsip dan filsafat hidup
kekuatan global itu.
Dalam memberi konsesi, masing masing prinsip adat keadaannya
sebagai berikut:
 Kebersamaan harus memberi konsesi kepada individualisme.
 Universalisme adat harus memberi konsensi kepada prinsip
sekularisme.
 Idealisme adat harus memberi konsesi kepada prinsip materalisme.
 Prinsip adat tentang manusia berbudi luhur,tahu rasa malu dan penuh
tenggang rasa harus memberi konsesi kepada prinsip manusia yang
berani berkompetisi mengejar keuntungan dan kemakmuran materill
untuk dirinya sendiri tanpa malu.
Jadi segala konsesi yang diberikan oleh adat untuk
penerimaan,penggunaan serta partisipasinyadalam kemajuan yang dibawa oleh
kekuatan global akan memberi konsesi yang mendasar dari adat. Dan
masyarakat akan berpegang pada prinsip “engineering” yaitu akan terus maju
dalam keadaan yang stabil,baik subjek yang maju itu sendiri yaitu masyarakat
maupun kemajuan itu sendiri.
Konsesi adat terhadap arus kebatinan dari kekuatan global dapat dirasakan
pengaruhnya terhadap nilai nilai kita seperti persaudaraan yang menjadi
semakin melemah, sebaliknya semakin kuatnya nilai berpacu untuk kalah
menang didalam pacuan,hidup menurut kolektivisme semakin melemah dan
dikuasi oleh semangat individualisme. Dalam bidang seni mengatur masyarakat
lebih ditekankan kepada mekanisme untuk keteraturan dan ketertiban. Soal
nilai keagaaman apa yang menurut adat merupakan suatu ritual yang sakral
yang gaib,tempat ibadah yang suci menjadi berganti pandangan terhadapnya
yaitu dilihat sebagai suatu tontonan yang menarik yang dapat dibanggakan
untuk pengembang turisme.
Dari hari kehari tuntutan pendalam konsensi sampai kepada yang asasi dan
adat oleh kekuatan global tersebut tampak semakin jauh.7

Hukum adat menurut Van Vollenhoven adalah keseluruhan aturan tingkah


laku positif yang disatu pihak mempunyai sansi dan dipihak lain dalam
keadaan tidak dikodifikasikan hal ini dibuktikan dari penelitian tersebut
prof.Mr.Cornelis Van Vollenhoven membagi indonesia menjadi 19 lingkup
7
Laksanto Utomo,Hukum Adat,(Depok:Rajawali Pres,2020).hal,171-172

8
hukum adat. Satu daerah yang garis garis besar,corak dan sifat hukum adatnya
seragam disebutnya sebagai rechtskring. Setiap lingkup hukum adat tersebut
dibagi lagi dalam beberapa bagian yang disebut kukuban hukum,lingkup
hukum adat tersebut adalah sebagai berikut,dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip prinsip (NKRI) yang diatur dalam Undang
undang ,ketentuan pasal 18B (2) tersebut,dapat dipahami mengandung unsur
unsur.
Perlunya berpikir ulang bagi penguasa negri ini,khususnya pemerintah
daerah untuk memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat,dalam hal
ini pemerintah desa,untuk melestarikan serta mempertahankan aset budaya dan
hukum adat yang telah diyakini secara turun temurun selama beratus ratus
tahun. Hal ini diperlukan agar apa yang menjadi ketakutan kita atas arus
globalisasi tidak diterima secara penuh,melainkan juga bisa difilterisasi oleh
nilai nilai adat. Tentunya duduk berdampingan dengan damai dengan hukum
yang berlaku secara nasional. Desa dipilih lebih pada pertimbangan sosiologis
dan admisitratif. Pertimbangan sosiologis yaitu lebih dikarenakan desa
merupakan bentuk konkret dari masyarakat yang berinteraksi itu sendiri,didesa
juga masih berlakukanya suatu sistem kontrol sosial dan hukum adat lebih
efektif dimulai dari desa.
Pertimbangan admisistrasi lebih ditekankan karena desa merupkan ujung
tombak penetapan hukum ditingkat lokal dan pelaksanaannya,desa dipandang
sebagai suatu wilayah yang mempunyai satu kesatuan masyarakat hukum
sendiri. Tiap tiap hukum merupakan sebuah sistem yaiyu “ peraturannya
merupakan suatu kebulatan berdasarkan kesatuan alam pikiran”, sistem hukum
adat bersendi atas dasar dasar alam pikirab bangsa indonesia yang tidak sama
dengan alam pikiran yang menguasai sistem hukum barat.kedudukan hukum
adat dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah satu bagian dari hukum
positif yang secara konstitusional “diakui” oleh negara . istilah diakui
(pengakuan) mengandung makna atau pengertian yang berbeda dengan istilah
ditetapkan (penetapan).8

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan putusan para warga
masyarakat hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu
8
Laksanto Utomo,Hukum Adat,(Depok:Rajawali Pres,2020).hal,172-173

9
pelaksanaan perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan
kepentingan dan keputusan para hakim mengadili sengketa.
2. Sejarah hukum adat sebelum kemerdekaan pada masa penjajahan
Belanda terbagi dalam beberapa zaman, zaman Deandles,Van den
Bosch,Chr.Baud. Setelah kemerdekaan Dalam Pasal 104 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950), juga terdapat penjelasan
mengenai dasar berlakunya hukum adat.
3. Dalam perkembangannya filsafat hedonisme ini menjadi menajam
kepada filsafat yang disebut pragmatisme. Filsafat ini mengajarkan
dalam hidup bagi seseorang yang terpenting harus dapat berbuat
dengan baikdan tepat guna yang dikenal dengan ajaran can do-isme.

B. SARAN
Perlunya berpikir ulang bagi penguasa negri ini,khususnya pemerintah
daerah untuk memberikan ruang yang lebih luas kepada
masyarakat,dalam hal ini pemerintah desa,untuk melestarikan serta
mempertahankan aset budaya dan hukum adat yang telah diyakini secara
turun temurun selama beratus ratus tahun dan memberikan ruang yang
lebih luas kepada institusi dan masyarakat desa untuk melaksanakan
hukum adat dan kebiasannya merupakan jalan yang lebih tepat untuk
merespons dan memperbaiki kerusakan kerusakan sosial,budaya,ekonomi
dan polot

DAFTAR PUSTAKA

Soepomo.(1989).Hukum Adat.Jakarta:PT Pradnya Paramita


Utomo,Laksanto.(2020).Hukum Adat.Depok:Rajawali Pres

10
Yulia.(2016).Buku Ajar Hukum Adat.Aceh: Penerbit Unimal Press

11

Anda mungkin juga menyukai