Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

Masyarakat Hukum Adat

Dosen Pengampuh

Dr. Marthin, S.H.,M.hum

Disusun Oleh:

Haydar Rahmani

2140501111

A3

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN


FAKULTAS HUKUM
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang saya buat dalam bentuk makalah.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada mata
kuliah Hukum Adat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa itu
Masyarakat Hukum Adat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Marthin, S.H.,M.hum selaku dosen mata
kuliah Hukum Adat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.

Tarakan, 22 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3


A. Pengertian Masyarakat Hukum Adat ................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Masyarakat Hukum Adat .............................................................................. 3
C. Hak-hak Masyarakat Hukum Adat ...................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................. 4


A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 4
B. Saran ....................................................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep masyarakat hukum adat untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cornelius Van Vollenhoven.
Ter Haar sebagai murid dari Cornelius Van Vollenhoven mengeksplor lebih mendalam tentang
masyarakat hukum adat. Ter Haar memberikan pengertian sebagai berikut, masyarakat hukum adat
adalah kelompok masyarakat yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai kekuasaan
sendiri, dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang terlihat maupun yang tidak terlihat,
dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang
wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau
kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkan dalam arti
melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya (Husen Alting,2010:30). Bentuk dan susunan
masyarakat hukum yang merupakan persekutuan hukum itu, para anggotanya terikat oleh faktor yang
bersifat territorial dan geneologis. Menurut pengertian yang dikemukakan para ahli hukum di zaman
Hindia Belanda, yang dimagsud dengan masyarakat hukum atau persekutuan hukum yang territorial
adalah masyarakat yang tetap dan teratur, yang anggota-anggota masyarakatnya terikat pada suatu daerah
kediaman tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam kaitan rohani
sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur (Hilman,2003:108)
Dalam berbagai kesempatan pertemuan soal masyarakat hukum adat, persoalan defenisi termasuk
hal yang menonjol untuk dibahas. Beberapa pendapat tidak mempermasalahkan dengan dua istilah
apakah akan memakai “masyarakat adat atau masyarakat hukum adat”. Di Indonesia sendiri terdapat
berbagai istilah yang merujuk pada kategori “masyarakat adat”. Istilah yang dipakai bermula dari istilah
bumi putera, masyarakat asli, masyarakat adat, masyarakat hukum adat, kesatuan masyarakat hukum
adat, masyarakat suku terasing, komunitas adat terpencil, dan masyarakat tradisional. Berbagai istilah
yang berkonsekwensi pada perbedaan unsur keberadaan masyarakat adat menunjukkan belum adanya
suatu kesepahaman tentang defenisi masyarakat adat Indonesia. Istilah masyarakat hukum adat adalah
istilah resmi yang tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya. Istilah masyarakat hukum adat dilahirkan dan
digunakan oleh pakar hukum adat yang lebih banyak difungsikan untuk keperluan teoritik - akademis.
Sedangkan istilah masyarakat adat adalah istilah yang lazim diungkapkan dalam bahasa sehari-hari oleh
kalangan non-hukum yang mengacu pada sejumlah kesepakatan internasional.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu, antara
lain :

1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Hukum Adat?

2. Apa saja dasar Masyarakat Hukum Adat?

3. Apa saja hak-hak Masyarakat Hukum Adat?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya :

1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Hukum Adat.

2. Untuk mengetahui dasar Masyarakat Hukum Adat.

3. Untuk mengetahui hak-hak Masyarakat Hukum Adat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Hukum Adat


Pengertian masyarakat hukum adat diatur dalam Pasal 1 ayat 15 Peraturan Menteri Agraria dab Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak
Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yang Berada dalam Kawasan
Tertentu, menyebutkan bahwa pengakuan hak masyarakat hukum adat adalah pengakuan pemerintah
terhadap keberadaan hak-hak masyarakat hukum adat sepanjang kenyataannya masih ada. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang
mempunyai ketentuan sendiri, batas wilayah sendiri, serta norma-norma yang berlaku dimasyarakat
itu dan dipatuhi oleh kelompok masyarakat yang ada di kelompok tersebut.
B. Dasar-Dasar Masyarakat Hukum Adat
Istilah masyarakat hukum adat adalah istilah resmi yang tercantum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok - Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya.

C. Hak & Fungsi Masyarakat Hukum Adat

di dalam deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat, persoalan hak atas tanah dan sumber daya
alam ini diatur :
Pasal 26 ayat (1) “Mayarakat adat memiliki hak atas tanah-tanah, wilayah-wilayah dan
sumber daya-sumber daya yang mereka miliki atau duduki secara tradisional atau sebaliknya tanah-
tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang telah digunakan atau yang telah
didapatkan (Pasal 26 ayat 1 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat)”.
Pasal 26 ayat (2) “Mayarakat adat memiliki hak yang berhubungan dengan masyarakat adat,
setidaknya ada empat hak masyarakat adat yang paling sering disuarakan, antara lain untuk
memiliki, menggunakan, mengembangkan dan mengontrol tanah-tanah, wilayah-wilayah dan
sumber daya-sumber daya yang mereka atas dasar kepemilikan tradisional atau penempatan dan
pemanfaatan secara tradisional lainnya, juga tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya sumber
daya yang dimiliki dengan cara lain (Pasal 26 ayat 2 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat
Adat)” Mengenai fungsi hak-hak tradisional H.M. Koesnoe mengemukakan terdapat empat fungsi
yang berkaitan dengan hak-hak tradisional dalam persekutuan masyarakat hukum pedesan (adat)
berkenaan dengan menjaga tata harmoni antara masyarakat dengan tata semesta meliputi :
Fungsi pemerintahan,
Fungsi pemeliharaan roh,
Fungsi pemeliharaan agama, dan
Fungsi pembinaan hukum adat.
Prinsip yang Konstitusi tidak menjelaskan hak-hak apa saja yang harus dipenuhi negara
terhadap masyarakat adat. Di dalam konstitusi hak tersebut diistilahkan dengan hak-hak tradisional
masyarakat hukum adat. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang memadai untuk menjelaskan
apa saja yang digolongkan menjadi hak-hak tradisional masyarakat hukum adat. Diseluruh
peraturan perundang-undang yang ada hanya menyalin saja rumusan hak-hak tradisional masyarakat
hukum adat di dalam konstitusi tanpa memberikan penjelasan.
Sedangkan Mahkamah Konstitusi memberikan pengertian hak-hak tradisional sebagai hak-hak
khusus atau istimewa yang melekat dan dimiliki oleh suatu komunitas masyarakat atas adanya
kesamaan asal – usul (geneologis), kesamaan wilayah, dan obyek-obyek adat lainnya, hak atas tanah
ulayat, sungai, hutan dan dipraktekan dalam masyarakatnya.

3
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang
yang mempunyai ketentuan sendiri, batas wilayah sendiri, serta norma-norma yang berlaku
dimasyarakat itu dan dipatuhi oleh kelompok masyarakat yang ada di kelompok tersebut. mempunyai
dasar yang tercantum didalam undang-undang, dan juga mempunyai fungsi sebagai mana yang sudah
dijelaskan
.

B. Saran
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini, tak lupa mohon maaf kepada semua
pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

4
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.uajy.ac.id/8875/3/2MIH02207.pdf&ved=2ahUKEwjM6tvngsL7AhUl
SmwGHaCvCxsQFnoECCUQAQ&usg=AOvVaw0OeW0KDRlpcrvgsOiyMuu0
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ5-20200226-052432-
8683.pdf&ved=2ahUKEwjM6tvngsL7AhUlSmwGHaCvCxsQFnoECAoQBg&usg=A
OvVaw1U-mwhxWt7o3QTnL0t7SOc

Anda mungkin juga menyukai